Di dalam buku Menyambut si Buah Hati yang ditulis oleh Salim Rasyid As-Sibli dan Muhammad Khalifah (terbitan Ash-Shaf Media, halaman 30-31), penulis buku tersebut mengatakan,
“Tidak terdapat satu hadits pun dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ucapan selamat, dan tidak ada sesuatu pun kecuali atsar yang diriwayatkan dari para tabi’in.
Di antaranya:
Dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Bagaimana cara saya mengucapkan ucapan selamat (kelahiran)?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah olehmu,
جَعَلَ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَ عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin”Artinya, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi atasmu dan atas umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
(Atsar ini hasan, dikeluarkan oleh Imam Thabrani).” >>nukilan sampai di sini.
Sebenarnya masih ada atsar lain dari Ayyub As-Sikhtiyani, namun karena lafazhnya sama, kita cukupkan dengan atsar Hasan Al-Bashri. Untuk melihat atsar tersebut serta takhrij atsar yang lebih komplit bisa dilihat di buku terjemahannya.
Kemudian, penulis juga berkata,
“Atsar-atsar seperti ini jauh lebih baik daripada apa yang kami lihat berupa ucapan yang diada-adakan yang bisa digunakan pada hari ini. Dan tidak seorang pun di antara ahlul ilmi yang memperbolehkannya. Akan tetapi bersamaan dengan itu kami tidak melazimkan (membiasakan) memberi ucapan selamat seperti di atas, layaknya amalan itu disebutkan oleh sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tidak juga kami menjadikannya seperti dzikir-dzikir yang lain yang telah pasti di dalam as-sunnah. Maka barangsiapa yang mengucapkannya pada suatu kali, tidak mengapa. Adapun yang tidak mengucapkannya maka tidak ada ruginya.” >> Sampai di sini nukilan dari buku tersebut.
Demikianlah apa yang bisa kita bagi pada kesempatan kali ini.. Semoga bisa bermanfaat. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
TAMBAHAN :
Selain dari ucapan tersebut, ada ucapan lainnya yang shahih,
بَارَكَ اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ
الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ
الْمُهَنَّأُ فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ،
وَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ
‘Baarokallohu laka fil mauhuubi laka wa sayakartal Waahib wa balagho asyuddahu wa ruziqta birrohu’.”
“Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang
diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia
dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya.”
Sedang orang yang diberi ucapan selamat membalas dengan mengucapkan:
“Baarokallohu laka wa baaroka ‘alaika wa jazaakallohu khoiron wa rozaqokallohu mitslahu aw ajzalallohu tsawaabak.
“Semoga Allah juga memberkahimu dan melimpahkan
kebahagiaan untukmu. Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan,
mengaruniakan kepadamu sepertinya dan melipat gandakan pahalamu.”
[Lihat Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi, oleh Salim Al-Hilali 2/713
http://kaahil.wordpress.com/2011/09/29/terbaru-doa-ucapan-bacaan-kelahiran-anakbayi-yang-shahih-%E2%80%98baarokallohu-laka-fil-mauhuubi-laka-wa-sayakartal-waahib-wa-balagho-asyuddahu-wa-ruziqta-birrohu%E2%80%99%E2%80%9D-atau/
http://sunniy.wordpress.com/2009/01/29/kabar-gembira-dengan-kelahiran-anak/
Kabar Gembira Dengan Kelahiran Anak
Salim bin Ali bin Rasyid Asy-Syubli Abu Zur’ah
Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar-Rabah.
Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar-Rabah.
Jeritan Pertama Ketika Bayi Baru Lahir
Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
"Jeritan anak ketika dilahirkan adalah (karena) tusukan dari syaitan”
[Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3248), Muslim (15/128 Nawawi) dan
At-Thabrani dalam As-Shaghir (29), dan riwayat yang lain darinya dan
Ibnu HIbban (6150-6201-6202)]
Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga bersabda, "Tidak ada seorang anakpun yang lahir
melainkan syaitan menusuknya hingga menjeritlah si anak akibat tusukan
syaithan itu kecuali putra Maryam (Isa) dan ibunya (Maryam)”
Kemudian Abu Hurairah
berkata: Bacalah bila kalian mau (ayat yang berbunyi), "Dan aku meminta
perlindungan untuknya kepada-Mu dan juga untuk anak keturunannya dari
syaitah yang terkutuk” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (3/110 –As-Sindi),
Muslim (15/128 Nawawi) dan Abu Ya’la (5971)]
Anak kecil ini belum
mengenal dunia sedikitpun, namun syaitan sudah menyatakan permusuhan
dengan menusuknya. [Lihat Syrahu Shahih Muslim oleh Imam An-Nawawi
tentang hadits ini (15/129-130)]
Lalu bagaimana keadaan si
anak jika ia telah dapat berbicara dan merasakan segala sesuatu.
