Ana coba menjawab beberapa pertanyaan antum:
1. Ana merasa lingkungan pengajian salaf agak eksklusif dan intelektual sehingga menjadi agak 'minder'. Mungkin karena ana datang masih isbal, belum berjanggut dan istri belum berhijab dengan benar agak menjadi perhatian dan kesulitan berkomunikasi. Seharusnya sesama saudara muslim ada interaksi sosial ( muamalah ) dimana mungkin mereka dapat menambah ilmu atau informasi berguna lainnya. Dalam hal ini ana berharap ikhwan/akhwat yang sudah lebih dulu mengenal lebih proaktif untuk mengajak (belum perlu sampai berdakwah)
→ BENAR sekali bahwa Kajian ini Kajian intelektual karena HANYA ORANG YANG BERFIKIR yang dapat memahami ini, seperti yang ALLAH firmankan di beberapa ayat. Dan yang harus antum camkan adalah dakwah salaf adalah BUKAN dakwah eksklusif…dakwah salaf adalah dakwah yang terbuka dan sangat menyambut orang-orang yang ingin berada di atas jalan yang lurus, bukan berarti antum masih isbal dan istri belum berhijab yang syar’i lantas antum menyimpulkan demikian.
Tidakkah antum ingat sabda Nabi tentang bagaimana menumbuhkan rasa cinta antara sesama muslim dengan menebarkan salam? Sudahkan antum menerapkan ini? Sekedar sharing ana waktu datang ke Kajian salaf pertama kali juga merasa gharib (asing)…Tapi ana coba untuk membaur…perlahan namun pasti akhirnya ana kenal satu persatu orang yang ada di Kajian itu, dan ternyata setalah kenal dengan mereka ternyata ana berada di lingkaran yang tidak jauh dari orang-orang yang mereka kenal juga (si “ini” temennya si “anu”, dan si “anu” ternyata temennya si “ini”).
coba antum bandingkan dengan dakwah selain dakwah salaf? Adakah mereka TERBUKA untuk setiap orang yang masuk ke dalam masjid duduk bersama dan mendengarkan Kajian secara terbuka??. ANTUM & ISTRI jangan berharap ketika datang ke lingkungan yang baru orang-orang disekitar antum akan mengenal antum dan berbaur seperti antum mengenal mereka sudah sekian lama.
2. Ada teman ana menilai kalangan kita ini agak sombong. Karena katanya mungkin saja ada dalil bahwa tidak ada kaidah bersalaman selesai sholat, tapi apakah harus menolak orang yang mengajak bersalaman.
→ ya akhi, permasalahan ibadah adalah urusan ALLAH dan RASULnya, ALLAH menutup ruang untuk akal kita berkecimpung di ranah ini. Masalah bersalam-salaman adalah salah satu bentuk BID’AH yang tidak ada asalnya dari Rasulullah, saran ana…antum banyak membaca dan ikut Kajian, insya ALLAH semakin dalam antum mengetahui mengenai manhaj ini antum akan berperilaku dan ‘berpenampilan’ sesuai dengan yang diajarkan rasulullah.
Antum juga harus tahu bahwa di luar sana KEJAHILAN (kebodohan) sangat merajalela, kalo antum sempat jelaskan kepada mereka bahwa bersalaman itu bid’ah yah antum sampaikan dengan kata-kata yang lembut dan dengan HIKMAH. Antum bisa saja tidak menolak bersalaman, tapi mungkin antum harus punya trik, di masjid tempat ana biasa sholat sampai sekarang mereka masih salam-salaman tapi karena setiap sehabis sholat ana selalu mundur ke shaf yang agak belakang, dan tidak menunjukkan sikap bahwa ana akan bersalaman setelah selesai sholat, akhirnya seiring dengan waktu, sekarang mereka tahu bahwa kalo ana sholat di situ mereka tidak menyalami ana, tapi setelah selesai sholat ana menyapa mereka dengan bersalaman tangan dan ngobrol.
Alhamdulillah mereka sekarang mengerti, walaupun dengan selain ana masih tetap bersalaman setelah selesai sholat.
3. Ada lagi yang mengatakan ; kita ini ada di Indonesia kenapa musti membiasakan diri dengan istilah istilah bahasa Arab jadi lebih mengentalkan suasana eksklusivenya.
→ Tidakkah engkau tahu wahai saudaraku ternyata kosa kata bahasa Indonesia itu 60% berasal dari bahasa ARAB? Bagaimana jika pemerintah ARAB mem-patenkan bahwa bahasa mereka tidak boleh dipakai oleh kita? Antum mau berbicara pakai bahasa apa? Antum harus bangga dan bersyukur karena bahasa Arab adalah bahasa dien yang mulia ini, tentu tidak semerta-merta harus menggunakan bahasa arab, namun semua kitab shahih itu berbahasa arab. Jadi mau tidak mau itu akan terpakai, ana pernah mempelajari bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan subhanallah ternyata bahasa ARAB itu adalah bahasa yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi.
Sekali lagi mengenai kesan exclusive, tidakkah antum ingat kabar dari Rasulullah bahwa Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Kalo antum sudah merasa Islam ini asing, sungguh engkau harus memohon hidayah agar ditetapkan dalam agama ini.
4. Ada juga yang mengatakan (dan ana juga pernah mendengar pertanyaan di Radio Roja) dakwah salaf merasa paling benar, diluar itu dikatakan "bodoh", "sesat", "jahil" atau "bathil" sehingga kata ini terasa terlalu keras buat orang yang ingin mengenal Salaf, bukankah dakwah harus dilakukan dengan kata yang baik dan lemah lembut. Manhaj iya paling benar atau "HAQ", tapi manusianya haram untuk merasa paling benar (mahsum, mudah2an betul menulisnya) itu yang ana dengar dari Ustad kita.
→ Memang benar sekali bahwa manhaj salaf adalah yang benar, karena salafus sholeh adalah generasi terbaik dari manusia. Karena mereka yang menemani Rasulullah yang mulia dalam membenahi manusia menuju dien yang sempurna, Rasulullah mengajarkan Islam pada generasi ini, dan seperti yang termaktub di dalam kitab-kitab sejarah bahwa mereka adalah orang-orang yang akhlaknya mulia, dan memiliki keberanian yang luar biasa dalam menegakkan kalimat Tauhid, sehingga banyak negeri ditaklukkan hanya untuk mentauhidkan ALLAH.
Bukankah pada zaman Rasulullah itu semua orang berada dalam ke-JAHILAN dan ketika datang Rasulullah untuk membenahi mereka, mereka berkomentar sama dengan antum??
Singkat kata, antum teruskan datang ke Kajian, dalami ilmu ini, jangan menyerah, jangan pesimis, tapi jangan juga over-confident (saking semangatnya mengamalkan manhaj salaf sampai-sampai melupakan kaidah untuk menyebarkan dakwah ini dengan kelembutan dan HIKMAH).
Demikian dari ana, semoga komentar ana tidak menyinggung hati antum dan semoga menjadikan motivasi buat antum untuk terus maju dan berjuang untuk belajar.
Wassalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.
Abu Hamzah
-milist-
No comments:
Post a Comment