Sejenak Bersama Nabi Musa AS

Allah SWT berfirman :

وَمَا أَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَى . قَالَ هُمْ أُولَاءِ عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى. قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ

“Mengapa kamu datang lebih cepat dari kaummu, hai Musa ?” Berkata Musa : “Itulah mereka sedang menyusuli aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”. Allah berfirman : “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri”. (QS. Thoha : 83-85)

Allah telah berjanji kepada nabi Musa diatas gunung sewaktu diperintahkan untuk menemuinya setelah 40 hari untuk menerima taklif (kewajiban perintah) : taklif kemenangan setelah kekalahan, karena kemenangan ada taklifnya (kewajiban di dalamnya), akidah ada tuntutannya, maka jiwa harus siap bergerak dan menerimanya.

Ketika Musa naik ke atas gunung, dan meninggalkan kaumnya yang berada di bawahnya, dan mereka ditinggalkan bersama Harun AS sebgai wakilnya. Beliau berdiri dihadapan Tuhannya sedang dia tidak mengetahui sesuatu yang terjadi dibelakangnya, dan apa yang terjadi terhadap kaumnya saat mereka ditinggalkan dibawah gunung, dan disinilah Allah SWT mengabarkan berita kepadanya.

Allah SWT berfirman : “Mengapa kamu datang lebih cepat dari kaummu, hai Musa ?”, penyusun tafsir “Mahasin At-ta’wil” berkata : “Nasir berkata : Sesungguhnya yang diinginkan Allah dengan pertanyaan itu adalah sebab ketergesa-gesaannya, dia Dia Maha Tahu, mangajarkan kepada nabi Musa adab bepergian, yaitu selayaknya seorang pemimpin harus belakangan dari mereka agar pantauan terhadap kaumnya bisa lebih baik, terdeteksi dan mengetahui kondisi mereka hingga yang terakhir kali. Dan hal ini tidak akan terlaksana kalau pemimpin mendahului mereka.

Sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada Luth adab ini, seperti firman Allah : “Maka ikutlah dibelakang mereka”. (QS. Al-Hijr : 65), beliau diperintahkan untuk menjadi orang yang paling akhir. Namun nabi Musa AS lalai akan hal ini dan bergegas ingin mendapatkan ridlo Allah dan pergi menuju tempat pertemuan yang telah dijanjikan.

Demikianlah nabi Musa dikejutkan setelah beliau siap selama 40 hari, bahwa dirinya terlalu bergegas menuju Tuhannya. Namun adab Nabi Musa dalam menjawab pertanyaan Tuhannya juga patut diperhatikan dan diambil pelajaran, ” Berkata Musa : “Itulah mereka sedang menyusuli aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”.

Makna “Itulah mereka sedang menyusuli aku bersegera kepada-Mu. Yaitu : mereka datang berada di gunung Thur, namun saya mendahului mereka karena saya berada dalam keadaan baik, karena itu dia berkata : “agar supaya Engkau ridha” yakni kepadaku dengan kesegeraanku dalam mengamalkan perintah-Mu dan perhatian saya dalam memenuhi janji kepada-Mu, dan disampaikannya dengan kata : “Rabb” untuk menunjukkan rasa ketundukkan dan kepatuhan karena ingin/berharap mendapatkan keringanan.

Namun penghambaan dan ketundukan yang panjang di dalam lingkungan Fir’aun yang animisme telah merusak kebiasaan Bani Israel dan melemahkan kesiapan mereka dalam mengemban amanat taklif dan bersabar atasnya, kesabaran memenuhi janji dan teguh atasnya, kesabaran untuk meninggalkan kebiasaan buruk mereka dan bersiap diri untuk patuh dan taat mengikuti perintah. Sebagaimana Musa meninggalkan mereka dalam pantauan Harun, dan menjauhi mereka dengan sedikit jarak untk menguji akidah mereka dan mencoba keteguhannya.

Namun sebelum berlalu ujian yang silih berganti dan berulang-ulang; guna mengembalikan diri mereka, datang ujian pertama kepada mereka dengan sapi yang dibuat oleh Samiri : “Allah berfirman : “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri”, maka Musapun tidak mengetahui ujian ini sampai dia berjumpa dengan Tuhannya.

Setelah nabi Musa menerima lembaran-lemabaran (al-alwah) yang di dalamnya terdapat hidayah dan undang-undang syariat guna membangun kembali jati diri Bani Israel, agar dapat mengemban amanat yang telah diamanahkan kepada mereka. Dan kontek ini habis dengan sikap munajat untuk segera kembali, sedang dalam dirinya terselubung rasa kekhawatiran dan marah terhadap kaum yang telah Allah selamatkan dari perbudakan yang terdapat di dalamnya ajaran animisme, dan diberikan kepada mereka rezki dengan mudah dan perlindungan yang baik di tengah teriknya padang pasir. Namun mereka mengikuti jejak ajaran animisme dan menghamba kepada sapi.

Akhi da’iyah, tidakkah engkau perhatikan setelah penjabaran kisah ini ada beberapa intisari yang memberikan jalan kepada para du’at dalam meniti jalan da’wah, yang dapat kami pilihkan disini beberapa hal :

1. Kesemangatan seorang murabbi untuk tidak meninggalkan muridnya walaupun hanya sebentar tanpa adanya mutabaah (pemantauan).
2. Bersegera menunaikan kebajikan “Aku bergegas kepadamu agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”.
3. Bersegera dalam mengantisipasi setiap perkara tanpa menunda-nunda.
4. Merasa sedih dan marah saat mendapatkan muridnya melakukan kesalahan yang besar setelah tujuannya jelas.
5. Bergegas mengangkat seorang wakil dari muridnya untuk menjadi pengganti saat berhalangan.
6. Siap menanggung beban da’wah.

Inilah beberapa catatan dan disana banyak lagi catatan penting; maka bergegaslah wahai akhi da’iyah untuk mengambil manfaat darinya…

http://www.al-ikhwan.net/sentuhan-sentuhan-tarbiyah-sejenak-bersama-nabi-musa-as-401/

No comments:

Post a Comment