Doa Memohon Perlindungan dari Hilangnya Nikmat dan Kesehatan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.

Satu do'a lagi yang ringkas namun penuh makna dari kitab Riyadhus Sholihin An Nawawi, yaitu do'a berlindung dari hilangnya nikmat dan datangnya penyakit.

Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

“ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI'MATIK, WA TAHAWWULI 'AAFIYATIK, WA FUJAA'ATI NIQMATIK, WA JAMII'I SAKHOTHIK.” [Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu]. (HR. Muslim no. 2739)

Faedah dari hadits di atas:

Pertama: Yang dimaksud nikmat di sini adalah nikmat Islam, Iman, anugerah ihsan (berbuat baik) dan kebajikan. Jadi dalam do’a ini kita berlindung dari hilangnya nikmat-nikmat tersebut. Makus hilangnya nikmat adalah nikmat tersebut hilang dan tanpa ada penggantinya.

Kedua: Yang dimaksud dengan berubahnya kesehatan (‘afiyah) adalah nikmat sehat tersebut berubah menjadi sakit. Yang dimaksud dengan ‘afiyah (sehat) di sini adalah berpindahnya nikmat ‘afiyah dari pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Jadi do’a ini kita maksudkan meminta selalu kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.

Ketiga: Yang dimaksud fuja’ah adalah datang tiba-tiba. Sedangkan “niqmah” adalah siksa dan murka. Dalam do’a ini berarti kita berlindung pada Allah dari datangnya ‘adzab, siksa dan murka Allah yang tiba-tiba.
Keempat: Dalam do’a ini, kita juga meminta pada Allah agar terlindung dari murka-Nya yaitu segala hal yang dapat mengantarkan pada murka Allah.
Semoga do’a ini bisa kita amalkan dan mendapatkan berbagai anugerah.

Referensi: ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Al ‘Azhim Abadi, 4/283, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, tahun 1415.

Artikel www.rumaysho.com
Muhammad Abduh Tuasikal
Diselesaikan di wisma MTI, Pogung Kidul, 14 Jumadits Tsani 1431 H (27/05/2010)
Dipublikasikan oleh: PengusahaMuslim.Com

Takhrij Dzikir dan Doa Al Ma’tsurat

Takhrij dan Kualitas Hadits-Hadits Al Ma’tsurat (bagian pertama)


Oleh: Farid Nu’man
1.       Bacaan: “A’udzu billahis samii’il ‘alimi minasy syaithanirrajim.”

Banyak riwayat yang memaparkan bacaan ta’awudz dengan redaksi seperti ini, di antaranya dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu,

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari godaan syetan yang terkutuk.”
Diriwayatkan oleh:
-          Imam At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Ash Shalah Bab Maa Yaquulu ‘Inda Iftitah Ash Shalah,   No. 242. Telah berkata kepadaku Muhammad bin Musa Al Bashri, telah berkata kepadaku Ja’far bin Sulaiman Adh Dhuba’i, dari Ali bin Ali Ar Rifa’i, dari Abi Al Mutawakkil,  dari Abu Said Al Khudri, katanya: Jika rasulullah mendirikan shalat malam, maka dia bertakbir lalu membaca: Subhanakallahumma wa bihamdika wa Tabarakasmuka wa Jadduka wa laa Ilaha Ghairuka, kemudian membaca Allahu akbar kabira, lalu membaca: A’dzubillahis Sami’il ‘Alimi minasy Syaithanir Rajim min  hamzihi wa nafkhihi wa naftsih.
Riwayat ini shahih. (Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi No. 242)
-          Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Ash Shalah Bab Man Ra’a Al Istiftah Bi Subahanakallahumma wa bihamdika,   No. 775. Telah berkata kepadaku Abdussalam bin Mathhar, dari Ja’far, dari Ali bin Ali Ar Rifa’i, dari Abi Al Mutawakkil, dari jalur Abu Said al Khudri: lalu disebut riwayat sama dengan di atas. Berkata Imam Abu Daud: hadits ini, mereka mengatakan, dari Ali bin Ali dari Al Hasan secara mursal, keraguan ada pada Ja’far.  
 Riwayat ini shahih. (Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud No. 775)
-          Imam Ahmad dalam musnadnya,  berkata kepadaku Muhammad bin Hasan bin Atsyin, berkata kepadaku Ja’far yakni Ibnu Sulaiman, dari Ali bin Ali Al Yasykuri, dari Abi Al Mutawakkil, dari Abu Said Al Khudri: (lalu disebut hadits seperti di atas). Berkata Imam Al Haitsami: “Rijalnya tsiqat (kredibel).” (Majma’ Az Zawaid, 2/265. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
-           Al Baihaqi, Syu’abul Iman, Kitab Takhshish Suwar minha bidzkri Bab A’udzu billah .. , No. 2400, dari jalur Ma’qil bin Yasar
  1. Membaca Surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
a. Dia disebut A’zhamus Surah (Surat yang paling agung).
-          Diriwayatkan oleh: Imam Bukhari, Kitab At Tafsir Bab Maa Ja’a fi Fatihatil Kitab, No. 4204, lihat juga Kitab Tafsir Bab Yaa Ayyuhalladzina Amanu Istajibuu Lillahi war Rasul ..., No. 4370,  lihat juga Kitab Tafsir Bab Qauluhu Laqad Atainaka Sab’an minal Matsani wal Quranil ‘Azhim, No. 4426, lihat juga Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Fatihatil Kitab,  No. 4720.
-          Imam Abu Daud, Kitab Ash Shalah Bab Fatihatil Kitab, No. 1458.
-           Imam Ad Darimi dalam Sunannya, Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Fatihatil Kitab, No. 3371

b.       Sebagai Ruqyah.   Sehingga dibolehkan membacanya jika kita sedang sakit.

-          Diriwayatkan oleh: Imam Bukhari, Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Fatihatil Kitab, No. 2156, lihat juga Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Fatihatil Kitab,  No.  4721

  1. Surat istimewa yang tidak pernah Allah Ta’ala turunkan sebelumnya dalam Taurat, zabur, dan Injil, bahkan tidak ada yang sepertinya di dalam Al Quran sendiri.  
-           Diriwayatkan oleh: Imam At Tirmidzi, Kitab Fadhail  Al Quran ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a Fi Fadhli Fatihatil Kitab ,  No.  3036, dari jalur Abu Hurairah.  Imam At Tirmidzi mengatakan: hasan shahih.
-          Imam Ad Darimi dalam Sunannya, Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Fatihatil Kitab, No. 3373. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi No. 2875, 3125
-          Imam Ahmad, dalam Musnadnya, No. 20180, 20181. dari Ubai bin Ka’ab
  1. Disebut sebagai induknya Al Quran (Ummul Quran atau Ummul Kitab).  
-          Diriwayatkan oleh: Imam  Bukhari, Kitab Tafsirul Quran Bab Qauluhu Laqad Ataina sab’an minal Mastani ...,   No. 4427
  1. Bersama akhir surat Al Baqarah, dia disebut dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada nab-nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  
-          Diriwayatkan oleh: Imam  Muslim, Kitab Ash Shalah Al Musafirin wa Qashruha Bab Fadhli Al Fatihah  wa Khawatim Al Baqarah ...,  No. 806

