Showing posts with label Tabaruk. Show all posts
Showing posts with label Tabaruk. Show all posts

Bagaimana Mencari Berkah (Tabarruk) ?

Di sebuah desa terpencil daerah jawa barat sana hidup seorang kyai yang sangat karismatik nan wibawa, banyak orang yang datang mengunjunginya baik dari kalangan muda-tua, kaya-miskin, rakyat biasa sampai pejabat teras. Mereka rela berjalan kaki menempuh perjalanan setapak yang lumayan terjal demi untuk menemui sang kyai. Tujuan mereka hanya satu, mencari berjkah dari sang kyai. Bahkan konon, begitu berkahnya sang kyai, pakaian bekas kyai dan air sisa wudhu'nya menjadi rebutan para pengunjung.

Sebagai seorang muslim yang mengharapkan keridhaan Allah Rabbul ‘Alamin pada setiap Ibadah dan amal kita, tentu kita tidak ingin terjatuh ke dalam lembah kesyirikan dan dosa karena kejahilan (kebodohan) .

Nah, bagaimana sebenarnya Dinul Islam mendudukkan dan mengatur masalah “tabarruk” ini? Berikut kami tuliskan penjelasannya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pertunjukNya kepada kita semua.

***************************************************************

DEFINISI

Al-barakah (اْلبَرَكَةُ) yang bentuk jamaknya al-barakaat (اْلبَرَكَاتُ) maknanya adalah kebaikan yang melimpah (Tafsir Al-Qurthubi (4/139).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata : "Barakah berarti kebaikan yang banyak dan tetap. (Lihat Al Qaul Al Mufid 1:245).

Adapun tabarruk (التَّبَرُّكُ) merupakan mashdar dari تَبَرَّكَ - يَتَبَرَّكُ , artinya adalah mengharapkan barakah (طَلَبُ اْلبَرَكَةَ).

Jadi tabarruk dengan sesuatu artinya adalah mengharapkan keberkahan dengan perantaraan sesuatu tersebut.

BARAKAH DATANGNYA DARI ALLAH

Sesungguhnya semua barakah itu berasal dari Allah, sebagaimana halnya rizki, pertolongan, dan kesehatan. Dia memberi kekhususan kepada sebagian makhluk-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan kebaikan, keutamaan, karunia, dan keberkahan dari-Nya; seperti para Rasul, Nabi, Malaikat, dan sebagian orang-orang shalih.

Allah ta’ala berfirman, artinya “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq.” [QS. Ash-Shaaffat : 112-113].

Dari Abdullah (bin Mas’ud) radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Kami menganggap ayat-ayat Allah sebagai suatu barakah, sedangkan kalian menganggapnya sebagai satu hal yang menakutkan. Kami pernah bersama-sama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan bepergian. Kami kekurangan air. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Carilah kelebihan air’. Para shahabat lain datang dengan membawa sebuah bejana berisikan air yang cuma sedikit. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memasukkan tangannya ke dalam bejana itu kemudian bersabda : ‘Hai, inilah air yang sangat suci dan dibarakahi, dan barakah itu berasal dari Allah’. Aku kemudian melihat bahwa air itu keluar dari jari-jari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Al-Bukhari no. 3579]. Karenanya, kita tidak boleh meminta barakah kecuali dari Allah, karena Dia-lah pemberi barakah.

TABARRUK YANG DISYARIATKAN

Sesungguhnya mencari barakah terhadap sesuatu adalah dengan sesuatu yang padanya memang terdapat barakah. Dan ini menuntut penunjukan pada nash/dalil. Bukan pada perasaan dan prasangka semata. Artinya, seseorang mencari barakah pada sesuatu yang pada asalnya mempunyai barakah berdasarkan/sesuai dengan nash/dalil baik dari Al-Qur’an maupun As Sunnah yang shahih dan harus pula dilakukan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh syari’at.

