Wanita adalah denyut nadi kehidupan. Berbicara tentang wanita berarti juga membicarakan kehidupan itu sendiri secara keseluruhan “al mar‘atu ‘imadu‘l bilad” (wanita itu tiang negara). Bila baik wanita, baik pula kondisi negara tersebut. Dalam ajaran Islam terdapat bagian yang mengatur perihidup wanita, agar mereka yang pada dasarnya telah mendapat tempat mulia itu, menjadi wanita islam yang sejati. Wanita islam itu wanita yang tak keluar dari rel fisabilillah.
Wanita seperti itu terbentuk dari potensi fitrah yang ruhaniyah, fikriyah, dan jasadiyahnya tunduk pada aturan Allah dan RasulNya dan bisa menjalankan peranannya (menyangkut haq dan kewajiban) dengan baik dan benar, sehingga Allah ridha atasnya.
Seperti telah disinggung di atas, dalam pandangan Islam wanita yang baik adalah wanita yang seoptimal mungkin menurut konsep al-qur’an dan assunnah. Ia wanita yang mampu menyelaraskan fungsi, haq dan kewajibannya:
- Seorang hamba Allah (Qs.9:71)
- Seorang istri ( Qs.4:34)
- Seorang ibu ( Qs.2:233)
- Warga masyarakat (Qs.25:33)
- Da’iyah (Qs.3:104-110)
Sekilas Profil Muslimah di Zaman Rasulullah SAW
Sejarah telah mencatat dengan tinta emas, sejumlah nama sahabiyah di balik kecemerlangan dan kejayaan islam. Khadijah binti Khuwalid, Fathimah Az-Zahra, Aisyah dan lain lainnya.
Mereka wanita islam yang telah teruji sebagai individu yang bertaqwa kepada Allah, menjunjung tinggi risalah yang dibawa Rasulullah. Mereka muslimah dengan kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama manusia dan sesama makhluk Allah. Merekalah sosok istri yang benar-benar bisa mendukung dan membahagiakan suami mereka di jalan Allah. Merekalah ummahat yang berhasil dalam tarbiyatul awlaad, yang dapat mencetak keturunan generasi kebangaan Islam. Mereka juga merupakan sosok da’iyah yang tak pernah berhenti dari da’wah ilaLlah, yang senantiasa mengadakan pendekatan ke ummat. Maka di manakah lagi bisa kita temukan profil atau sosok wanita yang lebih baik dari yang demikian itu?
Fenomena Muslimah Hari Ini
Jika melihat sosok sahabiyah di atas, kemudian di bandingkan dengan sosok wanita islam hari ini, maka secara jujur terlihat suatu rentangan yang amat jauh.
Memang banyak muslimah di dalam masyarakat yang telah menyadari fungsi, hak , kewajiban, dan peranan mereka dalam islam. Tetapi ternyata lebih banyak lagi yang belum menyadari atau bahkan melarikan diri dari hal tersebut. Ini suatu realita yang tak dapat kita sangkal.
Dalam buku Petunjuk Jalan Hidup Wanita Islam ditulis oleh beberapa ulama pada Pusat Studi dan Penelitian Islam Mesir, wanita-wanita yang mengaku beragama islam di dunia ini dibagi ke dalam beberapa golongan.
Pertama, wanita Islam yang bingung. Wanita seperti dibesarkan dalam alam tradisional sehingga ia harus menghormati adat istiadat dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan adat tersebut.
Wanita jenis ini tidak selamanya dibesarkan diantara kaum yang tidak menyukai Islam, malah ia di besarkan dalam suatu masyarakat yang berpegang teguh pada agama, memelihara beberapa syariat, menunaikan berbagai ibadah, yang dilakukan sematamata hanya karena menghormati kehendak orang tuanya. Patuh kepada tradisi nenek moyangnya, disebabkan karena kurangnya pendidikan agama dan tidak adanya bimbingan yang baik dan benar.
Wanita seperti ini biasanya tidak akan mampu melawan arus globalisasi jahiliyyah yang kini melanda dunia. Ia merupakan pemahaman, dan daya tanggapnya lemah. Malah kosong sama sekali.
Kedua, wanita islam yang tidak stabil. Wanita jenis ini senantiasa berada dalam pergolakan yang sengit antara barbagai daya tarik duniawi yang beragam, propaganda modernisasi yang salah kaprah dan antara apa yang dikenal dan dipelajarinya dalam Islam. Wanita seperti ini biasanya akan goyang imannya bila keimanan ukhrawinya terbentur dengan gemerlapnya dunia.
Wanita jenis ini nantinya menapakkan satu kakinya di jalur islam dan kaki yang lain di jalur yang lain pula. Ia kemungkinan besar akan terkena murka Allah. Meraka tak mau masuk islam secara kaffah. Mereka , karena sikap tak stabil ini hanya menyembah, beribadah pada Allah ‘ditepi-tepi saja’ (QS 22:22)
Ketiga, wanita islam yang hijrah. Wanita seperti ini dibesarkan dalam alam atau lingkungan yang tak mengenal islam. Seperti mereka yang hidup di Eropa, Amerika dan semacamnya. Mereka banyak menemui kesulitan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Hidup dalam masyarakat asing yang moralnya rendah itu, membuatnya banyak menghadapi kendala dan dosa. Karena itu perlu mendapat gemblengan keyakinan yang lebih mendalam terhadap ajaran islam yang universal dan sabar dalam menghadapi resiko kebenaran yang disandangnya.