  1. Membaca 10 ayat dari surat Al Baqarah, yakni ayat 2-5, lalu ayat kursi tambah dua ayat setelahnya (ayat 255-257), dan 3 ayat terakhir (ayat 284-286)
Berikut ayat-ayat yang dimaksud:
 ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Lalu:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255) لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (256) اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (257)

255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

256. tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

257. Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

         Lalu:

لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (284) آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (285) لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286)

284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

           Tentang keutamaan membaca  surat Al Baqarah tersebut, telah ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam haditsnya berikut:

           Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu secara marfu’:

إن لكل شيء سناما و سنام القرآن سورة البقرة ، و إن الشيطان إذا سمع سورة البقرة تقرأ ، خرج من البيت الذي يقرأ فيه سورة البقرة  
      “Sesungguhnya pada segala sesuatu memiliki punuk, dan punuknya Al Quran adalah surat Al Baqarah. Sesungguhnya syetan jika mendengar surat Al Baqarah dibacakan, dia akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah.”

-           Diriwayatkan oleh: Imam Al Hakim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Kitab Fadhailul Qur’an Bab Akhbaru fi Fadhli Surati Al Baqarah, No. 2060. Menurut Imam Al Hakim sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani mengatakan: “Adz Dzahabi menyepakati keshahihannya.” Sedangkan Syaikh Al Albani sendiri mengatakan: “Menurutku hadits ini hasan.” Lihat As Silsilah Ash Shahihah, No. 588. Darul Ma’arif

           Dalam hadits lainnya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ وَإِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ الْبَقَرَةُ لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdabda: “Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan Al Baqarah maka syetan tidak akan masuk ke dalamnya.”
-          Diriwayatkan oleh: Imam At Tirmidzi, Kitab Fadhail Al Quran ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a fi Fadhl Surah Al Baqarah wa Ayah Al Kursiy,  No. 3037. Beliau berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Syaikh Al Albani menshahihkannya. Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi, No. 2877
Untuk khusus sepuluh ayat di atas, secara khusus disebutkan dalam sebuah atsar, dari Asy Sya’bi bahwa:
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ:"مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي بَيْتٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةِ حَتَّى يُصْبِحَ، أَرْبَعَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِهَا، وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ، وَآيَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَخَوَاتِيمَهُ".

Berkata Abdullah bin Mas’ud: “Barang siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al Baqarah di rumahnya, maka rumah tersebut tidak akan dimasuki syetan dari malam hingga pagi, yakni empat ayat di awal Al Baqarah, ayat Kursi dan dua ayat setelahnya, dan tiga ayat terakhir Al Baqarah.”
-           Diriwayatkan oleh: Imam Ad Darimi, Kitab Fadhail Al Quran Bab Fadhli Awali Suratil Baqarah wa Ayatil Kursi, No.  3382.
-           Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No hadits. 8592. Imam Nuruddin Al Haitsami mengatakan: rijal (periwayat) hadits ini adalah shahih, hanya saja Asy Sya’bi tidak mendengar langsung dari Ibnu Mas’ud. Lihat Majma’ Az Zawaid, 10/118. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
Dari Abu Mas’ud Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
من قرأ الآيتين من آخر سورة البقرة في ليلة كفتاه
“Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada malam hari, maka keduanya telah menyukupinya.”
-          Diriwayatkan oleh: Imam At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Fadhail Al Quran ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a fi Akhiri Suratil Baqarah, No. 3043. Katanya: hasan shahih. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan At Tirmidzi No. 2881
 
  1. Membaca Al Ikhlash, Al Falaq, dan An Nas
Dari Abdullah bin Khubaib, dia berkata:
خَرَجْنَا فِي لَيْلَةِ مَطَرٍ وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُصَلِّيَ لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ أَصَلَّيْتُمْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ قُلْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ قُلْ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

  Kami keluar pada malam hari yang hujan dan sangat gelap agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat bersama kami, dan kami bertemu dengannya. Dia bertanya: “Sudahkah kamu shalat?” Aku tidak menjawab apa-apa. Beliau bersabda lagi: “Katakanlah!” Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu dia bersabda lagi: “Katakanlah!” Aku juga tidak mengatakan apa-apa. Lalu Beliau bersabda lagi: “Katakanlah!” maka aku berkata: “Ya Rasulullah apa yang aku katakan?” Beliau bersabda: katakanlah “Qul Huwallahu Ahad, dan Al Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Nas) pada sore hari dan pagi hari tiga kali, maka hal itu telah mencukupimu dari segala sesuatu.”
-          Diriwayatkan oleh: Imam  Abu Daud, Kitab Al Adab Bab Ma Yaqulu Idza Ashbah, No. 5082. Syaikh Al Albani mengatakan: hasan, dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud,  No. 5082.
-          Imam At Tirmidzi, Kitab Ad Da’awat ‘an Rasulillah Bab Fi Intizhari al Faraji wa ghairi Dzalik, Juz. 11, Hal. 493, No hadits. 3499. Imam At Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih gharib.

  1. Jika pagi membaca: “ Ashbahna wa Ashbahal Mulku Lillahi wal hamdu lillahi Laa Syarika Lahu Laa Ilaha Illa Huwa waIilaihin nusyur”
Jika sore membaca: “Amsayna wa Amsal Mulku Lillahi wal Hamdu Lillahil Laa Syarika Lahu Laa Ilaha Illa Huwa wa Ilaihil mashir.”
Haditsnya adalah:
وعن أبى هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان إذا أصبح قال أصبحنا وأصبح الملك لله والحمد لله لا شريك له لا إله إلا هو وإليه النشور وإذا أمسى قال أمسينا وأمسى الملك لله والحمد لله لا شريك له لا إله إلا هو وإليه المصير.
رواه البزاز وإسناده جيد.                                                                         
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa Beliau jika di pagi hari berkata: “ Ashbahna wa Ashbahal Mulku Lillahi wal hamdu lillahi Laa Syarika Lahu Laa Ilaha Illa Huwa wa ilaihin nusyur” Jika sore membaca; “Amsayna wa Amsal Mulku Lillahi wal Hamdu Lillahil Laa Syarika Lahu Laa Ilaha Illa Huwa wa Ilaihil mashir.”
-          Diriwayatkan oleh: Imam Al Bazzar, sanadnya Jayyid (baik). Imam Al Haitsami, Majma’ Az Zawaid,   10/114. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah
-          Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al Adab  Bab Ma Yaqulu Idza Ashbah, No. 5071, dengan tanpa lafaz: Laa Ilaha Illa Huwa wa ilaihin nusyur. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud  No. 5071
  1. Membaca: “Ashbahna ‘ala Kalimatil Islam wa ‘ala Kalimatil Ikhlash wa ‘ala  Dini Nabiyyina Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam wa ‘ala Millati Abina Ibrahima Hanifa wa Maa Kaana minal Musyrikin.”
Dari Abdurrahman bin Abza dia berkata:
  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الْإِسْلَامِ وَعَلَى كَلِمَةِ الْإِخْلَاصِ وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ

Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika pagi hari dan sore hari beliau berkata: “Ashbahna ‘ala Kalimatil Islam wa ‘ala Kalimatil Ikhlash wa ‘ala  Dini Nabiyyina Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam wa ‘ala Millati Abina Ibrahima Hanifa wa Maa Kaana minal Musyrikin.”
-          Diriwayatkan oleh:  Imam Ahmad dalam Musnadnya, No.   14818, 14821, 14822, 14825,  20219, dari jalur Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu.
-           Imam Al Haitsami mengatakan: diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thabarani,  perawi keduanya adalah shahih. Majma’ Az Zawaid, 10/116
-          Imam Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf, Juz. 6, Hal. 243. Darul Fikr
-          Imam An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, Juz. 6, Hal. 3-4. Syamilah
-          Imam Ad Darimi dalam Sunannya,  Kitab Ar Riqaq Bab Maa Yaqulu Idza Ashbaha No. 2688. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albany. Lihat Shahihul Jami’ No. 4674

(Bersambung ... Insya Allah) 
Takhrij Dzikir dan Doa Al Ma’tsurat (bagian 2)


Oleh: Farid Nu’man Hasan

7. Jika pagi membaca: “Allahumma Inni ashbahtu minka fi nimatin wa ‘aafiyatin wa sitrin, fa atimma ‘alayya ni’mataka wa ‘aafiyataka wa sitraka fid dun-ya wal akhirah.” (3X)

 اللهم إني أصبحت منك في نعمة وعافية وستر ، فأتم علي نعمتك وعافيتك وسترك في الدنيا والآخرة ، ثلاث مرات إذا أصبح وإذا أمسى ، كان حقا على الله عز وجل أن يتم عليه نعمته
           “Ya Allah sesungguhnya aku berpagi hari dariMu dalam kenikmatan, pertolongan, dan perlindungan. Maka sempurnakanlah bagiku nikmatMu, pertolonganMu, dan perlindunganMu, di dunia dan akhirat.” (3x ketika pagi dan sore, maka hak Allah ‘Azza wa Jalla  untuk menyempurnakan nikmatNya atasnya)

           Hadits ini diriwayatkan oleh:

-          Imam Ibnu Sunni, ‘Amalul Yaum wal Lailah, No. 55. Telah berkata kepadaku ‘Ubaidilllah bin Syabib bin Abdul Malik, dari Yazid bin Sinan, telah berkata kepadaku ‘Amru bin Al Hushain, telah berkata kepadaku Ibrahim bin Abdul Malik, dari Qatadah, dari Said bin Abu Al Hasan, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ..(lalu disebut hadits di atas)  

-          Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Umal, No. 3602, katanya: diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Ibnu Abbas.

Hadits ini  dhaif jiddan (sangat lemah), lantaran dalam sanadnya terdapat  dua rawi yang bermasalah, bahkan dianggap pendusta. Pertama,  Yazid bin Sinan. Dia adalah Yazid bin Sinan bin Yazid At Tamimi Al Jazari Abu Farwah Ar Rahawi. Segenap para imam hadits mendhaifkannya.

Imam Ahmad berkata tentangnya: dhaif (lemah). Imam Yahya bin Ma’in mengatakan: haditsnya bukan apa-apa. Imam Ali bin Al Madini mengatakan: dhaiful hadits (lemah haditsnya). Marwan bin Mu’awiyah menguatkannya. Sementara Imam Abu Hatim mengatakan: banyak lalai, haditsnya boleh ditulis tapi tidak bisa dijadikan hujah. Imam Bukhari mengatakan: anaknya meriwayatkan darinya hadits-hadits munkar. Imam Abu Daud mengatakan: dia dan anaknya bukan apa-apa. Imam An Nasa’i mengatakan: lemah lagi ditinggalkan haditsnya. Ad Daruquthni mengatakan: dhaif. Al Jauzujani mengatakan: lemah. Imam Abu Zur’ah mengatakan: laisa bi qawwi (tidak kuat). Imam Al Azdi mengatakan: munkarul hadits. Imam Al Hakim mengatakan: dia meriwayatkan dari Az Zuhri, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Hisyam bin ‘Urwah, berupa hadits munkar yang banyak. Al ‘Uqaili mengatakan: haditsnya tidak bisa diikuti. (Al Hafizh Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 293/293. Darul Fikr. Lihat juga Adz Dzahabi, Mizanul I’tidal, 4/427. Darul Ma’rifah)

 Kedua,  ‘Amru bin Al Hushain, dia juga seorang yang lemah. Imam Ad Daruquthni mengatakan: matruk (ditinggalkan). Imam Abu Zur’ah mengatakan: lemah. (Imam Ad Dzahabi, Mizanul I’tidal,  3/253). Al Hafizh menyebutnya pendusta. (Tahdzbut Tahdzib, 9/241)

8. Membaca: “Allahumma maa ashbaha bi min ni’matin aw bi ahadin min khalqika faminka wahdaka laa syarikalak falakalhamdu wa lakasy syukru”

 من قال حين يصبح اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك فلك الحمد ولك الشكر فقد أدى شكر ذلك اليوم  

           Barangsiapa yang berkata pada pagi hari: “Ya Allah, kenikmatan yang ada padaku atau yang ada pada salah satu hambaMu, yang dengannya aku berpagi hari, maka itu adalah dariMu semata. Engka tidak ada sekutu bagiMu, maka bagiMu segala puji dan bagiMu rasa syukur.” Aka dia telah menunaikan syukur pada siang harinya, dan barangsiapa yang membacanya pada sore, maka dia telah menunaikan syukur pada malam harinya.

           Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa imam dan dengan beberapa sanad yang berbeda:

-          Imam An Nasa’i, As Sunan Al Kubra, No. 9835. Telah mengabarkan kepada saya ‘Amru bin Manshur, dia berkata: berkata kepadaku Abdullah bin Maslamah, telah berkata kepadaku Sulaiman, dari Rabi’ah, dari Abdullah bin ‘Anbasah, dari Abdullah bin Ghannam Al Bayadhi, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ....  (disebut hadits di atas)

-          Imam Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Kitab Ar Raqaiq Bab Al Adzkar,  No. 861. Telah mengabarkan kepadaku Ibnu Qutaibah, dia berkata: telah berkata kepadaku Yazid bin Mauhib, dia berkata: telah berkata kepadaku Ibnu Wahb, dari Sulaiman bin Bilal, dari Rabi’ah bin Abi Abdirrahman, dari Abdullah bin ‘Anbasah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: .... (disebut hadits di atas)

-          Imam Abu Daud dalam Sunannya,  Kitab Al Adab  Bab Ma Yaqulu Idza Ashbah, No. 5073. Telah berkata kepadaku Ahmad bin Shalih, telah berkata kepadaku Yahya bin Hassan dan Ismail, mereka berdua berkata: telah berkata kepada kami Sulaiman bin Bilal,  dari Rabi’ah bin Abdurrahman, dari Abdullah bin ‘Anbasah, dari Abdullah bin Ghannam Al Bayadhi, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: .. (disebut hadits di atas, tetapi tidak ada kata; aw bi ahadin min khalqika)

