Showing posts with label Hafidz. Show all posts
Showing posts with label Hafidz. Show all posts

188 Peserta Ikut Lomba Hafalan Qur`an Internasional

Untuk pertama kalinya acara digelar di Masjidil Haram 

Hidayatullah.com --Menteri Urusan Islam Arab Saudi Saleh Al-Asyaikh menyoroti pentingnya peran al-Qur`an dalam persatuan umat Islam dan menyerukan penyebaran pesan yang tekandung di dalamnya ke seluruh dunia. Hal itu disampaikan Al-Syaikh saat membuka kompetisi Membaca dan Hafalan al-Qur`an Internasional Raja Abdul Aziz ke-32 di Masjidil Haram, Ahad (26/12).

"Adalah kewajiban Muslim untuk mempelajari dan menghafal al-Qur`an, serta mengikuti ajaran-ajarannya dalam seluruh sendi kehidupan mereka," katanya. 

Dia menegaskan, "Qur`an telah berkontribusi banyak dalam pembangunan peradaban Islam." 

Sebanyak 188 peserta dari 64 negara berpartisipasi dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementerian Urusan Islam, Wakaf dan Dakwah Arab Saudi itu. Para pakar dari 16 negara dihadirkan sebagai juri. 

Sekjen penyelenggara, Mansur al-Sumaih, mengatakan bahwa untuk pertama kalinya perlombaan digelar di dalam Masjidil Haram. Hal tersebut dilakukan untuk lebih menyemangati para pemuda agar giat mempelajari al-Qur`an. 

Lomba dibagi ke dalam lima kategori dengan total hadiah 888.000 riyal. Kategori pertama hafalan seluruh al-Qur`an beserta tajwid dan penjelasan makna kata diikuti oleh 21 peserta. Kategori kedua hafalan seluruh Qur`an beserta tajwid diikuti 49 peserta. Kategori ketiga hafalan 20 juz al-Qur`an dan tajwid diikuti 49 orang. Sebanyak 51 orang mengikuti lomba kategori keempat yaitu hafalan 10 juz beserta tajwid. 

Kategori kelima berupa hafalan 5 juz beserta tajwid diikuti 18 peserta. Kategori terakhir ini tertutup bagi peserta yang berasal dari perkumpulan atau organisasi Islam di negara-negara non-Muslim. 

Pemenang pertama dari kategori pertama akan mendapat hadiah 75.000 riyal, sementara pemenang kedua dan ketiga masing-masing mendapat 72.000 dan 69.000 riyal. Pemenang keempat 66.000 dan kelima 63.000 riyal. 

Untuk kategori kedua pemenang pertama hingga kelima mendapatkan hadiah masing-masing 55 ribu, 52 ribu, 49 ribu, 46 ribu, 43 ribu riyal. Kategori ketiga mendapatkan 40.000, 37.000, 34.000, 31.000 dan 28.000 riyal. Kategori keempat mendapat 25.000, 22.000, 19.000, 16.000 dan 13.000 riyal. Dan kategori kelima masing-masing pemenang berhak mendapat 10.000, 8.000, 6.000, 5.000 dan 4.000 riyal. 

Para peserta juga mendapat kesempatan untuk melakukan umrah, berkunjung ke Masjid Nabawi serta berbagai institusi Islam penting lain seperti pabrik kiswah dan pecetakan al-Qur`an di Madinah.[di/an/ab/ hidayatullah.com]

Foto: Salah seorang peserta sedang membacakan ayat suci al-Qur`an pada acara pembukaan, Ahad (26/12). 

http://hidayatullah.com/berita/internasional/14834-188-peserta-ikut-lomba-hafalan-quran-internasional

Penghafal Al-Qur’an & Hadits Akan Dapat Asuransi

dakwatuna.com – Jakarta. Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh akan memberikan asuransi kesehatan bagi para penghafal Al Qur’an dan Hadits di Indonesia. Sebab, menurutnya para penghafal adalah orang-orang pilihan yang harus di lindungi, disayangi, terus dikembangkan dan dijaga betul.
“Karena tak semua orang memiliki kapasitas memori yang bagus seperti itu. Tak semua orang bisa menghafal Quran. Maka negara, pemerintah dan semua pihak wajib hukumnya meng-eman, bukan sekadar menyayangi tapi melindungi, menyayangi, terus mengembangkan, dan harus di jaga betul,” katanya saat memberikan sambutan di acara penutupan dan penyerahan hadiah bagi pemenang Musabaqah tahunan hafalan Al Qur’an Sultan Bin Abdul Aziz Tingkat Nasional, di Masjid Istiqlal, Ahad (26/9).