Bagaimana keadaannya jika telah bergerak syahwatnya untuk mencari dunia
atau selainnya. Maka penyesatan dan upaya penyimpangan yang dilakukan
syaitan ini harus dihalangi, karena itulah syari’at datang untuk
melindungi manusia sejak mudanya, bahkan sejak lahir ke dunia ini hingga
nanti menemui Tuhannya.
Kami akan mengumpulkan
semua tahapan kehidupan manusia secara ringkas. Sejak anak manusia belum
melewati tujuh hari pertama dari umurnya, penetap syaria’at telah
menerangkan jalan-jalan penjagaan bagi anak tersebut dan menjelaskan
perkara-perkara yang seharusnya dilakukan sepanjang tujuh hari (dari
awal kelahiran anak).
Maka siapa yang mencintai
anaknya dan ingin menjaganya dari syaitan, hendaklah ia mengikuti
metodenya sayyidil mursalin Shalallahu’alaihi wasallam dan beliau bagi
kita adalah sebaik-baik pemberi nasihat.
Beliau Shallallahu’alaihi
wasallam sebagaimana diceritakan oleh Abu Dzar Al-ghifari Radhiyallahu
‘anhu: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan kami dalam
keadaan tidak ada seekor burungpun yang membolak-balikkan sayapnya di
udara melainkan beliau sebutkan ilmunya kepada kami”.
Abu Dzar Radhiyallahu anhu
berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada
sesuatu yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka
kecuali telah diterangkan pada kalian” [Dikeluarkan oleh Ath-Thabrani
dalam Al-Kabir (1647) dan Ash-Shaghir (1/268), Ahmad dalam Al-Musnad
(5/153-162) baris pertama darinya]
Termasuk upaya penjagaan terhadap anak dari gangguan syaithan adalah doa seorang suami ketika mendatangi istrinya.
بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
"Dengan nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau rezkikan kepada kami”
Maka bila Allah tetapkan
lahirnya anak dari hubungan keduanya itu maka syaitan tidak akan
membahayakannya selamanya” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (9/228 Fathul
Bari), Muslim (10/1434 Nawawi) dan selain keduanya]
Kabar Gembira Dengan Kelahiran Anak
Al-Qur’an telah
menyebutkan kabar gembira tentang kelahiran anak dalam banyak ayat dalam
rangka mengajarkan kaum muslimin tentang kebiasaan ini, karena padanya
ada pengaruh yang penting untuk menumbuhkan kasih sayang dan cinta di
hati-hati kaum muslimin. [Dinukil dari kitab Ukhti Muslimah Kaifa
Tastaqbilin Mauludikil Jadid, penulis Nasyat Al-Mishri]
Allah Ta’ala berfirman,
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ اسْمُهُ يَحْيَى
"Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira padamu dengan kelahiran seorang anak yang bernama Yahya" [Maryam: 7]
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ
"Maka berilah kabar gembira padanya dengan kelahiran anak yang sangat penyabar" [Ash-Shaaffaat: 101]
قَالُوا لا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلامٍ عَلِيمٍ
"Mereka (para malaikat)
berkata: Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar
gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan
menjadi) orang yang alim" [Al-Hijr: 53]
فَنَادَتْهُ
الْمَلائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ
يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا
وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
"Kemudian malaikat
(Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat
di mihrab (katanya): ‘Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang
datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan
seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh" [Ali-Imran: 39]
Seharusnya kita kaum
muslimin mencintai kebaikan bagi saudara-saudara kita. Kita turut
bahagia dengan kebahagiaan mereka dan turut sedih dengan kesedihan
mereka. jika kita memang orang muslim yang sebenar-benarnya, maka kita
merasa seperti satu jasad. Bila salah satu anggotanya merasa sakit, maka
semua anggota lainnya terpanggil untuk bergadang dan merasa demam.
Sebagaimana hal ini
dimisalkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya. Akan
tetapi di mana kita dari hal yang demikian itu ? Sementara permusuhan
dan kebencian telah menyala-nyala di kalangan kaum muslimin sendiri dan
hasad menjalar di tengah mereka dan kebaikan telah menipis. Hanya kepada
Allahlah tempat mengadu.
Ucapan Selamat Dan Keterangan Salaf Tentangnya
Tidak ada satu haditspun
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masalah mengucapkan
selamat bagi keluarga yang kelahiran. Yang ada hanyalah atsar yang
diriwayatkan dari tabi’in, di antaranya.