Namun perlu diingat, bahwa benda-benda, ucapan-ucapan, dan perbuatan-perbuatan yang oleh syara’ diperbolehkan untuk dipakai mencari kebarakahan, tidak lain itu semua hanyalah merupakan sarana saja. Ia bukanlah dzat yang memberikan barakah. Melainkan Allah Subhanhu Wa Ta’ala sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

Di antara benda, tempat, waktu, perbuatan dan lainnya yang oleh syara’ diperbolehkan untuk dipakai mencari kebarakahan, adalah :

I. Bertabarruk Dengan Ucapan dan Perbuatan

Banyak ucapan, perbuatan serta keadaan yang diberkahi jika seorang hamba yang muslim melakukannya untuk mencari kebaikan dan barakah melalui sebab tersebut dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia akan mendapatkan kebaikan dan barakah itu sesuai dengan niat dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang syar'i yang menghalanginya.

Di antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah (dzikrullah) dan membaca Al-Qur'an.

Dengan membaca Al-Qur'an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta barakah yang banyak, karena membaca Al-Qur'an termasuk jenis dzikir yang paling agung, di dalamnya terdapat barakah dunia dan akhirat yang tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Bacalah Surat Al Baqarah karena membacanya adalah suatu berkah dan meninggalkannya adalah kerugian dan dengannya tidak akan terkena sihir" (HR. Muslim).

Adapun bertabarruk dengan perbuatan-perbuatan yang diberkahi antara lain : makan bersama dan dimulai dari pinggir makanan, serta menjilat jari (setelah makan) dan makan secukupnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Berkumpullah kalian menikmati makanan dan sebutlah nama Allah, kalian akan diberkahi padanya. (HHR. Abu Dawud,Ahmad dan Ibnu Majah).

II. Bertabarruk Dengan Tempat

Allah menjadikan barakah pada beberapa tempat di muka bumi. Barang siapa mencari barakah pada tempat tersebut, beramal dengan ikhlas dan mutaba`ah, niscaya dia akan mendapatkannya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tempat-tempat tersebut antara lain :

1. Masjid-Masjid. Bertabarruk dengan masjid bukan dengan mengusap tanah atau temboknya. Melainkan dengan i'tikaf di dalamnya, menunggu shalat lima waktu, shalat berjamaah, menghadiri majelis-majelis dzikir di sana dan perkara-perkara yang disyariatkan lainnya.

Di antara masjid yang memiliki keistimewaan tambahan dalam hal barakah adalah : masjidil haram, masjid Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, masjidil Aqsha dan masjid Quba'.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Shalat di masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di masjid yang lain kecuali masjidil haram". (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain ada tambahan yang artinya : "Dan shalat di masjidil haram lebih afdhal seratus kali dari pada shalat di masjidku ini". (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang masjid Quba, artinya : "Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu datang ke masjid Quba' dan shalat padanya dengan satu shalat maka baginya seperti pahala umrah" (HSR. Ahmad, An-Nasai dan Ibnu Majah).

2. Kota Makkah, Madinah dan Syam. Allah berfirman : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya” [QS. Al-Israa’ : 1].

Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan (memuliakan) Makkah dan mendoakan penduduknya. Dan sesungguhnya aku telah mengharamkan (memuliakan) Madinah sebagaimana Ibrahim telah mengharamkan Makkah. Dan aku juga mendoakan penduduk Madinah sebagaimana Ibrahim telah mendoakan penduduk Makkah” [HR. Muslim no. 1360].

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, artinya : “Ya Allah, berkahilah bagi kami negeri Syaam kami dan Yaman kami….” [HR. Al-Bukhari no. 1037].

Orang yang bermukim di Makkah, Madinah atau Syam dengan mengharap barakah Allah Subhanahu wa Ta'ala pada tempat tersebut, baik dalam hal tambahan rezki atau dihindarkan dari fitnah, berarti dia telah diberi taufiq untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.  Adapun kalau seorang bertabarruk dengan mengusap tanah, batu-batuan, tembok dan pepohonannya, atau dengan mengambil tanahnya untuk dicampur dengan air dan dijadikan obat atau yang semisal itu, maka dia justru akan mendapatkan dosa karena mengamalkan bid'ah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah bertabarruk dengan cara seperti itu.

Dan tempat-tempat lainnya yang diberkahi seperti : Arafah, Muzdalifah, Mina dan lainnya.

