Menggapai Akhlak Mulia


Akhlak secara bahasa (lughah/etimologi) adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti tabiat, pembawaan atau karakter (Kitab An Nihayah). Sedangkan secara istilah atau terminologi, akhlak memiliki beberapa definisi sebagai berikut :

≈ Imam Ibnul Mubarak mendefinisikan, “Akhlak yang mulia adalah berwajah ceria, memberikan kebaikan dan menahan diri dari gangguan” (Kitab Jami’ul Ulum wal Hikam)

≈  Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Akhlak mulia itu dengan bersabar atas gangguan manusia, tidak marah dan tidak berlaku kasar kepada mereka” (Kitab Adab Syar’iyah)

≈ Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata, “Akhlak yang mulia asasnya adalah sabar dan lembut, sehingga menghasilkan sifat pemaaf, berlapang dada, bermanfaat bagi manusia, sabar atas gangguan serta membalas kejelekan dengan kebaikan” (Kitab Ar Riyadhun Nadhirah)

Pembicaraan tentang akhlak yang baik sangat luas dan banyak cabangnya. Namun dapat dibatasi pokok-pokoknya yang besar menjadi lima yakni kejururan, kesabaran, kasih sayang, tawadhu’ dan lemah lembut.  

Keimanan dalam diri seseorang tidaklah sama, artinya iman itu bertingkat dan berderajat. Manusia yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Ini merupakan anjuran yang sangat agung kepada akhlak yang baik, terhadap Allâh Ta’ala maupun terhadap sesama manusia.

Akhlak yang baik, diwujudkan dengan menebar kebaikan kepada manusia, baik dengan harta ataupun kedudukan atau yang lainnya seperti menahan diri untuk mengganggu, membuat kesusahan menipu, berkhianat dan lainnya.

Ibnu Taimiyah berkata: Intisari akhlak yang baik kepada manusia ialah menyambung hubungan terhadap orang yang memutuskannya dengan mengucapkan salam, memuliakan dan mendoakannya serta memohon ampunan baginya, memuji dan mengunjunginya. Memberi kepada orang yang menahan pemberian kepadanmu, berupa taklim, jasa dan harta. Memaafkan orang yang menzhalimimu, kaitannya dalam masalah darah, harta atau kehormatan. Sebagian darinya adalah wajib dan sebagian lainnya mustahab.”

Agama Islam, melalui Al Qur’an dan As Sunnah banyak menjelaskan tentang kedudukan akhlak. 

Di antaranya adalah penegasan bahwa Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam diutus untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana sabda Beliau, “Aku tidak diutus oleh Allah kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR Malik). 

Sesungguhnya realisasi akhlak yang mulia merupakan inti risalah Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam.

Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Rasûlullâh bukanlah orang yang keji. Beliau bersabda kepada manusia : “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik akhlaknya. (Muttafaqun ‘alaihi).

Bahkan Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan, bahwa tidak ada yang lebih berat pada timbangan kebaikan seorang hamba mukmin di hari kiamat selain akhlak yang baik

Dalam kitab Sunan Abu Dawud disebutkan dari ‘Aisyah Radhiyallâhu ‘Anha, isa berkata: “ Aku mendengar Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang baik bisa mencapai derajad orang yang berpuasa dan shalat malam.”

Panutan utama kaum muslimin, pemilik akhlak yang sempurna dan manhaj yang agung, beliau adalah Nabi kita Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam. Allâh  Ta’ala telah berfirman tentang beliau :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri taudalan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh  dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh .” (QS. Al-Ahzab: 21).

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al Qalam:4).

Begitu pula para sahabat, mereka adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasûlullâh. Dan di antara akhlak Shalafus Shalih yaitu: 

1) Ikhlas dalam berilmu serta takut dari riya’
2) Jujur dalam segala hal;
3)  Sungguh-sungguh dalam menjalankan amanah
4) Menjunjung tinggi hak-hak Allâh dan Rasul-Nya
5) Lembut hatinya
6)Banyak berdzikir kepada Allâh Ta’ala.
7) Tawadhu’ (rendah hati)
8.) Banyak bertaubat
9) Pemalu
10) Senantiasa menjaga lisan mereka, tidak suka menggunjing
11) Banyak memaafkan dan sabar
12) Banyak bersedekah, dan masih banyak lagi akhlak mulia lainnya.

“Ya Allâh , jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu berada di atas petunjuk-Mu, arahkanlah kami kepada akhlak yang mulia, serta tetapkanlah hati kami di atas jalan-Mu.”

Semoga dengan usaha yang sungguh-sungguh dan jihad ini, kita terbimbing menjadi manusia yang ber-akhlaqul karimah.


Dikutip dari bukuCatatan Harian Mukmin Sejati
PenulisAbdul Ilahbin Sulaiman Ath-Thayyar
Penerbit: An-Naba Solo

http://an-naba.com/menggapai-akhlak-mulia/

No comments:

Post a Comment