Suami Mudah Marah, Istri Mudah Capek

Banyak istri sering berharap kasih sayang dari para suami. Namun jarang para istri tahu, banyak diantara para suami yang sedang membutuhkan perhatian, dorongan, dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya, khususnya anak dan istri. Ibarat orang yang sedang sakit, hanya orang-orang terdekat yang bisa menyelamatkannya. Selain itu dukungan doa kepadanya

Assalamu’alaikum wr wb,

Yth Pak Ustadz, bagaimana caranya menyadarkan suami agar lebih memberi perhatian kepada keluarga? Suami saya pendiam, berwatak keras, cuek, mudah marah dan
pendendam.

Dulu dia lebih baik, lebih ceria, suka bercanda. Tapi dia banyak berubah ke arah yang buruk sejak kami pindah ke luar negeri. Beban hidup/hutang rumah sangat berat, sementara pekerjaan dia belum “settled”. Dia merasa stress dan beban pikiran yang banyak; sehingga semakin sensitive dan menjauhi keluarga. Padahal sebagai istri saya sudah membantu dengan bekerja full time. Anak-anak juga bisa mengerti kondisi keuangan keluarga. Jadi sebenarnya kami terbiasa dan tidak keberatan dengan hidup hemat. Buat kami materi tidak terlalu masalah, anak-anakpun mengerti. Yang kami inginkan bersama anak-anak adalah kasih sayang & perhatian dari suami. Tetapi kalau diingatkan, dia marah. Walaupun dia mengakui kalau perilakunya memang berubah (ke arah yang buruk). Tetapi tetap saja tidak terima kalau dikatakan telah mengecewakan kami dengan sikapnya yang kurang perhatian & kasih sayang tersebut.

Saya katakan kepadanya, dengan bersikap begitu dia sudah melalaikan nafkah bathin untuk keluarga, sementara nafkah lahir juga tidak memuaskan, walaupun kami bisa mengerti & menerimanya.

Saya merasa cape lahir bathin, karena seringnya bertengkar. Kedua anak kami sudah tahu dan sering menyaksikan pertengkaran ini, karena sering dilakukan secara terbuka di depan anak-anak. Tidak jarang mereka menyaksikan kekerasan yang dilakukan suami kepada saya.

Saya sering menangis sambil berdo’a kepada Allah, mohon ampun dan pertolongan-Nya, karena saya yakin hanya dengan pertolongan Allah saya bisa mengatasi masalah ini. Sebenarnya saya juga takut berdosa dengan sikap-sikap saya pada suami. Tapi saya kan cuma minta disayang sama suami seperti yang dulu pernah saya rasakan. Itu kan hak saya, saya bukan minta emas atau berlian yang tidak mungkin diberikannya. Tetapi kenapa dia begitu susah memberikannya?

Saya katakan kalau sudah bosan kepada saya, saya tidak keberatan ditinggalkannya, saya mau yang pasti-pasti saja. Tidak seperti sekarang punya suami tapi rasanya tidak punya, karena kurang kasih sayang….. Kalau dia meninggalkan saya, tentu saya tidak akan berharap macam-macam lagi kepadanya, karena dia tidak punya kewajiban lagi kepada saya. Tapi dia bilang tidak mau meninggalkan keluarga.

Saya pikir seseorang harus berbicara kepadanya untuk menyadarkan-nya. Saya sudah mencoba mem-print artikel yang menunjang keinginan kami untuk dibacanya, sampai saya minta dikirimi majalah Hidayatulllah edisi “Gelorakan Kasih Sayang dalam keluarga” dari tanah air.

Mohon sarannya dan terima kasih banyak Ustadz.

Wassalamu’alaikum wr wb.
RH


Wa'alaikumsalam Wr. Wb.

Ibu RH yang dirahmati Allah
Saya dapat merasakan perasaan ibu, dan saya ikut merasa prihatin dengan keadaan yang menimpa keluarga ibu.