III. Bertabarruk Dengan Waktu


Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengkhususkan beberapa waktu dalam hal keutamaan dan barakah. Barangsiapa memilih waktu-waktu tersebut untuk melakukan kebaikan padanya serta bertabarruk dengan menjalankan amal-amal yang disyariatkan pada waktu tersebut, niscaya dia akan memperoleh barakah yang agung, antara lain :

1. Bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi" (HR. Ahmad).

Adapun barakah yang Allah jadikan pada bulan Ramadhan antara lain berupa pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang mukmin, pendidikan (jiwa) serta pahala yang besar di sisi Allah.

2. Malam lailatul Qadar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya : "(malam) Lailatul Qadri itu lebih baik dari seribu bulan" (QS. Al Qadr : 3).

3. Hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi orang yang berhaji.
Allah membanggakan orang-orang yang wuquf di Arafah kepada para malaikat-Nya selama mereka datang semata-mata untuk mencari ampunan. Sedangkan berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan barakah yaitu diampuni dosa-dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "...dan puasa pada hari Arafah, aku berharap kepada Allah untuk mengampuni setahun yang lalu dan setahun sesudahnya..." (HR. Muslim).

4. Hari Jum'at. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Padanya terdapat satu waktu yang tidaklah bertepatan dengan seorang muslim yang mendirikan shalat meminta sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan memberikannya kepadanya" (HR. Bukhari).

5. Sepertiga Malam Terakhir. Adapun sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia, turun pula barakah yang agung bagi orang yang berdo'a dan minta ampun pada waktu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya : "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, artinya :"Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya." (HR. Bukhari).

6. Waktu Sahur. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya : “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barakah” [HR.  Al-Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095].

Barakah makan sahur hanya akan kita dapatkan bila kita memakan makanan yang baik lagi halal. Sebaliknya, barakah tidak akan kita dapatkan jika kita makan atau minum yang diharamkan oleh Allah ta’ala (misalnya : makan daging babi, minum khamr, dan merokok).

7. 10 hari (awal) bulan Dzulhijjah. Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : ”Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun". (HR. Al Bukhari).

Dan waktu – waktu lainnya yang disebutkan dalam banyak nash/dalil.
   
IV. Bertabarruk Dengan Makanan

Barakah juga terdapat pada beberapa jenis makanan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti :

1. Air Zam – Zam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya : َ“Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah air zam-zam” [HR.Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir 11/98; hasan].

2. Al-Habatus Sauda' (jintan hitam). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya : “Sesungguhnya dalam habbatus-saudaa’ itu terdapat penyembuh bagi seluruh penyakit, kecuali as-saam (kematian)”  [HR. Muslim no. 2215].

3. Minyak Zaitun. Di antara makanan yang berbarokah adalah Minyak yang keluar dari pohon zaitun, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,artinya : ”Makanlah zaitun dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.” (HR Ahmad 3/497).

4.Madu. Secara khusus Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya: "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. An-Nahl : 69).

5. Kurma. Di antara keberkahan kurma, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,artinya : ”Barang siapa yang makan pagi dengan tujuh butir kurma Ajwah, maka tak akan mencelakainya racun dan sihir dihari itu” (HR. Al-Bukhari).

Dan makanan lainnya, seperti : susu, daging kuda dan daging kambing.

V. Bertabarruk Dengan Dzat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam


Dzat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengandung barakah dan diperbolehkan ber-tabarruk dengannya. Hal ini seperti dijelaskan pada beberapa hadits di antaranya :

Dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari pernah masuk ke rumah Ummu Sulaim. Beliau lalu tidur di atas alas tidur Ummu Sulaim ketika ia tidak ada di rumah. Pada hari lainnya beliau juga datang dan melakukan hal yang sama. Ketika Ummu Sulaim datang, ada yang melapor bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidur di alas tidur di rumahnya. Segera saja Ummu Sulaim masuk dan mendapati Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersimbah keringat yang sangat banyak sehingga mengenai sepotong kulit yang berada di dekat alas tidur tersebut. Kemudian Ummu Sulaim menyeka keringat tersebut lalu memerasnya ke dalam botol-botol yang terbuat dari kaca. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam terbangun dan merasa kaget. Beliau bertanya : “Apa yang sedang kamu lakukan wahai Ummu Sulaim ?”. Ia menjawab : “Wahai Rasulullah, kami mengharapkan barakahnya untuk anak-anak kami”. Maka beliau berkata : “Engkau benar” [HR. Muslim no. 2331].