Cara meng-eman yang harus dilakukan, menurutnya, terdiri dari tiga hal, pertama adalah menjaga fisik. Sehingga, kata dia, ada perhatian dari semua pihak agar para penghafal dapat berkonsentrasi dengan hafalannya meskipun saat sakit. “Sebab sakit saja sudah berat, biar tidak perlu ditambah dengan memikirkan biayanya,” kata Mendiknas.

Dalam hal ini, tambahnya, implementasi riilnya merupakan asuransi kesehatan bagi penghafal Quran dan hadits. Kedua, kata dia, semua pihak termasuk pemerintah harus menjaga keberlangsungan kemampuan hapalan yang sudah dimiliki. Kemudian yang terakhir, katanya, melakukan upaya serius agar bisa terus memperbanyak jumlah penghafal. “Harus ada gerakan sistimatis, terencana dengan baik untuk menambah populasi penghafal Quran dan hadits,” tegasnya.

Untuk melakukan tiga hal tersebut, ia berjanji, nantinya akan ada kerjasama antara Kemendiknas dan Kemenag serta lembaga-lembaga lain yang terkait. Kemendiknas pun menyatakan bahwa pihaknya akan memerhatikan betul para penghafal. Sebab, hal ini berkaitan dengan hal yang sedang dikembangkan di pendidikan nasional yaitu membangun karakter bangsa, dan membangun ahlak mulia bagi seluruh peserta didik di sluruh Indonesia.

“Karena jika ingin menjadi rahmat bagi alam semesta, tidak mungkin tanpa memiliki kesempurnaan ahlak,” tegasnya. Sementara, katanya, kegiatan

menghafal Al Quran maupun hadits memiliki kontribusi yang sangat kuat untuk membangun ahlak tersebut. “Pendidikan karakter yang sekarang kita gali, dan 2011 harus ditetapkan di sekolah dan masyarakat memang memerlukan dukungan yang luar biasa,” tuturnya.

Karenanya, M Nuh selaku wakil dari pemerintah memberikan penghargaan dan terima kasihnya kepada kerajaan Arab Saudi atas dukungan penuh dan memberikan suasana yang baik untuk tumbuhnya para penghafal dalam mengembangkan kemampuan hafalannya.

Pada saat yang sama, dewan hakim musabaqah tahunan hafalan Al Qur’an Sultan Bin Abdul Aziz Tingkat Nasional pun telah mengumumkan pemenang dari masing-masing kategori. Demikianlah nama-nama pemenangnya:

Kategori hafalan 30 juz Al Qur’an:

1. Ahmad Muzzakir Abdurrahman, LPTQ provinsi Kalimantan Timur
2. Anshoruddin, LPTQ povinsi Jawa Barat
3. Muhammad Rasyid, PPTQ Al Muzahwirah, Makassar

Kategori hafalan 20 juz Al Qur’an:

1. Zaenal Mutaqin, ponpes Tamrinu Shibyan Bekasi
2. M. Salim Ghazali, Perguruan tinggi ilmu AlQuran Jakarta
3. Ulul Amri, LPTQ Banten

Kategori Hafalan 15 juz Al Qur’an:

1. Ahmad Fauzi Abdurrahman, LPTQ Kalimantan Timur
2. M.Anshor, Ponpes As’adiyah wajo Sulawesi selatan
3. Rahmat Agung Prasetyo, Ma’had Tahfiz Abubakar Assidiq, Jogjakarta

Kategori hafalan10 juz Al Qur’an:

1. Aliyuddin, LPTQ Prov Papua Barat
2. Abdullah, Ponpes Ibnu Taimiyah Bogor
3. Zainuddin, LPTQ Prov Kalimantan Tengah

Kategori hafalan Hadits:

1. M. Abdullah imaduddin, Ponpes Al Irsyad Al Islamy, Semarang
2. Harits bukhari, Ponpes Imam Bukhori Karanganyar
3. Abdullah Fudhail Ibnul Hadi, Ponpes Al Madinah Al Islamy, Solo

Hadiah dengan jumlah terbesar diberikan kepada pemenang pertama Kategori hafalan 30 Juz Al Qur’an yakni sebesar Rp 36 juta. Sementara hadiah dengan jumlah terendah yakni Rp 11 juta diberikan kepada pemenang ketiga kategori hafalan 10 juz Al Qur’an. Bagi para pemenang hafalan hadits mendapatkan Rp 22 juta, bagi pemenang pertama.