Ibu …..
Saya percaya, bahwa ibu sangat mencintai suami ibu. Yang ibu harapkan adalah bagaimana kehidupan keluarga ibu bersama suami dan anak-anak menjadi normal kembali, saling menyayangi dan mengasihi seperti yang pernah ibu rasakan sebelumnya. Bahkan lebih baik lagi tentunya. Dari apa yang telah ibu sampaikan, saya juga percaya bahwa sebenarnya suami ibu menginginkan hal yang sama.

Seperti yang ibu ceriterakan, bahwa sebenarnya dulu suami ibu tidak seperti itu perilakunya. Perubahan itu baru terjadi saat pindah ke luar negeri dengan tekanan ekonomi yang memberatkannya. Sehingga kini menjadi pemurung, pendiam, sangat sensitif, mudah marah dan sebagainya. Itu menunjukkan bahwa suami ibu sedang mengalami stress akibat tekanan hidup yang tidak mampu diatasinya. Ia tidak dapat mengontrol sikap dan tindakannya dengan tepat. Tekanan itu akan dirasakan semakin berat jika hubungan dalam keluarga tidak harmonis.

Ibu RH yang dirahmati Allah.
Suami ibu sebenarnya tengah membutuhkan bantuan dan pertolongan untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.

Memang benar, bahwa ibu dan anak-anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian suami. Tetapi juga harus ibu sadari bahwa suami ibu sendiri saat ini sedang membutuhkan perhatian, dorongan, dan kasih sayang dari orang-orang yang dicintainya, terutama istri. Ibarat orang yang sedang sakit, saat ini ia belum bisa memberikan apa yang ibu butuhkan secara wajar. Maka ibu dan anak-anaklah yang harus menyelamatkannya. Diperlukan pengorbanan ibu dan anak-anak untuk bisa memahami dan menerima kondisi ini dengan penuh kesabaran. Jika ia kembali pulih nanti, isya-Allah apa yang ibu butuhkan akan kembali ibu dapatkan.

Oleh karenanya berilah perhatian kepadanya, kasihi dan sayangilah suami ibu dengan sepenuh hati. Ikhlaskan diri untuk membantunya, terimalah dengan ridla apa yang terjadi pada suami ibu, termasuk perlakuannya kepada ibu. Itu akan memberikannya ketenangan dan kedamaian dalam menghadapi ujian ini.

Selanjutnya, berilah support motivasi dan keyakinan, bahwa apa yang kini tengah suami ibu hadapi dapat dilewati, apabila keluarga tetap saling mengasihi, menyayangi dan bantu membantu meringankan beban pendeitaan tersebut. Yakinkan bahwa insya-Allah badai akan berlalu. Karena Allah telah memberikan jaminannya:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Al-Insyirah [94]: 5-8)

Support itu akan menjadi energi bagi suami untuk bangkit dari keterpurukannya, dan menatap masa depan dengan optimisme, keceriaan serta kebahagian bersama dengan istri dan anak-anak yang mencintainya.

Apa yang telah ibu lakukan dengan meratap kepada Allah adalah langkah yang benar. Jangan berputus asa dan jangan ditingalkan. Akan lebih baik lagi jika ibu bisa mengajak suami dan anak-anak untuk bersama-sama lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat berjamaah bersama, shalat lail, baca al-Qur’an serta memperbanyak doa kepada Allah SWT. Jika tidak diberi oleh Allah persis seperti yang ibu minta, boleh jadi Allah akan mengganti dengan kebaikan yang lain. Jika Allah belum memberikannya hari ini, mungkin Allah akan memberikannya besok atau lusa. Yang pasti do’a yang kita lakukan dengan ikhlas, tidak ada yang ditolak oleh Allah.

Semoga Allah memberikan kepada ibu sekeluarga kesabaran untuk menjalani ujian kehidupan ini, serta diberi jalan kemudahan untuk menyelesaikannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pengasuh:
Ust. Ainur Rofiq
http://hidayatullah.com/konsultasi/keluarga-sakinah/9755-suami-mudah-marah-istri-mudah-capek-.html

No comments:

Post a Comment