Musyawarah Sehat Didik Anak Bertoleransi


WAKTU BERSAMA: Makan bersama adalah waktu berharga bagi keluarga untuk saling bercerita dan bertukar pendapat, Manfaatkan untuk saling mendengarkan, menghormati, dan berbagi

JAKARTA - Hubungan gender di Islam bukanlah berdasar kompetisi antar lelaki-perempuan seperti yang diusung masyarakat Barat saat ini. Sebaliknya hubungan lelaki dan perempuan lebih didasarkan kerjasama (Quran:4:32)

Dalam konteks keluarga, suami adalah pemimpin (Qawwam) sebagaimana dinyatakan oleh Tuhan. Hanya saja kepemimpinan—seperti halnya kepemimpinan dalam Islam—itu pun dibatasi oleh Al Qur’an dan ajaran Nabi, dan juga, di lain pihak juga dibatasi oleh Shura, atau konsultasi/diskusi mutual - amruhum shura bainahum (Quran 42:38)

Shura di dalam ayat tersebut disebutkan langsung oleh Allah sebagai salah satu karateristik esensial para penyembahnya, bersama dengan ibadah dan bersikap adil. Dengan demikian keluarga Muslim, seperti halnya institusi Muslim, formal, maupun informal sudah semestinya mengadopsi Shura, atau bermusyawarah. Nilai-nilai ini pun sebaiknya ditanamakan pada anak sejak kecil.

Dengan mengajak si kecil berdialog dan bermusyawarah, memberi pendapat, tak hanya melatih anak toleransi, menghargai orang lain, tapi juga menekan dan mengendalikan ego. Selain itu musyawarah akan mendidik anak berani mengeluarkan pendapatnya dengan benar, tidak kasar, namun tetap berhati-hati.

Manfaat bagi anak-anak lelaki, mereka pun akan lebih menghargai saudara perempuannya, dan anak perempuan pun tak merasa inferior tanpa kehilangan kesopanan.

Tapi tentunya saat si kecil diajak ikut bermusyawarah, orang dewasa pun harus mencontohkan sikap bermusyawarah yang baik, seperti awali musyawarah dengan menyebut Asma Allah, serta Shalawat kepada Rasul.

Hindari bersikap defensif, ngotot, dan sarkastik terhadap anggota keluarga, sebaliknya selalu jaga sikap rasional dan beralasan. Saat anggota keluarga lain berbicara sangat disarankan mendengar baik-baik dan menghormati. Di atas itu semua, selalu ingat, bahwa pendapat kita bukanlah yang terbaik, dan setiap bermusyawarah kita harus siap mengorbankan pandangan kita bila tidak diterima sebagian besar anggota keluarga.

Saat mengkritik pun ada sopan santun yang mesti diperhatikan. Awal sebelum melontarkan kritik, periksa baik-baik niat kita, apakah untuk menyerang pihak lain, demi kepuasan ego, ataukah benar-benar untuk memberi masukan konstruktif bagi pihak lain.

Pilih kata yang tepat dan waktu yang tepat. Tentu jangan keluarkan kritikan saat debat panas berlangsung, serta selalu diingat, kesimpulan kita pun belum juga benar. Hindari debat kusir dengan anggota keluarga saat musyawarah. Tujuan diskusi bersama adalah untuk mencari yang solusi paling optimal yang bermanfaat. Sehingga tahu kapan berhenti sangat bijak, untuk tidak menyeret debat berkepanjangan tanpa tujuan.

Sang anak yang melihat bagaimana diskusi antar orang dewasa yang sehat, berdasar argumen kuat dan pertimbangan rasional, pun akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Lalu bagaimana mendorong anak-anak untuk belajar berkomunikasi tepat dan berpartisipasi dalam musyawarah? Ketika mereka masih sangat muda, biasakan mereka mengungkapkan aktivitas seharian dan perasaan mereka terhadap anda.

Musyawarah adalah pilihan mencerminkan karateristik Mukmi (Quran 42:38). Tanamkan itu sejak dini. Misal mengajaknya dalam diskusi keluarga. Bila masih terlalu kecil, anda bisa memberinya kertas dan pena untuk mencatat topik-topik dalam diskusi. Usai musyawarah anda dapat melakukan diskusi terpisah tentang pertemuan tadi dan menggali pandangannnya.

Jadikan anak anda peserta penuh dalam setiap musyawarah keluarga baik formal maupun nonformal, kecuali bila isu harus dibincangkan antara ibu dan ayah saja.

Anak-anak sangat gemar bertanya. Salah satu cara menjawab pertanyaan mereka ialah mengajukan pertanyan balik “Kalau menurut kamu sendiri seperti apa?”. Ketimbang memberi solusi dan pandangan, akan lebih baik bila mengajak anak berpikir pula. Contoh lain pertanyaan ialah “Bagaimana menurutmu ini harus diatasi?”

Jangan bedakan pula cara komunikasi dengan anak adopsi. Beri mereka porsi kesempatan sama besar untuk mengungkapkan pikirannya dan berperan dalam keluarga. Hindari TV , radio, dan komputer berlebihan. Itu hanya akan membuat anak jauh dari orang tua.

Sisi humor pun jangan ditahan. Tertawa tidak akan menurunkan wibawa atau menyabotase pelajaran yang diberikan pada anak, justru terkadang itu akan meningkatkan kemampuan komunikasi. Hormati selalu opini anak, dengan mendengar perkataan mereka tanpa mental menghakimi dan mengkritik. Terakhir jangan lupa beri penghargaan bila sang anak mengelurkan ide cemerlang./ zawaj.com/it

http://www.republika.co.id/berita/29971/Musyawarah_Sehat_Didik_Anak_Bertoleransi

No comments:

Post a Comment