Sebanyak Rp 20 juta untuk pemenang kedua dan pemenang ketiga mendapatkan Rp 18 juta. Jumlah tersebut disamakan dengan para pemenang di kategori hafalan 20 juz Al Qur’an. Mereka pun kini dipersiapkan kembali untuk mengikuti Musabaqah hafalan Al Qur’an dan Hadits tingkat Asia Pasifik yang akan diselenggarakan awal Oktober mendatang. Peserta lainnya, hari ini pulang ke daerahnya masing-masing dan diberikan hadiah sebesar Rp 450 ribu.

Acara penutupan yang berlangsung sejak Pk 10.00 WIB ini juga dihadiri oleh Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Abdurrahman Muhammad Amin Al khayaath, Mendiknas M. Nuh, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Nasaruddin Umar, Mantan menteri agama yang juga perintis acara ini M. Maftuh Basyuni, serta para duta besar negara-negara islam di Indonesia dan para pemuka agama.
 
(Djibril Muhammad/Yasmina Hasni/RoL)

Jumlah Penghafal Al-Qur’an Indonesia Terbanyak di Dunia

Indonesia kali ini boleh berbangga. Pasalnya, ternyata jumlah penghafal Alquran di Indonesia tertinggi di dunia, yakni mencapai 30 ribu orang. Arab Saudi bahkan hanya memiliki 6.000 orang penghafal Alquran.
Namun jangan gembira dulu, jumlah tersebut masih terhitung sedikit jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia yang sekitar 234 juta orang.

”Jadi lomba Musabaqah hafalan Alquran dianggap penting agar bisa terus menghasilkan penghafal Alquran dan hadits di kemudian hari,” ujar Koordinator Sekretariat Musabaqah Tahunan Hafalan Alquran Sultan Bin Abdul Aziz Tingkat Nasional, Gunaim Ikhsan, Jumat (24/9).

Acara yang berlangsung sejak Jumat (24/9) hingga Ahad (26/9) ini, kata Gunaim, masih memperlombakan lima cabang utama. Yakni hafalan 30 juz Alquran, 20 Juz Alquran, 15 Juz Alquran, 10 Juz Alquran, serta hafalan kumpulan hadits sejumlah 500 hadits (100 hadits lengkap dengan sanadnya dan 400 hadits tanpa sanad). “Jumlah peserta selalu bertambah setiap tahunnya. Tahun ini termasuk animo terbesar, terutama untuk peserta hapalan hadits,” kata dia.

Gunaim menambahkan, demi terus meningkatkan jumlah penghafal Alquran di Indonesia, hadiah Musabaqah pun terus ditambah. Ahad nanti, panitia akan mengumumkan 15 pemenang dari lima kategori perlombaan tersebut. Hadiah terbesarnya, yakni bagi pemenang pertama kategori hafalan 30 juz Alquran berhak mendapatkan uang sebesar 16 ribu riyal atau sebesar Rp 40 juta. Jumlah tersebut terus berurutan menurun untuk juara-juara berikutnya. Hadiah tersekecil, yakni bagi juara tiga cabang hafalan Alquran 10 juz akan mendapatkan 5.000 riyal atau sebesar Rp 12,5 juta. “Untuk peserta yang tidak menang juga kami berikan hadiah sebesar Rp 450 ribu per orang,” katanya.

Hadiah-hadiah tersebut tentu belum termasuk akomodasi dan penginapan serta baju, tas, dan makan yang gratis. Hadiah-hadiah dalam jumlah yang cukup besar tersebut, kata Gunaim, diharapkan mampu memberikan tambahan motivasi bagi anak muda penghafal Alquran agar memiliki kualitas lebih baik lagi.

(Endro Yuwanto/Yasmina Hasni/RoL)
http://www.dakwatuna.com/2010/jumlah-penghafal-al-quran-indonesia-terbanyak-di-dunia/

Wahdah Islamiyah Canangkan “Satu Rumah Satu Penghafal al-Quran”

Peristiwa ini bisa dijadikan momentum untuk melahirkan sebanyak-banyaknya para penghafal al Qur’an

Hidayatullah.com--
Melalui acara Tabligh Akbar dan Silaturahmi Keluarga Besar Wahdah Islamiyah pasca-Idul Fitri 1431 H, Ahad, (19/9) di  Kompleks Kantor DPP WI Jl.Antang Raya N0.48 Makassar, Dewan pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah mencanangkan secara resmi program Nasional “Satu Rumah Satu Penghafal al-Quran.