Para ulama berbeda pendapat tentang status hadits ini. Tetapi umumnya mereka menyatakannya  shahih. Imam Ibnu Hibban memasukkannya dalam kumpulan Shahihnya. Al Hafizh Ibnu Hajar mengakui penshahihan ini. (Fathul Bari, 11/131. Darul Fikr). Sementara Al Hafizh menghasankan dalam An Nataij Al Afkar. (Raudhatul Muhadditsin No. 5376)

Sedangkan yang riwayat Imam Abu Daud, Imam An Nawawi menyatakan sanad hadits ini jayyid, dan Abu Daud tidak  mendhaifkannya. (Al Adzkar No. 216, Darul Fikr). Syaikh  Abdul Qadir Al Arna’uth mengatakan hasan. (Raudhatul Muhadditsin, No. 4625). Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr menyatakan seluruh rawinya adalah tsiqah, sedangkan Abdullah bin ‘Anbasah adalah maqbul  (bisa diterima). (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 576. Maktabah Misykah) Tapi  didhaifkan oleh Syaikh Al Albani (Syaikh Al Albani, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud, No. 5073. Lihat juga Dhaif Kalimuth Thayyib No. 26)

  Nampaknya yang membuat ‘masalah’ pada hadits ini adalah Abdullah bin ‘Anbasah. Imam Abu Zur’ah berkata tentang Abdullah bin ‘Anbasah: “Dia seorang Madinah, aku tidak mengenalnya kecuali dari hadits ini, yakni hadits  idza ashbaha ini ...” (Imam Abu Abdirrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wa Ta’dil, 5/133. Dar Ihya’ At Turats. Lihat juga Imam Abu Thayyib Syamsul Haq Al ‘Azhim Abadi, ‘Aunul Ma’bud, 13/281. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)

Imam Yahya bin Ma’in pernah ditanya tentang ‘Anbasah bin Abdullah, dia menjawab; Laa Adri (Aku tidak tahu). (Tarikh Yahya bin Ma’in, 1/136. No. 825. Darul Qalam)

Imam Abu Daud dan Imam An Nasa’i meriwayatkan: ........  dari Abdullah bin ‘Anbasah dari Abdullah bin Ghannam Al Bayadhi. Sedangkan Imam Ibnu Hibban: ....... dari Abdullah bin ‘Anbasah dari Abdullah bin Abbas.

Di antara manusia mengatakan Abdullah bin ‘Anbasah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ada juga yang mengatakan Abdullah bin ‘Anbasah meriwayatkan dari Ibnu Ghannam.  Mereka   bertanya: siapakah yang paling shahih di antara kedua ini? Dijawab: tidak yang ini, tidak pula yang itu.  Semua majhul (Tidak dikenal). Ibnu Abi Hatim mengatakan: Aku mendengar hal itu dari ayahku (Imam Abu Hatim). (Ibid, 9/325)

Namun, semua perawi hadits ini adalah tsiqah, kecuali kemisteriusan Abdullah bin ‘Anbasah ini yang oleh Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr dikatakan:

وهو مقبول، أخرج له أبو داود و النسائي
           “Dia maqbul (bisa diterima), Abu Daud dan An Nasa’i telah mengeluarkan darinya.” (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud, 576. Maktabah Misykah)

           Paling tidak hadits ini hasan dan jayyid sebagaimana kata Al Hafizh Ibnu Hajar, Imam An Nawawi, dan Syaikh Abdul Qadir Al Arna’uth. Wallahu A’lam

9. Membaca: “Ya Rabbi Lakal Hamdu Kamaa Yanbaghi Li Jalali Wajhika wa Li ‘Azhimi Sulthanika.”

           Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan ada hamba Allah yang membaca:

يَا رَبِّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ
           “Ya Tuhanku, Segala puji bagiMu sebagaimana seyogyanya kemuliaan wajahMu dan keagungan kekuasaanMu.”
          
           Lalu Dua malaikat tidak sanggup mencatatnya dan tidak tahu cara mencatat pahala ucapan ini.  Lalu dua malaikat ini naik ke langit dan mengadu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya hambaMu telah mengucapkan perkataan yang kami tidak tahu bagaimana mencatatnya.” Lalu Allah berfirman- dan Dia Maha Tahu perkataan hambaNya- : “Apa yang dikatakan oleh hambaKu?” Dua malaikat itu berkata:  “Ya Tuhanku, Segala puji bagiMu sebagaimana seyogyanya kemuliaan wajahMu dan keagungan kekuasaanMu.” Allah pun berfirman: “Catatlah sesuai apa yang diucapkan hambaKu, hingga dia bertemu denganKu, dan Aku sendiri yang akan membalas ucapannya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh:

-          Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitabul Adab Bab Fadhlu Al Hamidin, No. 3801.  
-          Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No. 13118. Juga dalam Al Mu’jam Al Awsath, No. 11305. Syamilah
-          Imam Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 4215. Syamilah
-          Imam Alauddin Al Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Ummal, No. 5127, 6441
-          Abul Fadhl As Sayyid Abul Ma’athi An Nuri,  Al Musnad Al Jami’, No. 8100

Dalam sanad hadits ini terdapat Qudamah bin Ibrahim, dalam Az Zawaid disebutkan bahwa Ibnu Hibban memasukkannya dalam At Tsiqat (orang-orang terpercaya).  Dan, Shadaqah bin Basyir belum ada orang yang menjarh (kritik)-nya, dan mentsiqahkannya. Sedangkan semua perawi lainnya adalah tsiqat. (Imam Abul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi As Sindi, Hasyiah ‘Ala Ibni Majah, No. 3791. Mawqi’ Ruh Al Islam) Sementara Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini. (Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3801)

Imam Ibnu Hibban memasukkan Qudamah bin Ibrahim Al Jumahi dalam Ats Tsiqat. (Imam Ibnu Hibban, Ats Tsiqat, 5/319, dan 7/340.  Da-iratul Ma’arif) Imam Ibnu Abi Hatim, menyebutkan bahwa Sufyan Ats Tsauri dan Jarir bin Abdul Humaid telah meriwayatkan hadits darinya. Hal itu aku dengar dari ayahku (Imam Abu Hatim Ar Razi). (Imam Abu Abdirrahman bin Abi Hatim, Al Jarh wa Ta’dil, 7/129. Darul Fikr)  

10. Membaca: “Radhiitu billahi Rabba wabil Islami Diina wa bi Muhammadin Rasuula.”

Dari Abu Sallam Radhiallahu ‘Anhu, pelayan Rasulullah, mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang pagi dan sorenya membaca:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًاإِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ

“ Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul.” Melainkan Allah pasti akan meridhainya.

Hadits ini diriwayatkan oleh:

-          Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al Adab Bab Ma Yaqulu Idza Ashbaha, No. 5072, dengan lafaz: Radhiina billahi ..
-          Imam An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra, No. 9832.
-          Imam At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Ad Da’awat ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a fid Du’a Idza Ashbaha wa Idza Amsa, No.  3449, katanya: hasan gharib.  
-          Imam Ahmad dalam Musnadnya, No. 18199.
-          Imam Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No. 18356. Syamilah
-          Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab  Ad Du’a Maa Yad’u Bihi Ar rajul Idza Ashbaha wa Amsa, No. 3870.  
-          Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak ‘Alash Shaihain, No. 1904. Katanya: shahih sanadnya, tapi tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim

-          Ucapan seperti ini juga diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i dalam Sunannya, Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Imam Ahmad dalam Musnadnya, Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya, Imam Abdurrazaq dalam Mushannafnya, Imam Al Hakim dalam Al Mustadraknya, Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath, Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Imam Ad Darimi dalam Sunannya, Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya, Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan lainnya, tetapi dalam konteks yang berbeda, bukan membicarakan  bacaan doa pagi dan sore.

