Mengukir Sejarah

Sama seperti Anda, saya juga tidak tahu ke arah mana konflik KPK-Polri akan bergulir. Keterangan yang dikemukakan para tokohnya, Anggodo Widjoyo, Ary Mulyadi, Bibit-Chandra, Kapolri, Susno Suadji, Antasari Azhar, TPF, semuanya absurd. Nuansa politik kian kental sehingga mengaburkan proses hukum kasus yang menyedot perhatian seantero jagat nusantara ini.

Pertanyaan berkecamuk dalam diri saya. Apakah mereka melakukannya secara sadar. Maksud saya, mengertikah mereka jika mereka sedang menoreh sejarah. Sadarkah mereka jika apa yang mereka perbuat akan menjadi lembaran sejarah tidak hanya untuk saat ini, tapi masa depan, bahkan hingga ratusan tahun akan datang saat jasad mereka telah mengabu dan membatu.

Karena itu, wahai saudaraku, torehlah sejarah kita sendiri dengan ukiran yang bermakna, bernilai dan bermanfaat. Lakukanlah sesuatu yang membuat orang lain merasa terbantu, merasa terkurangi beban hidupnya. Kerjakanlah amalan yang dengan amalan tersebut membuat banyak orang mendapatkan hidayah-Nya.

Bukan malah melukainya.


Saudaraku, jangan hanya berpikir, tapi bersegeralah berbuat hingga terbuka peluang yang lebar. Lakukanlah sesuatu yang membuat Allah Ya Rabbi tersenyum, yang membuat semua pintu surga memanggil-manggil kita. Terlalu banyak yang bisa kita lakukan. Namun, kadang terlalu banyak pula yang kita sia-siakan, hingga habis waktu yang tersisa.

Lakukanlah apa yang pernah dilakukan para sahabat mulia dengan berbagai dinamikanya. Mereka berbuat baik hingga mendapat ganjaran setimpal. Abu Thalhah ra beramal dengan menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Rasulullah saw dari tembakan panah saat perang Uhud.

Khalifah Umar bin Khattab berpatroli siang-malam menelusuri lorong-lorong gelap di sudut-sudut desa ketika orang-orang tertidur untuk memastikan keamanan masyarakatnya. Ketika paceklik melanda negeri, Umar jugalah orang yang pertama kali merasakan lapar karena memberikan makan kepada rakyatnya.

Abu Ubaidah rela terjaga di malam hari menjaga pasukan kaum Muslimin memberi kesempatan yang lainnya beristirahat. Sadar atau tidak, kita saat ini sedang mengukir sejarah diri kita sendiri. Karena itu, jangan pernah ragu membuat Allah SWT tersenyum dengan perbuatan kita. Ukirlah sejarah agar kita dikenang makhluk di dunia dan di akhirat kelak.

SABILI
Rivai Hutapea
http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1042:mengukir-sejarah&catid=45:tafakur&Itemid=163

No comments:

Post a Comment