Gerakan ini dicanangkan sebagai wujud konkrit untuk lebih mendekatkan diri dengan al-Quran, dan juga sebagai respon beberapa waktu lalu adanya rencana seorang pendeta  bernama Terry Jones, pemimpin sekelompok jemaat gereja Evangelist di Florida AS telah  mengumumkan niatnya membakar al-Qur’an.

Gerakan ini merupakan salah satu poin dari pernyataan Sikap DPP Wahdah Islamiyah menyikapi aksi tersebut. Sebagai wujud nyata pembelaan terhadap al-Quran, pihaknya menyerukan untuk bersegera menghapal dan menjaganya di dalam dada-dada kita  serta memberi dukungan sepenuhnya bagi anak dan generasi muda kita untuk menjadi generasi Qurani yang menjaga al-Quran dalam dada, lisan, dan perbuatannya.

Acara Silaturahmi ini diisi ceramah tabligh akbar oleh Ketua Umum DPP WI Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA. Dalam Taujihatnya, Muhammad Zaitun menekankan akan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan sesama Muslim.

“Islam sangat memperhatikan masalah ini, banyak syariat dalam agama yang mengajarkan kepada kita penting persaudaraan dan jamaah, mulai dari perintah shalat lima kali dalam sehari semalam secara berjamaah, shalat Jumat secara berjamaah, dalam skala tahunan Shalat Dua hari raya, disyariatkan berjamaah dalam jumlah banyak, sampai dalam skala besar, syariat ibadah haji yang mengumpulkan manusia dari seluruh dunia,” ujarnya.

Dari berbagai syariat ini, menurut Zaitun, diambil pelajaran bahwa setiap muslim diharapkan mempunyai kepedulian terhadap persatuan dan persaudaraan.

Berkaitan dengan hubungan sesama muslim, Zaitun mengingatkan agar menghindari  diri dari keadaan yang mengakibatkan orang lain bisa berprasangka buruk. Olehnya seyogyanya perlu memberikan lebih dahulu  penjelasan kepada seseorang terhadap sesuatu yang berpotensi menimbulkan masalah dan tidak mendiamkannya.

Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah SAW ketika suatu malam berjalan bersama istrinya Aisyah, namun pada saat itu, ada Sahabat berada di dekat Nabi. Maka untuk mencegah Sahabat tersebut berprasangka buruk, maka Rasulullah langsung menghampirinya, dan mengatakan bahwa perempuan yang bersamanya, adalah Aisyah, Istri Rasulullah.

Sementara itu, menyikapi adanya pembakaran al-Quran oleh dua pendeta di Amerika beberapa hari lalu, Ketua Umum WI  ini menegaskan bahwa peristiwa ini tidak boleh lewat begitu saja. Ini merupakan sesuatu peristiwa yang menyayat hati kaum muslimin.

“Perlu ada sikap yang jelas dan nyata sebagai wujud keimanan dan mengagungkan syiar Allah, tentunya sikap yang diberikan sesuai dengan arahan al Quran dengan tidak emosional melakukan tindakan fisik yang anarkis dan tidak sesuai syariat.”

Zaitun menyampaikan beberapa pesan untuk menyikapi hal tersebut.

Pertama, sudah saatnya umat Islam kembali menggelorakan dalam mengsakralkan Mushaf al Quran, dihidupkan dalam hati-hati kaum muslimin dalam kelurga yang harus diagungkan dan ditinggikan.

Kedua, mempelajari cara membacanya dengan kaidah tajwid yang benar.

Ketiga, memperbanyak membaca al-Quran. Dan membiasakan selalu membawa al Quran jika bepergian sehingga bisa mempermudah untuk dekat dengan al Quran sewaktu-waktu.

Keempat, mentadabburi ayat-ayat al Quran, dengan mempelajari tafsir dan minimal memahami terjemahannya.