Dishahihkan oleh Al Hafizh Al Mizzi bagian awalnya, dan perawi Imam Ahmad dan Imam Ath Thabarani adalah tsiqat. (Imam Al Haitsami, Majma’ Az Zawaid, 10/116. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah) yang dimaksud bagan awal adalah bacaan radhitu billahi rabba  tersebut.

 Pada Hasyiah ‘Ala  Ibni Majah disebutkan: bahwa disebutkan dalam Az Zawaid, isnadnya shahih, dan perawinya adalah tsiqat. (Imam Abul Hasan As Sindi, Hasyiah ‘Ala Ibni Majah, No. 3860. Lihat juga Sunan Ibnu Majah No. 3870. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Tetapi Syaikh Al Albani mendhaifkan diberbagai kitabnya. (Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3389, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 5072, As Silsilah Adh Dhaifah No. 5020, Dhaif Al jami’ Ash Shaghir No. 5735, Kalimuth Thayyib No. 24,  Misykah Al Mashabih No. 2399)  

Sedangkan Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani menyatakan, sanad riwayat Abu Daud adalah  kuat namun mendhaifkan riwayat At Tirmidzi. Katanya tentang hadits ini:

أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَسَنَده قَوِيّ . وَهُوَ عِنْد التِّرْمِذِيّ بِنَحْوِهِ مِنْ حَدِيث ثَوْبَانِ بِسَنَدٍ ضَعِيف
“Dikeluarkan oleh Abu Daud dengan sanad yang kuat. Dan, yang seperti itu pada riwayat At Tirmidzi, hadits dari Tsauban dengan sanad yang dhaif.” (Fathul Bari, 11/130. Darul Fikr)
Penghasanan yang dilakukan oleh Imam At Tirmidzi, memang telah dikoreksi para ulama.  Lantaran pada sanad yang diriwayatkannya, ada Abu Sa’ad Sa’id bin Al Marzuban seorang rawi yang dhaif dan mudallis (suka menggelapkan hadits baik sanad atau matannya). (Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 9/332. Al Maktabah As Salafiyah)
Apa yang dikatakan Al Hafizh Ibnu Hajar,  mirip dengan yang dikatakan oleh Imam Zainuddin Al ‘Iraqi berikut:
أخرجه أبو داود والنسائي في اليوم والليلة والحاكم وقال صحيح الإسناد من حديث خادم النبي صلى الله عليه وسلم ورواه الترمذي من حديث ثوبان وحسنه وفيه نظر ففيه سعد بن المرزبان ضعيف جدا .
“Diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa’i dalam Al Yaum wal Lailah, dan Al Hakim, dia berkata: shahihul isnad, diantara hadits pelayan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari hadits Tsauban, dan dia menghasankannya, dan dalamnya  terdapat hal yang perlu ditinjau, karena terdapat Sa’ad bin Al Marzuban yang dhaif jiddan. (Takhrij Ahadits Al Ihya’ No. 964)
Nama aslinya Sa’id bin Al Marzuban, kun-yahnya Abu Sa’ad, Al Baqqal (penjual sayur), pelayan Hudzaifah bin Yaman, dia penduduk Kufah, meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik dan Abu Wa’il. Beliau banyak keraguan dan kesalahan yang buruk. Yahya bin Ma’in mendhaifkannya. (Imam Ibnu Hibban, Al Majruhin, 1/317).  Al Hafizh menyebutkan tentang dia, Sa’ad bin Al Marzuban Al ‘Absa, Abu Sa’ad si penjual sayur, seorang yang buta sebelah matanya, orang Kufah,  dhaif dan mudallis, wafat setelah tahun 40an. (Taqribut Tahdzib, 1/363)
 Kesimpulannya, hadits ini terdapat dalam berbagai riwayat para imam hadits. Pada riwayat Ahmad dan Ath Thabarani telah dishahihkan oleh Al Mizzi, dan para perawinya adalah terpercaya. Hal ini dikatakan oleh Imam Al Haitsami dan  Imam Abul Hasan As Sindi.
Sedangkan riwayat Abu Daud dan An Nasa’i dishahihkan oleh Al Hakim dan Al ‘Iraqi nampak menyetujuinya, sedangkan Al Hafzih Ibnu Hajar menyatakan kuatnya sanad Abu Daud. Sedangkan riwayat At Tirmidzi telah didhaifkan oleh  Ibnu Hajar dan Al ‘Iraqi karena cacatnya Sa’id bin Al Marzuban, walau dihasankan oleh At Tirmidzi.
Sedangkan Syaikh Al Albani mendhaifkan semuanya! Wallahu A’lam 
11. Membaca: “Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wazinata ‘arsyihi wa midada kalimatihi.”
           Dari Juwairiyah Radhiallahu ‘Anha (isteri nabi), bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar darinya pagi-pagi sekali ketika shalat subuh, saat itu dia sedang di tempat shalatnya. Lalu ketika dhuha Nabi kembali dan dia masih duduk. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Kau masih duduk saja sebagaimana tadi aku tinggalkan.” Juwairiyah menjawab: “Ya.” Lalu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Saya telah katakan setelahmu empat kalimat sebanyak tiga kali, yang seandainya kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu lakukan  sejak tadi niscaya lebih berat. Yakni:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Maha Suci Allah dan Segala Puji bagiNya, sebanyak bilangan makhlukNya, seridha diriNya, setimbangan ‘arsyNya, dan sebanyak tinta dari kata-kataNya.”
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh:

-          Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Adz Dzikru wad Du’a wat Taubah wal Istighfar Bab At Tasbih Awwal An Nahar wa ‘Inda Naum, No. 2726.   
-          Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Ash Shalah Bab At Tasbih bil Hasha, No. 1503. Syaikh Al Albani menyatakan shahih. (Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 1503)
-          Imam At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Al Manaqib Bab Fi Ad Du’a An Nabi, No. 3626. Katanya: hasan shahih. Di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Abdurahman, pelayan keluarga Thalhah, seorang Syaikh di Madinah dan tsiqah.  Al Mas’udi dan Ats Tsauri telah meriwayatkan darinya hadits ini. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. (Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3555)
-          Imam An Nasa’i dalam Sunannya, Kitab As Sahwi Bab Nau’un Akhar Min ‘Adadi At Tasbih, No. 1335. Juga dalam As Sunan Al Kubranya, No. 1275, 9989, 9990. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. (Shahih wa Dhaif Sunan An Nasa’i No. 1352)
-          Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Al Adab Bab Fadhlu At Tasbih, No. 3808. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani (Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3808)
-          Imam Ahmad dalam Musnadnya, No. 3138,  25533, 26153
-          Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya, Kitab Ar Raqaiq Bab Al Adzkar, No. 828
-          Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 7/62. No. 6
-          Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir, No. 19654. Syamilah
-          Imam Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, No. 625. Syamilah
-          Imam Abu Ya’la Al Maushili dalam Musnadnya, No. 6911. Syamilah
-          Imam Al Humaidi dalam Musnadnya, No. 525. Syamilah
-          Dan lainnya.