Semua hal ini adalah kekhususan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam yang tidak terdapat pada selain beliau. Dan semua hal ini (berupa rambut, pakaian, dan yang lainnya ) hanya ada ketika beliau masih hidup . Sehingga semua peninggalan beliau tersebut (berupa rambut, pakaian, dan yang lainnya) telah hilang karena beliaupun telah wafat. Maka, bertabarruk dengan dzat atau atsar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sudah tidak bisa dilakukan lagi.

Demikian yang dapat kami tuliskan. Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.
http://www.al-munir.com/artikel-209-bagaimana-mencari-berkah-tabarruk-.html

Ngalap Berkah dari Sang Kyai

Kaum muslimin yang semoga selalu mendapat taufik Allah Ta’ala. Pada hari yang dikatakan sakral oleh sebagian kaum muslimin, terdapat suatu kenyataan yang sangat memilukan yang menunjukkan kekurangan akal.

Hari tersebut adalah tanggal siji suro (1 Muharram).

Sebagian kaum muslimin yang selalu menginginkan kemudahan dalam hidupnya dan ingin mencari kebaikan malah mencarinya dengan cara yang tidak masuk akal. Mereka mencari berkah dari seekor kerbau (kebo bule) yang disebut dengan ‘Kyai Slamet’, yakni mereka saling berebut untuk mendapatkan kotoran kerbau tersebut, lalu menyimpannya, seraya berkeyakinan rizki akan lancar dan usaha akan berhasil dengan sebab kotoran tersebut. Seorang yang punya akal sehat tentu tidak mungkin melakukan hal yang demikian. Tetapi kok mereka bisa melakukan hal yang demikian?! Ke mana akal sehat mereka?!!

Itulah tabaruk (baca: mencari berkah atau ’ngalap berkah’), mereka melakukan yang demikian untuk mendapatkan berkah dari kotoran tersebut. Maka perhatikanlah pembahasan kali ini, agar kaum muslimin sekalian dapat mengetahui manakah cara mencari berkah yang dibenarkan dan manakah yang dilarang oleh agama ini.

Keberkahan Hanya dari Allah


Mencari berkah atau tabaruk adalah meminta kebaikan yang banyak dan meminta tetapnya kebaikan tersebut. Dalam Al Qur’an dan hadits menunjukkan bahwasanya keberkahan hanya berasal dari Allah semata dan tidak ada seorang makhluk pun yang dapat memberikan keberkahan.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Allah yang memberikan berkah, telah menurunkan Al Furqaan (yaitu Al Qur’an) kepada hamba-Nya” (Al Furqon: 1), yaitu menunjukkan banyaknya dan tetapnya kebaikan yang Allah berikan kepada hamba-Nya berupa Al Qur’an. Allah juga berfirman yang artinya,”Kami limpahkan keberkahan atasnya dan atas Ishaq” (Ash Shofaat: 113). “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada” (Maryam: 31).

Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwasanya yang memberikan berkah hanyalah Allah.

Maka tidak boleh seseorang mengatakan,’Saya memberikan berkah pada perbuatan kalian, sehingga perbuatan tersebut lancar’. Karena berkah, banyaknya kebaikan, dan kelanggengan kebaikan hanya Allah yang mampu memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Berkah yang Tidak Bisa Berpindah secara Dzat

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah. Al Qur’an dan hadits menunjukkan bahwa sesuatu yang Allah halalkan sebagai berkah ada 2 macam yaitu (1) berkah dari tempat dan waktu, dan (2) berkah dari zat manusia.