Dari Al-Hasan Al-Bashri
Rahimahullah. Ada seseorang bertanya kepadanya tentang ucapan selamat
tersebut ; "Bagaimana cara aku mengucapkannya ?" Kata Al-Hasan:
Ucapkanlah:
"Semoga Allah menjadikannya barakah atas kalian dan atas ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam" [1]
Dari Hammad bin Ziyad ia
berkata: "Ayyub As-Sikhtiyani bila memberi ucapan selamat kepada
seseorang yang kelahiran anak ia berkata:
"Semoga Allah menjadikannya barakah atas kalian dan atas ummat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam" [2]
Atsar semisal ini jauh lebih baik dibanding ucapan selamat yang banyak diamalkan manusia pada hari ini.
Namun bersamaan dengan itu
kita tidak boleh melazimkan ucapan selamat ini (seperti tersebut dalam
atsar di atas), berbeda bila ada satu hadits (yang shahih) yang
menerangkan tentangnya. Dan kita tidak menjadikan ucapan tersebut
seperti dzikir-dzikir yang tsabit dalam As-Sunnah (yakni kita tidak
terus menerus mengamalkannya karena tidak ada satu hadits pun yang
menyebutkan hal ini, -pent). Siapa yang mengucapkannya kadang-kadang
maka tidak apa-apa dan siapa yang tidak mengucapkannya maka tidak ada
masalah.
[Disalin dari kitab
Ahkamul Maulud Fi Sunnatil Muthahharah edisi Indonesia Hukum Khusus
Seputar Anak Dalam Sunnah Yang Suci, Penulis Salim bin Ali bin Rasyid
Asy-Syubli Abu Zur'ah dan Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Ar-Rabah,
Penerjemah Ummu Ishaq Zulfa bint Husain, Penerbit Pustaka Al-Haura]
__________
Foote Note
[1]. Hadits hasan. Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Kitab Ad-Du’a (2/1243) dengan sanad yang rijalnya (rawi-rawinya) tsiqah (orang kepercayaan) selain syaikhnya (gurunya) At-Thabrani yakni Yahya bin Utsman bin Shalih, kata Al-Hafidh tentangnya: "Ia shaduq, tertuduh tasyayyu’ (kesyiah-syiahan), dan sebagian ulama menganggapnya layyin (lemah) karena keadaannya yang meriwayatkan dari selain asalnya".
Foote Note
[1]. Hadits hasan. Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Kitab Ad-Du’a (2/1243) dengan sanad yang rijalnya (rawi-rawinya) tsiqah (orang kepercayaan) selain syaikhnya (gurunya) At-Thabrani yakni Yahya bin Utsman bin Shalih, kata Al-Hafidh tentangnya: "Ia shaduq, tertuduh tasyayyu’ (kesyiah-syiahan), dan sebagian ulama menganggapnya layyin (lemah) karena keadaannya yang meriwayatkan dari selain asalnya".
Berkata Ibnu Abi Hatim
dalam Al-Jarh wa At-Ta’dil (9/175): "Aku menulis (hadits) darinya dan
juga ayahku, dan mereka memperbincangkannnya".
Dalam Al-Mizan, Ad-Dzahabi
berkata: "Ia shaduq Insya Allah’. Berkata Al-Mundziri dalam At-Targhib
(2/17): "Dia tsiqah dan padanya ada perbincangan".
Kami katakan: orang yang semisal Yahya ini haditsnya tidak turun dari derajat Hasan.
[2]. Dikeluarkan oleh
At-Thabrani dalam Kitab Ad-Du’a (2/1244) dengan sanad yang lemah. Namun
atsar yang lemah ini mendukung atsar sebelumnya. Wallahu a’lam
Catatan Admin Blog Sunniy Salafy: Selain dari ucapan tersebut, ada ucapan lainnya yang shahih,
بَارَكَ
اللهُ لَكَ فِي الْمَوْهُوْبِ لَكَ، وَشَكَرْتَ الْوَاهِبَ، وَبَلَغَ
أَشُدَّهُ، وَرُزِقْتَ بِرَّهُ. وَيَرُدُّ عَلَيْهِ الْمُهَنَّأُ
فَيَقُوْلُ: بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَزَاكَ اللهُ
خَيْرًا، وَرَزَقَكَ اللهُ مِثْلَهُ، وَأَجْزَلَ ثَوَابَكَ
“Semoga Allah memberkahimu
dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang
Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai
kebaikannya.”
Sedang orang yang diberi
ucapan selamat membalas dengan mengucapkan: “Semoga Allah juga
memberkahimu dan melimpahkan kebahagiaan untukmu. Semoga Allah
membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaruniakan kepadamu sepertinya
dan melipat gandakan pahalamu.” [Lihat Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi, oleh Salim Al-Hilali 2/713
http://sunniy.wordpress.com/2009/01/29/kabar-gembira-dengan-kelahiran-anak/