12. Membaca: “Bismillahilladzi La Yadhurru Ma’asmihi Syai’un fil Ardhi wa Laa fis Sama’i wa Huwas Sami’ul ‘Alim.”

           Dari Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
           “Tidaklah seorang hamba membaca pada  pagi setiap hari dan sore tiap malam: Dengan nama Allah Yang bersama NamaNya sesuatu apa pun tidak akan  celaka baik di bumi dan di langit. Dialah Maha Medengar lagi maha Mengetahui. (3X) Niscaya tidak ada sesuatu pun yang mencelakakannya.

           Diriwayatkan oleh:

-          Imam At Tirmdizi dalam Sunannya, Kitab Ad Da’awat ‘an Rasulillah Bab Maa Ja’a fi Ad Du’a  Idza Ashbaha wa Idza Amsa, No. 3448. Katanya: hasan shahih gharib  
-          Imam Abu Daud dalam Sunannya,  Kitab Al Adab Bab Ma Yaqulu Idza Ashbaha, No. 5088
-          Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Ad Du’a Bab Maa Yad’uu bihi Ar Rajul Idza Ashbaha wa Idza Amsa, No. 3869 
-          Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, 7/40, Bab Maa Yustahabbi an Yad’u bihi Idza Ashbaha, No. 2
-          Imam Al Hakim dalam Al Mustadrak ‘alash Shahihain, No. 1895. Katanya:  isnadnya shahih, tetapi Bukhari dan  Muslim tidak mengeluarkannya.
-          Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya, Kitab Ar Raqaiq Bab Al Adzkar, No. 852, 862.

Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam berbagai kitabnya. (Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 3888, Shahih wa Dhaif Sunan Abu Daud No.  5088, Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 3869, Shahihul Jami’ No. 5745)

Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan dalam Nataij Al Afkar tentang hadits ini: hasan shahih. (Raudhatul Muhadditsin No. 5373). Al Hafizh Al ‘Iraqi juga menyatakan keshahihannya. (Takhrij Ahadits Al Ihya’ No. 1172)

(Bersambung Insya Allah ...)
Takhrij Dzikir dan Doa Al Ma’tsurat (bag. 3)

Oleh: Farid Nu’man Hasan

13. Doa: “Allahumma inna na’udzubika an nusyrika bika syai’an na’lamuh wa nastagfiruka lima laa na’lamuh.”
           Berikut adalah lengkapnya hadits tersebut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ يَعْنِي ابْنَ أَبِي سُلَيْمَانَ الْعرْزَمِيَّ، عَنْ أَبِي عَلِيٍّ رَجُلٍ مِنْ بَنِي كَاهِلٍ قَالَ: خَطَبَنَا أَبُو مُوسَى الْأَشْعَرِيُّ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ ؛ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ . فَقَامَ إِلَيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَزْنٍ، وَقَيْسُ بْنُ المُضَارِبِ فَقَالَا: وَاللهِ لَتَخْرُجَنَّ مِمَّا قُلْتَ أَوْ لَنَأْتِيَنَّ عُمَرَ مَأْذُونٌ لَنَا أَوْ غَيْرُ مَأْذُونٍ . قَالَ: بَلْ أَخْرُجُ مِمَّا قُلْتُ، خَطَبَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ: " أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ ؛ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ " . فَقَالَ لَهُ: مَنْ شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ، وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: قُولُوا: اللهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا   لَا نَعْلَمُ

      Bercerita kepada kami Abdullah bin Numair, bercerita kepada kami Abdul Malik yakni Sulaiman Al ‘Arzami, dari Abu Ali, seorang laki-laki dari Bani Kahil, dia berkata: Abu Musa Al Asy’ari berpidato kepada kami: “Wahai manusia takutlah kalian dengan syirik ini, sesungguhnya dia lebih tersembunyi dari semut yang merayap.” Maka berdirilah di hadapannya Abdullah bin Huzn dan Qais bin Al Mudhar, mereka berdua berkata: “Demi Allah, engkau telah menyampaikan kepada kami apa yang kau katakan atau kami akan mendatangi Umar baik kau izinkan atau tidak dizinkan.” Abu Musa berkata: “Justru saya menyampaikan apa yang saya katakana ini, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berpidato kepada kami pada suatu hari, lalu dia bersabda: “Wahai manusia, takutlah kalian dengan syirik ini, karena dia lebih samar dari semut yang merayap.” Lalu ada orang yang bertanya kepadanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang dikehendaki Allah dia akan mengatakannya, lalu bagaimana menghindarinya jika itu lebih samar dari semut yang merayap?” Beliau bersabda: Katakanlah:
           “Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunanMu dari apa-apa yang tidak kami ketahui.”


Takhrij Hadits:
-          Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 19606, terbitan Muasasah Ar Risalah, tahqiq: Syaikh Syuaib Al Arnauth, dan lain-lain.
-          Imam Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Awsath No. 3503,  dengan sanad: telah bercerita kepada kami Al Husein bin Ahmad Al Manshur, telah bercerita kepada kami Ahmad bin Umar Al Waki’, telah bercerita kepada kami  Abdullah bin Numair, telah bercerita kepada kami Abdul Malik bin Abi Sulaiman, dari Abu Ali Al Kahili, dia berkata: Abu Musa telah berpidato di depan kami ….dst.
-          Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf, Juz 7, Bab 61, No. 1. Dengan sanad: Bercerita kepada kami Abdullah bin Numair, telah bercerita kepada kami Abdul Malik bin Abi Sulaiman, dari Abu Ali seorang laki-laki dari Kahil, dia berkata: Abu Musa telah berpidato kepada kami …dst.
-          Imam Al Bukhari dalam Tarikh Al Kabir, Juz. 9, Hal. 58. Dengan sanad:  Berkata Abdullah bin Muhammad Al ‘Absa, bercerita kepada kami Abdullah bin Numair, bercerita kepada kami Abdul Malik bin Abi Sulaiman,  dari Abu Ali seorang laki-laki dari Bani Kahil, katanya: bahwa   Abu Musa Al ‘Asy’ari berpidato kepada kami …dst. 
Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth, lantaran kemajhul-an Abu Ali Al Kahili.  Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan:
إسناده ضعيف لجهالة أبي علي الكاهلي، فقد تفرد بالرواية عنه عبد الملك بن أبي سليمان العَرْزَمي، ولم يؤثر توثيقه عن غير ابن حبان، وباقي رجال الإسناد ثقات رجال الشيخين، غير عبد الملك بن أبي سليمان فمن رجال مسلم.
“Isnadnya dhaif, karena jahalah (tidak dikenalnya) Abu Ali Al Kahili. Dia telah menyendiri dalam meriwayatkannya dari Abdul Malik bin Abi Sulaiman Al ‘Arzami dan tidak ada yang mentsiqah-kannya selain Ibnu Hibban, dan perawi yang lain adalah tsiqat, termasuk perawinya Bukhari – Muslim, kecuali Abdul Malik bin Abi Sulaiman, dia termasuk perawi yang dipakai Imam Muslim.”  (Lihat Musnad Ahmad No. 19606, dengan tahqiq: Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Imam Al Haitsami juga mengisyaratkan kedhaifan Abu Ali Al Kahili ini, di mana beliau mengatakan:
رواه أحمد والطبراني في الكبير والاوسط ورجال أحمد رجال الصحيح غير أبى على ووثقه ابن حبان

“Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thabarani dalam Al Kabir dan Al Awsath, dan perawi Ahmad adalah perawi shahih, kecuali Abu Ali, dan Ibnu Hibban telah mentsiqahkannya.” (Majma’ Az Zawaid, 10/224)
Jadi, selain Abu Ali Al Kahili, semua perawi dalam hadits di atas adalah tsiqat. Telah masyhur dikalangan muhaqqiq (peneliti) bahwa Imam Ibnu Hibban dianggap mudah mentsiqahkan perawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu tidaklah cukup tautsiq (pentsiqahan) yang dilakukannya tanpa mendapatkan penguatan dari imam yang lainnya. Lalu, semua jalur dari Abu Musa Al Asy’ari hanya melalui jalur Abu Ali Al Kahili ini, sebagaimana kata Imam Ath Thabarani: “Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Abdul Malik bin Abi Sulaiman kecuali Abdullah bin Numair, dan tidak ada yang meriwayatkan dari Abu Musa kecuali dengan jalur ini.” (Al Mu’jam’ Al Awsath,  No. 3503) sehingga sanad ini dhaif karena  semuanya melalui perawi yang majhul, yakni Abu Ali Al Kahili .
Namun,  Syaikh Al Albani telah menilai hadits Abu Musa ini sebagai hasan li ghairih. (Shahih At Targhib wat Tarhib No. 36)  lantaran adanya penguat dari jalur Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu.
Berikut ini dari jalur Abu Bakar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"الشرك فيكم أخفى من دبيب النمل و سأدلك على شيء إذا فعلته أذهب عنك صغار الشرك و كباره تقول: اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك و أنا أعلم و أستغفرك لما لا أعلم )تقولها ثلاث مرات(".
           “Syirik yang ada pada kalian lebih samar dibanding semut yang merayap dan akan saya tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan   akan terhapuslah syirik kecil dan besar, hendaknya kalian baca: Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dan saya mengetahuinya dan aku mohon ampunanMu dari apa-apa yang saya tidak ketahui. (Baca sebanyak 3 kali)”  (HR. Musnad Abu Ya’la No.58, 58, 60)
           Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami No. 3131.  Ada pun yang  diberikan tanda kurung, beliau mendhaifkannya. (Lihat Dhaiful Jami’ No. 3433)
Tapi penghasanan Syaikh Al Albani perlu ditinjau kembali. Sebab, semua riwayat yang dijadikan sebagai penguat, yakni dalam Musnad Abu Ya’la No. 58, 59, dan 60, dalam semua sanadnya  terdapat seorang rawi bernama Laits bin Abi Sulaim yang meriwayatkan dari Syaikhnya bernama  Abu Muhammad. Laits adalah seorang rawi yang dhaif sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth. Imam Yahya bin Ma’in mengatakan tentang Laits ini: dhaif. (Al Hafizh Ibnu Hajar, Tahdzibut Tahdzib, 7/205).
Imam Adz Dzahabi juga menyebutkan para ulama yang mendhaifkannya seperti Imam Ahmad dengan mengatakan mudhtharibul hadits (haditsnya guncang/tidak kokoh), Imam An Nasa’i mengatakan dhaif, Imam Ibnu Hibban mengatakan pada akhir usianya  hapalannya telah kacau, Imam Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa dia lebih dhaif dibanding Atha’ bin Saib, Imam  Isa bin Yunus mengatakan dia pernah melihat Laits dan hapalannya telah kacau.  (Mizanul I’tidal, 3/420-421)
Sedangkan Syaikhnya, yakni Abu Muhammad sendiri dikatakan: Lam yu’raf (tidak dikenal).  oleh karena itu Syaikh Syu’aib Al Arnauth tetap mendhaifkan hadits tersebut (yakni jalur Abu Musa Al Asy’ari), karena tidak bisa hadits Abu Bakar ini menguatkannya karena kedhaifannya pula.
   Ada pun kalimat yang semakna dengan: “Wahai manusia, takutlah kalian dengan syirik ini, karena dia lebih samar dari semut yang merayap.”   Juga diriwayatkan dari beberapa jalur lain, seperti dari: Ibnu Abbas dengan sanad shahih (Shahihul Jami’ No. 3730), juga dari Abu Bakar dengan sanad shahih pula (Ibid, No. 3731).
Wallahu A’lam

14. Doa: “A’udzu bikalimatillahi taammah min syarri maa khalaq.”
Lengkapnya hadits tersebut:
 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ حَسَّانَ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ حُمَةٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ

Berkata kepada kami Yahya bin Musa, telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin Hassan, dari Suhail bin Abi Shalih, dari ayahnya, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:  “Barang siapa yang mengatakan pada sore hari sebanyak tiga kali: “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari keburukan apa-apa yang Dia ciptakan.” Maka dia tidak akan dicelakakan oleh gigitan beracun pada malam itu.

Takhrij Hadits:
-          Imam At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Ad da’awat ‘An Rasulillah Bab Fil Isti’adzah No. 3605, Imam At Tirmidzi mengatakan: hadits ini hasan. Dan riwayat di atas adalah menurut sanad dan lafazh Imam At Tirmidzi dalam Sunannya. Sedangkan Syaikh Al Albani menshahihkan.   (Shahihul Jami’ No. 6427). At Tirmidzi juga meriwayatkan yang semisal dalam Sunannya  No. 3437, dari Khaulah binti Hakim.
-          Imam Muslim dalam Shahihnya No. 2708, dari Khaulah bin Hakim, dengan lafaz: barang siapa yang keluar dari rumah, kemudian berdoa (disebut doa di atas) …. Dst.
-          Imam Ahmad dalam Musnadnya, No. 15709, 23083, 23650, semuanya dari Abu Shalih dari seseorang dari Aslam. Juga No. 27120, 27121, 27122, 27123, 27126, 27310, 27311, semua dari Khaulah binti Hakim. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan:   shahih.
-          Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No. 3518, dari Abu Hurairah. Juga No. 3547, dari Khaulah binti Hakim, semuanya shahih.
-          Imam Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya No. 2566, dari Khaulah binti Hakim
-          Imam Malik dalam Al Muwaththa’ No. 1763, dari Khaulah binti Hakim.
-          Imam Ad Darimi dalam Sunannya No. 2680, dari Khaulah binti Hakim
-          Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 2700, dari Khaulah binti Hakim
-          Imam Al Hakim dalam Al Mustadraknya No. 8280, dari Abu Hurairah, katanya shahih sesuai syarat Imam Muslim.
-          Imam Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 10102, dari Khaulah binti Hakim
-          Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya No. 6688, dari Abu Hurairah
Semua riwayat tentang doa ini shahih, baik yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Khaulah binti Hakim, dan dari Abu Shalih dari seorang laki-laki Aslam. Baik yang menyebutkan agar dibaca ketika sore hari, atau ketika keluar dari rumah.
Wallahu A’lam
15. Doa : “Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal hazan wa a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasal wa a’udzu bika minal jubni wal bukhli wa a’udzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal.”
         Hadits tersebut lengkapnya sebagai berikut:
حدثنا أحمد بن عبيد اللّه الغدانيُّ، أخبرنا غسانُ بن عوف، أخبرنا الجريري، عن أبي نضرة، عن أبي سعيد الخدري قال: دخل رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم ذات يوم المسجد فإِذا هو برجل من الأنصار يقال له أبو أمامة فقال: "يا أبا أمامة، ما لي أراك جالساً في المسجد في غير وقت الصلاة"؟ قال: همومٌ لزمتني وديونٌ يارسول اللّه، قال: "أفلا أعلمك كلاماً إذا أنت قلته أذهب اللّه [عزَّ وجلَّ] همك وقضى عنك دينك"؟ قال: بلى يارسول اللّه قال: "قل إذا أصبحت وإذا أمسيت: اللهم إني أعوذ بك من الهمِّ والحزن وأعوذ بك من العجز والكسل، وأعوذ بك من الجبن والبخل، وأعوذ بك من غلبة الديْن وقهر الرجال" قال: ففعلت ذلك، فأذهب اللّه [عزوجل] همي، وقضى عني ديني.