Kelima, peristiwa ini bisa dijadikan momentum untuk melahirkan sebanyak-banyaknya para penghafal al Qur’an. Pada asalnya al Quran itu dihafal seperti pada zaman Rasulullah. [wah/cha/hidayatullah.com]

Pemerintah Kurang Perhatian Terhadap Para Penghafal Alquran


Pada penutupan Konferensi Penghafal Alquran se-Asia Pasifik, Senin (10/5), salah satu hal yang mencuat dalam konferensi adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap para penghafal Alquran. Hal itu dikemukakan oleh Jhon Edy Rahman, Ketua Panitia Konferensi Penghafal Alquran se-Asia Pasifik.
Menurut Jhon Edy, para peserta konferensi berharap pemerintah memberi perhatian dan dukungan dalam setiap kegiatan mereka, misalnya dalam upaya melahirkan para generasi penghafal Alquran. “Ada lembaga ilmu pengetahuan lain yang selama ini diperhatikan pemerintah, kami juga ingin mendapatkan perhatian,” ujarnya.
Selain menuntut perhatian pemerintah, Jhon Edy juga berharap ada lembaga khusus bagi para penghafal Alquran sebagai wadah organisasi dan kontribusi mereka kepada masyarakat. Dalam hal ini, Jhon Edy mengusulkan agar Rabithah Ma'ahid Alquran yang sudah ada di Indonesia dikukuhkan sebagai lembaga bagi para penghafal Alquran.

Konferensi yang diadakan sejak 7—10 Mei ini menghadirkan peserta dari 9 negara plus 2 negara tamu, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Kamboja, Australia, China, Maroko, dan Saudi Arabia. Konferensi dibuka oleh Menteri Agama, Suryadharma Ali, dan Menkominfo, Tifatul Sembiring, bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Selama konferensi, para peserta disuguhkan beragam acara, mulai dari seminar, talkshow, hingga studi banding ke beberapa pesantren alquran di Jakarta, antara lain Pesantren El-Tahfidz Nurul Fikri dan Pesantren PPPA Darul Quran Yusuf Mansyur. (ind/rep)

Yakub Chisir: 11 Tahun Hafidz Quran dari Negara Yang Terjajah Russia


Asia Tengah adalah benteng Islam selama berabad-abad. Tidak seorang pun membaca sejarah Islam dapat mengabaikan pengaruh kota-kota seperti Bukhara atau Samarkand, yang menghasilkan para ulama besar Islam.

Tetapi kondisi keimanan rakyat jatuh pada masa-masa sulit, terutama selama masa invasi Soviet dimana agama tak dianggap oleh Negara komunis itu dan ateisme disebarkan oleh Soviet. Namun api Islam itu, bagaimanapun, tetap menyala bahkan di masa yang paling sulit oleh beberapa penganut yang konsisten.

Di antara mereka adalah keluarga Yakub yang diwakili Chishir Kazakhstan di yang baru saja menyelesaikan Alquran Internasional Dubai Award (DIHQA). Chishir adalah peserta termuda dalam perhelatan yang ke- 13 ini. Bocah berusia 11 tahun ini mempunyai suara yang merdu suara, dan memukau pada setiap tilawah Al-Qur'annya. Ia adalah sedikit bukti sejarah keluarganya berjuang untuk tetap hidup Islam di Asia Tengah.

Chishir berasal dari sebuah desa kecil 40 km dari Astana, ibukota Kazakhstan. Ia belajar Al-Quran dari ayahnya, yang bekerja sebagai petani,selain menjadi guru Islam desa. “Ayah saya hanya mengingat beberapa bagian dari Al Quran karena ketika ia masih kecil, sangat berbahaya jika seseorang menghafal Al Quran. Akibatnya ia bersikeras bahwa saya menghafal seluruh Al Quran karena dia ingin salah satu dari anak-anaknya untuk menjadi seorang hafiz, "kata Chishir.

Chisir sendiri, fasih berbicara Rusia dan Persia, mulai menghafal kitab suci dari usia enam tahun. Ia butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan menghafal seluruh Al Qur'an, kata Omar Mousa, yang merupakan wali Chishir dan penerjemah di acara itu.

Mousa mengungkapkan bahwa keluarganya juga menderita penganiayaan karena keyakinan agama mereka selama era Soviet. Mousa yang bekerja untuk Al-Ihsan Association, sebuah badan amal yang menjalankan sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid di empat negara Asia Tengah, diasingkan secara paksa dari tanah kelahirannya Daghestan ke Kazakhstan karena dia berasal dari keluarga Muslim. Meskipun bahaya bagi kehidupan mereka, keluarga Mousa bersikeras menerapkan Islam, meskipun secara rahasia.

"Aku ingat ketika aku masih kecil ayahku akan bangun larut malam sekitar jam 2 pagi, pergi ke rumah seorang sarjana untuk belajar tentang Islam. Mereka akan belajar sampai Shubuh, dan setelah itu mereka kemudian pergi bekerja.

"Bahaya yang mereka hadapi itu sangat besar karena jika mereka telah ditangkap mereka akan dikirim ke penjara di Siberia, yang berarti kematian," ia mengenang.