Berkah yang pertama ini seperti yang Allah berikan pada Baitul Haram (ka’bah) dan sekeliling Baitul Maqdis. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami” (Al Isro’: 1). Maksud dari memberkahi tempat tersebut adalah memberikan kebaikan yang banyak dan terus menerus di tempat tersebut, sehingga para hamba-Nya senantiasa ingin dan senang berdo’a di tempat tersebut, untuk memperoleh berkah di dalamnya. Ini bukan berarti -seperti anggapan sebagian kaum muslimin- bahwa seseorang boleh mengusap-ngusap bagian masjid tersebut (seperti dinding) untuk mendapatkan berkah yang banyak. Karena berkah dari masjid tersebut bukanlah berkah secara dzatnya, tetapi keberkahannya adalah secara maknawi saja, yaitu keberkahan yang Allah himpun pada bangunan ini yaitu dengan mendatanginya, thowaf di sekeliling ka’bah, dan beribadah di dalamnya yang pahalanya lebih banyak daripada beribadah di masjid lainnya.

Begitu juga hajar aswad, keberkahannya adalah dengan maksud ibadah, yaitu seseorang menciumnya atau melambaikan tangan kepadanya karena mentaati dan mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkah yang dia peroleh adalah berkah karena mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar radhiyallahu ‘anhu telah mengatakan,”Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu adalah batu biasa, tidak dapat memberikan manfaat, begitu juga tidak dapat mendatangkan bahaya.” (HR. Bukhari). Maksudnya, hajar aswad tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula memberikan bahaya kepada seseorang sedikit pun.

Sesungguhnya hal ini dilakukan dalam rangka melakukan ketaatan kepada Allah dan mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, beliau radhiyallahu ‘anhu mengatakan,”Dan aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku juga menciummu.

Adapun mendapatkan berkah dari waktu adalah seperti pada bulan Ramadhan. Bulan tersebut disebut dengan bulan yang penuh berkah (banyak kebaikan). Seperti di dalamnya terdapat malam lailatul qodar yaitu barangsiapa yang beribadah pada malam tersebut maka dia seperti beribadah seribu bulan lamanya.

Berkah dari Para Nabi dapat Berpindah secara Dzat


Kaum muslimin, berkah jenis kedua ini adalah berkah yang Allah berikan pada orang-orang mu’min dari para Nabi ‘alaihimus salam. Berkah yang terdapat pada mereka adalah berkah secara dzat (dapat berpindah secara dzat). Seluruh bagian tubuh para Nabi mulai dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, sampai Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, semuanya adalah berkah. Di antara kaum Nabi tersebut ada yang mencari berkah dari badan mereka, baik dengan mengusap-ngusap tubuh mereka atau mengambil keringat mereka atau mengambil berkah dari rambut mereka. Semua ini diperbolehkan karena Allah menjadikan tubuh mereka adalah berkah. Sebagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, badannya adalah berkah. Hal ini dapat dilihat dalam hadits bahwasanya para sahabat Nabi mengambil berkah dari ludah dan rambut beliau. Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu, mereka saling berebut untuk mendapat bekas wudhu beliau.

Berkah secara dzat seperti ini hanya dikhususkan kepada para Nabi ‘alaihimus salam saja dan tidak diperbolehkan bagi selain mereka. Begitu juga para sahabat Nabi sekalipun atau sahabat yang paling mulia dan sudah dijamin masuk surga seperti Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma tidak boleh seorang pun mengambil berkah dari mereka karena hal seperti ini tidak pernah dilakukan oleh para sahabat yang lain kepada mereka berdua, sebagaimana mereka mengambil berkah dari rambut dan keringat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bagaimana Mencari Berkah dari ‘Kebo’ [?]

Sebagian kaum muslimin saat ini ketika menghadapi kesulitan dalam hidupnya, mereka malah mencari berkah dari para kyai. Mereka menyamakan/meng-qiyas-kan hal ini dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh diambil rambut dan keringatnya sebagai suatu keberkahan, maka menurut mereka para kyai juga pantas untuk dimintai berkahnya baik dari ludahnya atau rambutnya. Bahkan ada pula yang mengambil kotoran kyai/gurunya untuk mendapatkan berkah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sufi. Tidakkah mereka tahu bahwa mencari berkah secara dzat seperti ini tidak diperbolehkan untuk selain para Nabi?!!

