Almarhumah Dra. Syahrazad Syawkat Al Bahry: Istiqamah hingga Akhir Hayat

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Para pejuang syariah dan khilafah kembali kehilangan salah seorang pendukungnya. Telah berpulang ke rahmatullah Wakil Ketua Majlis Wanita Al Irsyad Al Islamiyah Syahrazad Syawkat Al Bahry pada Jum'at (23/1) malam pukul 19.30 WIB di rumahnya Gang Pedati Timur Dalam No 12 Kampun Melayu, Jakartra Timur. Pagi harinya setelah dishalatkan di Masjid Al Ihsaniyah jenazah almarhumah dimakamkan di TPU Islam Kober Jakarta.

Wasiat Umu Ayat

Setidaknya sudah setahun ini ia merasa ada masalah dengan rahimnya. Namun tidak dihiraukan, ia terus aktif menjalani jadwalnya yang padat dalam berbagai kegiatan keislaman.

Sampai akhirnya sejak tiga bulan lalu ia terbaring, dan dokter pun menyatakan kanker rahimnya telah mencapai stadium IV. Dengan sabar ia terus menahan nyeri, karena ia sangat yakin Allah menyayanginya dan begitulah cara-Nya menghapus dosa hamba yang dicintai-Nya.

Dalam kondisi seperti itu ia terus berwasiat kebaikan kepada keluarganya dan siapa saja yang menjenguknya. "Menjelang sakaratul mautnya pun umi masih memberikan tausiah kepada keluarga agar selalu menegakkan ajaran dinul haq dengan selalu mempedomani Alquran dan Hadits," ujar Ikawati Cahyaningsih (34), anak pertamanya kepada mediaumat.com saat bertakziah ke rumahnya, Sabtu (24/1) pagi.

Di samping itu ia pun berharap agar anak-anaknya termasuk golongan hufadz, orang-orang yang cinta dan hafal Alquran. "Alhamdulillah, saya sudah menghafal 12 juz dan Fadla sudah 15 juz. Umi berharap kami menghafal sampai 30 juz," ujar Febri Aladin Jati (24) anak keduanya. Sedangkan Fadla atau Fadla Faya Sejati (20) adalah anak ketiganya.

Hal senada pun disampaikan oleh Ketua Majlis Wanita Al Irsyad Al Islamiyah Solecha Bawazier yang terus menemani di hari terakhirnya dari pukul 11 pagi hingga 16.30 WIB. "Beliau berpesan, persatuakan wanita jangan sampai terpecah belah," ujar Solecha kepada mediaumat.com.

Ia pun selalu mewanti-wanti Solecha, agar jangan ragu menyampaikan masalah. Solecha pun menyampaikan bahwa di Tanjung Priok wanita Al Irsyad punya lahan di samping gereja. "Bikin saja buat syiar, banyakin pengajian, pertemuan di sana. Apalagi di tempat tempat seperti itu supaya dibangkitkan," ujar Solecha menirukan wasiatnya.

Begitu juga dengan Eny Dwiningsih, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. "Waktu kritis kemarin sore (Jum'at, red), saya mendapat sms dari Mbak Ika, umi mengatakan: Salam juang buat teman-teman Muslimah HTI," ungkap Eny. Karena selama ini memang Umu Ayat sering hadir di acara yang diadakan M HTI. Ketika orang berbicara miring tentang HTI ia pun selalu meluruskan.

Maka tidak heran ketika terakhir Eny menjenguk pun meski dalam kondisi menahan sakit, tetapi tetap saja menanyakan kegiatan M HTI kemudian mengatakan, "teruskan perjuangkan tegaknya syariah dan khilafah".

Sosok Almarhumah

Syahrazad lahir pada 1949. Sejak usia 15 tahun telah aktif di Wanita Al Irsyad Al Islamiyah. Pada tahun 1990 ia dinikahi Dr. Ahmad Djatinarto, Dosen Uhamka, Matraman Jakarta.

Ahmad menikahi Syahrazad dengan status duda beranak tiga yakni Ika, Febri, dan Fadla. Sedangkan dari hasil pernikahan Ahmad dengan almarhumah tidak dikarunia seorang anak pun, Syahrazad pernah hamil namun keguguran.

"Pada saat Fadla lahir, ibu kandung saya meninggal. Ibu saya itu akrab dengan umi, lalu ayah saya langsung menikahi umi," ujar Febri.

Umu Ayat salah satu orang yang sangat penting dalam hidup mereka. "Alhamdulillah Allah SWT memberikan umi sebagai pengganti ibu kandung. Meskipun anak tirinya, kami diperlakuan dengan sangat baik, ia begitu ikhlas memelihara, dan mendidik kami agar menjadi anak yang shalih dan shalihah. Menjadi anak-anak yang berjuang dalam urusan agama, dan tidak silau dengan urusan dunia, insya Allah," tandas Febri.

Selain semangat dakwahnya tidak diragukan lagi, kepekaan sosialnya pun tinggi sehingga ia pun mendirikan yayasan mustadh'afin dab majlis taklim al Jannah di Gudang Peluru Tebet, Jaksel. Serta untuk mensinergikan potensi Muslimah di berbagai organisasi Islam pada tahun 2002 ia pun menggagas dibentuknya Forum Ukhuwah Muslimah Indonesia.

Umu Ayat inginkan adanya ukhuwah, apalagi generasi muda banyak sekali tantangan, Setiap wanita, ujar Solicha menirukan Syahrazad, bila ada masalah terbukalah ceritakan masalahnya, untuk dicarikan solusinya bersama.

Pasalnya saat ini semakin banyak godaan yang menimpa, ungkap Solecha, di antaranya tayangan televisi, acaranya sangat menarik perhatian para wanita juga anak-anak. Bahkan acara yang menarik ditayangkan menjelang Maghrib seolah menahan mereka untuk beribadah.

Makanya, meskipun di rumah Umu Ayat ada TV, ia tidak mau menyetelnya bukan berarti TV itu haram. Cuma maksudnya agar anak-anaknya jangan melihat kemaksiatan yang dipromosikan TV. Ia begitu ketat dan selektif terkait acara apa saja yang boleh ditonton.

Di samping itu, ia pun menjadi rujukan konsultasi masalah rumah tangga, keuangan, pendidikan anak, para gadis dan ibu-ibu baik dari wanita Al Irsyad maupun bukan.

Karena memang sejatinya, ia adalah penasihat Wanita Al Irsyad, meskipun secara formil jabatannya adalah wakil ketua majlis wanita. "Umu Ayat itu penasihat, tapi kok malah minta jadi wakil saya, padahal keilmuan dan segala macamnya itu jauh di atas saya" ujar Solecha merendah. Bahkan Solecha mengaku aktif di Al Irsyad sejak sepuluh tahun silam itu berkat bimbingan almarhumah.

Tanpa terasa air mata Solecha pun menetes mengingat kelembutan, kesabaran dan keikhlasan Umu Ayat dalam membimbingnya.

Allahummaghfirlaha warhamha wa'afiha wa fu'anha wa akrim nuzulaha wawassi' madkhalaha waj'al al jannata maswaha. Aamiin. (mediaumat.com)

http://www.mediaumat.com/content/view/1114/28/

No comments:

Post a Comment