           Telah berkata kepada kami Ahmad bin Ubaidillah Al Ghudani, telah mengabarkan kepada kami Ghassan bin ‘Auf, telah mengabarkan kepada kami Al Jariri, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke masjid, saat itu dia bersama seorang  laki-laki dari Anshar yang dipanggil Abu Umamah. Lalu  beliau bersabda:
           “Wahai Abu Umamah, tidaklah saya melihat engkau duduk di masjid selain di waktu shalat saja?” Beliau menjawab: “Saya selalu gelisah dan berhutang ya Rasulullah.” Lalu Nabi bersabda: “Maukah kamu saya ajarkan ucapan yang jika engkau katakan Allah ‘Azza wa Jalla akan hapuskan kegelisahanmu dan melunaskan hutangmu?” Dia menjawab: “Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: “Bacalah setiap pagi dan sore: Ya Allah sesungguhnya saya berlindung kepadaMu dari gelisah dan rasa sedih, dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepadaMu dari rasa takut dan pelit, dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang (ghalabatid dain) dan tekanan manusia (qahrir rijaal).”  Berkata Abu Umamah: “Lalu saya lakukan hal itu, maka Allah ‘Azza wa Jalla menghilangkan kegelisahan  dan hutang saya.”
Takhrij hadits:
-          Imam  Abu Daud, Kitabush Shalah Bab Fil Isti’azah No. 1555
-          Imam Al Mundziri dalam At Targhib wat Tarhib No. 1141
           Doa yang ada di dalam kisah ini masyhur dan diterangkan pula dalam hadits-hadits shahih. Tetapi, khusus kisah dalam hadits ini, memiliki kelemahan (dhaif). Yakni karena kelemahan salah seorang rawinya yang bernama Ghassan bin ‘Auf .
           Berkata Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr Hafizhahullah  tentang Ghassan bin ‘Auf:
 وهو لين الحديث، وهذا هو الذي ضعف به الحديث، أخرج له أبو داود وحده.
           “Dia seorang layyinul hadits (lemah haditsnya), dan dialah yang membuat dhaif hadits ini, dan  Abu Daud meriwayatkan darinya seorang diri.” (Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr, Syarh Sunan Abi Daud [184])
           Al Imam Adz Dzahabi Rahimahullah mengatakan tentang Ghassan bin ‘Auf: Laisa bil qawwi (bukan orang kuat), dan Al Azdi mengatakan: dhaif. (Mizanul I’tidal, 3/335)
           Sementara Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah mengatakan: “As Saaji telah mendhaifkannya,  juga Al Azdi. Sementara Al ‘Uqaili mengatakan: kebanyakan hadits-haditsnya tidak bisa diikuti.” (Tahdzibut Tahdzib, 8/247)
           Imam Abu Thayyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Azhim Abadi  Rahimahullah mengatakan:
قال المنذري: في إسناده غسان بن عوف وهو بصري وقد ضعف.
         Berkata Al Mundziri: “Dalam isnadnya ada Ghassan bin ‘Auf, dia orang Bashrah, dan telah didhaifkan.” (‘Aunul Ma’bud, 4/289)
           Maka, kisah yang ada dalam hadits ini adalah lemah. Syaikh Al Albani telah mendhaifkan dalam berbagai kitabnya. (Dhaif At Targhib wat Tarhib No. 1141 dan Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 1555, Dhaiful Jami’ No. 2169)
           Jadi, khusus riwayat ini tidak dapat dijadikan hujjah karena kelemahannya. Namun demikian telah banyak riwayat lain yang memuat doa seperti di atas -walau dengan redaksi sedikit berbeda namun substansinya sama- dengan sanad yang shahih, maka berhujjahlah dengannya.
           Di antara riwayat-riwayat tersebut adalah:
Dari Anas  bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
فكنت أخدم رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا نزل، فكنت أسمعه كثيرا يقول: (اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن، والعجز والكسل، والبخل والجبن، وضلع الدين، وغلبة الرجال).
        “Dahulu saya melayani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika dia turun (dari kendaraan), dan saya banyak mendengar beliau mengucapkan: “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari rasa gelisah dan sedih, lemah dan malas, pengecut dan kikir, dibebani hutang (dhala’id dain) dan dikuasai manusia (ghalabatir rijal).” (HR. Bukhari No. 364,  2736, 6002, Muslim No. 1365,   Ahmad No. 12616, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 12535, Abu Ya’la No. 3703, Ath Thabarani dalam Ad Du’a No. 1349, dan lain-lain)
Juga dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كنت أخدم النبي صلى اللّه عليه وسلم فكنت أسمعه كثيراً يقول: "اللهم إنِّي أعوذ بك من الهمِّ والحزن، وضلع الدين ، وغلبة الرجال"
      “Dahulu saya melayani Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan banyak mendengarnya membaca: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari rasa gelisah dan sedih, dan dibebani hutang (dhala’id dain) dan dikuasai manusia (ghalabatir rijal).  (HR. Abu Daud No. 1541. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 1541)
      Juga dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:
كثيرا ما كنت أسمع النبي صلى الله عليه وسلم يدعو بهؤلاء الكلمات اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن والعجز والكسل والبخل وضلع الدين وقهر الرجال
        “Saya banyak mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa dengankata-kata ini: “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari rasa gelisah dan sedih, lemah, malas, dan kikir, dan dibebani hutang (dhala’id dain) dan tekanan manusia  (qahrir rijal).” (HR. At Tirmidzi No.  3484, katanya: hasan gharib. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmdizi No. 3484)
           Dan lain-lain.

http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/210