Qiyas (penyamaan hukum) yang mereka lakukan adalah qiyas yang keliru dan jelas-jelas berbeda. Jangankan mencari berkah dari kyai, mencari berkah dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu -sahabat yang mulia, yang keimanannya jika ditimbang akan lebih berat dari keimanan umat ini dan sudah dijamin masuk surga- saja tidak diperbolehkan karena beliau bukan Nabi dan tidak pernah di antara para sahabat yang lain mencari berkah dari beliau radhiyallahu ‘anhu. Apalagi dengan para kyai yang tingkat keimanannya di bawah Abu Bakar dan belum dijamin masuk surga, maka tidaklah pantas seorang pun mengambil berkah darinya.

Maka bagaimana pula dengan mengambil berkah dari kyai -yang tidak punya akal- seperti kerbau ‘Kyai Slamet’?!! Sungguh perbuatan ini tidaklah masuk akal dan tidak mungkin memberikan kebaikan sama sekali, tetapi malah akan menambah dosa. Dosa ini bukan sembarang dosa, namun dosa ini adalah dosa paling besar dari dosa-dosa lainnya yaitu dosa syirik dan Allah Ta’ala berfirman,”Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni dosa yang berada di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An Nisa’: 116)

Tingkat Kesyirikan Tabaruk (Mencari Berkah)

Syaikh Sholih Alu Syaikh hafidzohullah menjelaskan bahwa jika kita memperhatikan apa yang dilakukan oleh para penyembah kubur (yang datang ke kuburan para wali dan beribadah kepadanya, -pen) di zaman kita ini, di negeri-negeri yang di sana tersebar berbagai macam kesyirikan, kita akan mendapati di antara mereka ada yang melakukan ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terdahulu terhadap laata, ‘uzza, dan dzatu anwat.

Para penyembah kubur tersebut duduk-duduk di kuburan atau di sekeliling pagarnya, mereka berada di atas kuburan atau di celah-celah dinding yang mengelilingi kuburan. Mereka berkeyakinan apabila mereka menyentuhnya (dengan tujuan mencari berkah,-pen) seolah-olah mereka menyentuh orang yang berada dalam kuburan tersebut, terhubungkan roh mereka dengannya dan mereka meyakini bahwa orang yang berada di dalam kubur akan menjadi perantara antara mereka dengan Allah. Itulah pengagungan kepada kubur tersebut.

Inilah syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam,-pen) karena perkara ini mengandung ketergantungan hati kepada selain Allah dalam mengambil manfaat dan menolak bahaya serta menjadikan perantara antara diri mereka dengan Allah. Perbuatan seperti ini adalah sebagaimana yang dilakukan orang-orang musyrik dahulu (yang telah dianggap kafir oleh Allah dan Rasul-Nya,-pen). Hal ini dapat dilihat pada firman Allah yang artinya,”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az Zumar: 3).

Adapun apabila mereka mengusap-ngusap kubur tersebut dan meyakini bahwa kubur tersebut adalah tempat yang penuh berkah dan hanya sebagai sebab mendapatkan berkah. Maka ini adalah syirik ashgor.

(Sebagian pembahasan di atas diambil dari kitab ‘At Tamhid lii Syarhi Kitabit Tauhid’ yang ditulis oleh Menteri Wakaf Kerajaan Saudi Arabia, Syaikh Sholih Alu Syaikh -semoga Allah menjaga beliau-)

Wahai kaum muslimin, inilah tingkat kesyirikan tabaruk. Seseorang bisa keluar dari Islam disebabkan melakukan perbuatan syirik akbar ini. Maka renungkanlah, apakah perbuatan lain yang merupakan bentuk mencari berkah seperti ‘grebeg mulud’ (tumpukan tumpeng yang saling diperebutkan pada hari ‘maulud Nabi’) termasuk mencari berkah yang disyari’atkan atau tidak. Benarkah tumpeng yang diambil berkahnya tersebut bisa melariskan dagangan, melancarkan rizki seseorang, bisa membuat seseorang mendapatkan jodoh?!!

Semoga Allah menunjukkan kita kepada kebenaran dan meneguhkan kita di atasnya. Sesungguhnya Allah menunjuki pada jalan yang lurus bagi siapa yang dikehendaki.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
http://buletin.muslim.or.id/