Kursus Tatanan Sipil Khusus Imam di Swiss


Universitas Fribourg menjadi institusi pendidikan pertama di Swiss yang menawarkan kursus terhadap Imam dan pemuka komunitas Muslim, tentang bentuk sistem masyarakat di negara tersebut.

Pelatihan khusus itu pun terbuka terhadap peminat non-Muslim dengan tujuan memperkuat pengetahuan lintas budaya. Kontan saja program itu mendapat sambutan terbuka oleh sebagian besar komunitas Islami.

Kursus itu bakal dibuka Oktober tahun ini dan diselenggarakan langsung oleh universitas, tepatnya oleh Grup Riset Islam Switzerland (GRIS) dan Institut Pemikiran Islam Internasional berbasis di Paris.

Stéphane Lathion, kepala GRIS dan direktur kursus bertajuk "Islam, Muslims dan Masyarakat Sipil" course, mengatakan saat ini tidak ada studi praktek tentang Islam dan masyarakat di Switzerland.

"Ide ini adalah untuk menawarkan jawaban kepada pihak federal dan pemerintah negara bagian yang tahun-tahun terakhir harus berhadapan dengan masalah terkait komunitas Muslim, seperti orang-orang yang tidak menjaga prinsip demokrasi Swiss," ujarnya seperti yang dikutip oleh Swissinfo.

"Jadi ada masalah bagaimana memastikan, Imam dan pemimpin komunitas tahu tentang tatanan masyarakat Swiss, dan sebaliknya Muslim sendiri dapat meminta pemimpin mereka untuk mendapat pelatihan lebih baik tentang situasi di Swiss untuk ciptakan peran integrasi," imbuhnya panjang lebar.

Lathion mengatakan, terlepas dari tanggung jawab keagamaan mereka, banyak imam memainkan peran penting dalam integrasi.

"Jika ada sesorang dari Turki, Saudi Arabia, atau Tunisia dan mereka tidak paham bagaimana konteks masyarakat Swiss, mereka akan datang kepada para imam atau pemimpin komunitas. Karena itu kami menawarkan seperangkat alat sehingga mereka bekerja lebih baik dalam peran sehari-hari di komunitas Muslim, paparnya.

Dengan lebih dari 350 ribu jiwa, sekitar 4,3 % dari populasi total di Swis, membuat Islam agama terbesar kedua di Switzerland. Dua belas persen Muslim pun telah memegang paspor Swiss.

Isi kursus, menurut Lathion akan meliputi modul tentang sejarah agama dan masyarakat Eropa serta Swiss juga elemen dalam teologi Muslim yang beradaptasi dengn konteks Eropa.

Modul-modul khusus, yang dapat diambil secara terpisah oleh profesional pekerja kesehatan berdasar isu terkait pekerjaan, akan menjadi kursus yang pertama kali di daratan Eropa, demikian menurut penjelasan Lathion.

Jilbab misalny, akan diatasi dalam modul kesehatan dimana mengenakan jilbab dalam rumah sakit akan didiskusikan.

Lebih dari 50 ahli termasuk dari komunitas Muslim akan membantu mengajar di dalam kursus yang akan berjalan hingga Juni 2010

Debat Menara Masjid

"Situasi di Swiss terkait hubungan Muslim dan non-Muslim belum begitu serius bila dibanding dengan apa yang terjadi di Peranis, Jerman, dan Inggris, namun kami harus segera mengantisipasi semua isu-isu yang mungkin muncul kedepan," ujar Lathion

Debat yang kini tengah memanas adalah seputar ijin mendirikan menara masjid di di Swiss, sekaligus membuktikan ini adalah saat tepat untuk mengatasi jawaban sulit yang muncul, demikan imbuh Lathion

"Kami seharusnya melakukan debat soal Islam dan Muslim di Eropa, sebagai kontras dari debat masalah menara masjid. Sebaiknya fokus terhadap apa yang dapat dilakukan dan bukan dalam wilayah fantasi dan emosi," ujar Lathion.

Pera pemimpin komunitas memberi umpan balik pada kursus rata-rata bernada positif. Pihak Federal pun tak luput mengawasi kemajuan program tersebut.

Ender Demirtas dari Yayasan Komunitas Muslim di Jenewa mengatakan poryek memiliki jangkauan luas dan non-Muslim pun bahkan dapat belajar banyak tentang Islam dan komunitas Muslim mampu mengorganisasi komunitas mereka lebih baik.

Namun ia tetap berpendapat beberapa Muslim akan berpartisipasi, dan beberapa mungkin enggan karena proyek tersebut masih terbilang baru.

"Anda harus melihatnya dalam jangka panjang dan yang paling penting adalah melatih dan menyiapkan generasi masa depan," ujar Demirtas yang akan mengirimkan dua pemuda mengikuti kursus tersebut.

Reaksi Komunitas

Sementara itu Yayasan Antar-Pemahaman di Jenewa yang ikut mempromosikan relasi antara Muslim dan non Muslim juga turut ambil bagian. Juru bicara institusi, Hafid Quardiri mengatakan jika institusinya telah meletakan ide untuk memiliki pusat kajian Islam dan Manusia pada 2003 dan telah mengikuti isu tersebut sejak itu.

"Kami sangat setuju dengan inisiatif melakukan sesuatu terhadap Islam dan masyarakat sipil. Namun keinginan mengikuti program tersebut harus benar-benar dari Muslim sendiri karena itu sangat penting, "ujarnya.

"Orang tidak menginginkan situasi seperti di Perancis dan tidak ingin merasakan ada sesuatu yang memaksa mereka," imbuhnya.

Namun ia menekankan jika sangat penting untuk menjadi partner dan bekerja sama mewujudkan kursus berkualitas baik. Bagi Hafid, sangat penting bagi anggota masyarakat untuk hidup berdampingan secara terhormat dan sikap terbuka serta komunikasi adalah kunci untuk itu.

Untuk bagian ini, Lathion mengatakan kursus masyarakat sipil adalah solusi terbaik dibanding traning apapun terhadap imam asing di Swiss--yang kadang tidak diterima oleh komunitas Muslim.

"Apa yang kita ajukan disini tidak mencampuri dasar teologi dan kami tidak menghakimi seseorang pun yang mungkin telah mengalami pelatihan di negara asalnya atau dari manapun," ujarnya./itz

http://www.republika.co.id/berita/38523/Kursus_Tatanan_Sipil_Khusus_Imam_di_Swiss

No comments:

Post a Comment