Namun, setelah jatuhnya Uni Soviet, situasi di Kazakhstan membaik secara dramatis. Larangan tentang praktik agama dicabut dan masjid berkembang.

"Dewasa ini kita melihat lebih banyak dan lebih banyak orang akan kembali ke Islam. Masjid pada hari Jumat dipenuhi dengan orang-orang untuk shalat. Meskipun beberapa dari mereka tidak tahu bagaimana harus shalat, karena mereka masih belajar, "katanya.

Mousa menunjukkan bahwa ketika mereka membuka sekolah Islam pertama mereka pada tahun 1998 mereka harus pergi keluar untuk merekrut siswa dan nyaris kelas tidak pernah diisi. Tapi sekarang jumlah siswa sekolah luar biasa dan seirng kali tidak dapat mengatasi meningkatnya jumlah siswa.

Mousa mendesak negara-negara Arab untuk membantu organisasi-organisasi Islam di Asia Tengah. "Kita perlu membangun lebih banyak seminari Islam, mesjid dan panti-panti asuhan. Bangsa kita perlu dididik mengenai warisan Islam mereka yang kaya, "katanya. (sa.arabnews)

http://eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/yakub-chisir-11-tahun-hafidz-quran-dari-negara-yang-terjajah-russia.htm

Hafidh Qur’an Terbaik Asal Thailand: “Saya Juga Ingin Bagus dalam Pandangan Allah”

Mohammad Islah Busakorn menjadi pemenang pertama dalam lomba kemahiran membaca Al-Qur’an (Mahir bil-Qur’an) yang diselenggarakan oleh organisasi itu di Jeddah, Arab Saudi.

“Alhamdulillah, para juri menilai Saya bagus, tapi Saya harap Saya juga bagus dalam pandangan Allah,” kata Busakorn merendah.

Busakorn, bersama rekan senegaranya Humairah Rawoo, seorang gadis berusia 9 tahun dipilih oleh perwakilan IOMQ yang baru-baru ini berkunjung ke Afrika Selatan, untuk ikut dalam kompetisi tersebut. Humairah Rawoo menjadi satu-satunya peserta wanita dalam kompetisi itu.

Mohammad Islah Busakorn kehilangan penglihatannya pada usia 7 tahun. Penderitaan ini menjadi awal perubahan bagi kehidupannya. Pada usia 9 tahun, dengan tekad yang kuat, Busakorn mulai menghapal beberapa surat dalam Al-Qur’an dan pada usia 11 tahun ia memutuskan untuk belajar menghapal Al-Qur’an dibawah pengawasan seorang imam.

Busakorn tidak mengenyam pendidikan formal, karena satu-satunya institusi pendidikan bagi tuna netra di tempatnya tinggal adalah sekolah beragama Budha.

“Saya tinggal di rumah dan mulai mendegarkan bacaan-bacaan Al-Qur’an dari radio tape. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang hafidh (penghapal Al-Qur’an), ” katanya seraya menjelaskan bahwa penghapal Al-Qur’an di negaranya, Thailand masih sangat jarang.

Keingintahuannya tentang Syariah dan ajaran-ajaran Islam, membawanya ke Afrika Selatan. Dari saudara laki-lakinya ia mengetahui ada sebuah institut pendidikan Islam untuk tuna netra dan mereka yang penglihatannya rusak di Afrika Selatan, namanya Madrasah Noor. Maka pergilah Busakorn ke Afrika Selatan dan mendaftarkan diri ke institut itu pada tahun 1997.

Ditanya apa saran-sarannya buat para penghapal Al-Qur’an, Busakorn mengatakan yang terpenting adalah ingat bahwa Al-Qur’an adalah yang terbaik dari apapun juga. “Kita harus ingat bahwa akan ada kendala dan cobaan dalam perjalanan kita menghapal, tapi kita harus sabar dan berusaha menghadapi segala tantangan,” katanya.

Hassen Murchie, Kepala Sekolah Madrasah Noor menyatakan sangat bangga dengan muridnya itu. “Ini sebuah kebanggaan bagi institut dan negara kami, dia bersama para penghapal al-Qur’an dari 60 negara berbeda, tapi ia berhasil mendapatkan gelar mumtaz (tingkat sempurna),” kata Murchie. (ln/iol)

http://www.al-ikhwan.net/hafidh-quran-terbaik-asal-thailand-saya-juga-ingin-bagus-dalam-pandangan-allah-6/