Keempat, wanita islam barat minded minded. Ia banyak tertipu karena kekagumannya terhadap barat. Ia tak segan-segan berkiblat ke barat dalam segala hal. Meskipun ia beragama islam, tetapi ia memandang Islam sebagai suatu sistem yang kolot dan mengikatnya. Ia ingin lepas dan bebas, sebebas-bebasnya seperti wanita di barat. Ia tidak mau menerima ‘ metoda langit’ , syariat Allah yang diturunkan padanya karena menganggap bukan masanya untuk seperti itu lagi. Ia tertipu kata-kata modern yang kerap di ucapkan kepadanya. Fikriyah (pemikiran), ruhaniyah(rohani), dan jasadiyah (tubuh) telah menjadi barat.
Kelima, wanita islam sejati sejati. Ia sosok muslimah yang berupaya melaksanakan Islam secara Kaffah (keseluruhan). Ia solihat, qanitat (taat), hafizhot (dapat menjaga diri). Ia selalu menapak tilas pada pribafdi muslimah sejati di masa Rasulullah dan sesudahnya, tanpa kehilangan karakteristiknya sendiri. Ia taat pada Allah dan RasulNya atas segala seruan. Ia Al Hijrah ijrah Edisi 35/ Tahun V, September 2006 7 berdaya guna bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sektarnya dan ummat. Ia tak pernah berhenti berzikir dan berpikir. Ruhani, jasad dan pikirannya telah tercelup dalam sibghatullah ( Qs. 2:138). Ia teguh dan istiqomah di jalan Allah walau apapun yang terjadi, baginya keridhaan Allah atas dirinya dan segalanya.
Demikianlah lima tipe wanita Islam pada hari ini. Mungkin dengan ini kita wanita muslimah dapat memperkirakan di mana kita berada. Sudahkan kita menjadi muslimah yang baik, yang sejati? Ataukah kita hanya sekedar ‘benda’ yang menjadi obyek bulanbulanan musuh-musuh Allah?
Konspirasi dan Globalisasi Nilai-Nilai Jahiliyah MenghantamWanita Islam
Sesungguhnya Maha Benar Allah yang dengan tegas bersabda dalam Al- Qur’an bahwa musuh-musuh Islam akan selalu berupaya dengan berbagai cara agar kita mengikuti millah (sistem hidup) mereka, hingga mereka ridha (QS Al-Baqarah: 120), dan mereka akan selalu memerangi Islam dan segala yang berbau Islam, kalau dapat memurtadkan kita dari Islam (QS 2: 217 dan 85: 8). Sungguh Maha Benar Allah.
Sesungguhnya fenomena muslimah hari ini (kebanyakan telah menyimpang jauh dari Allah dan RasuINya), dan kehilangan jati dirinya sebagai muslimah adalah hasil dari rekayasa mereka yang menghendaki ajaran Islam itu kabur, sulit difahami dan terkesan kolot (terbelakang) serta menghambat kemajuan.
Para musuh Allah ini telah mengangkat isu-isu hak asasi, kebebasan, emansipasi, dan modernisasi untuk menghantam para muslimah. Padahal itu semua mereka lancarkan untuk kehancuran moralitas wanita secara umum dan muslimah secara khusus. Segala media dikerahkan, segala daya dicurahkan agar isu-isu ini termakan oleh para muslimah.
Para muslimah dicekoki dengan warna mereka (baca: Barat, Yahudi, materialis, liberalis dan semacamnya). Para intelektual Barat dikerahkan untuk mengangkat isu-isu tersebut dengan menjelek-jelekkan dan menghujat Islam.
Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami adalah orangorang yang ingin mengadakan perbaikan.’ Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orangorang yang berbuat kerusakan di muka bumi, tetapi mereka tiada sadar.” (QS 2: 11-12) Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka. Dan Allah telah menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orangorang kafir benci (QS 61: 8)
Untuk mendukung semua itu merekapun merekayasa, para ‘cendekiawan muslim’ yang lemah iman untuk mendukung program mereka dan menimbulkan keraguraguan ummat.
Para wanita yang dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan digugat. Aturan-aturan Islam yang tinggi dan sempurna dituding sebagai biang keladi ‘terbelakangnya’ para wanita Islam. Musuh-musuh Allah yang lantang meneriakkan isu hak asasi, kebebasan, modernisasi, dan persamaan inipun menyerang masalah poligami,hak menthalaq, hak warisan, masalah hijab, dan sebagainya sebagai hal-hal yang melemahkan Islam. Islam dikatakan telah merendahkan harkat dan martabat wanita, sedang Barat lah yang mengangkat dan memuliakannya. Dan hal ini terus didengungdengungkan
ke seantero dunia dengan modal kekayaan dan kecanggihan media informasi mereka. Kemudian banyak wanita Islam yang terpengaruh dengan isu-isu yang mereka angkat serta public opinion yang mereka bentuk. Para wanita Islam beramai-ramai berusaha keluar dari lingkaran Islam. Tak lagi berpikir, bagaimana menjadi muslimah sejati.
Setelah itu apa yang terjadi? Orang orang yang menawarkan persamaan, hak asasi, kebebasan dan modernisasi pada akhirnya toh hanya menyeret kaum wanita Islam kepada kemaksiatan sebagaimana mereka telah menceburkan kaum wanita mereka sendiri ke arah itu. Para wanita Islam kini dengan ‘sukacita’ melakukan prostitusi, kumpul kebo, lesbianisasi, aborsi, dan semacamnya. Melepas jilbab dan memamerkan aurat mereka di koran, majalah, televisi atau di trotoar jalan. Mereka bangga atas pengeksploitasian tubuh mereka itu. Dengan dalih isu-isu itu tadi, para wanita kerap keluar dari ikatan agama dan susila. Mereka pun lantang menyerukan hak-hak wanita dalam gerakan feminisme yang menipu. Musuh-musuh Islam telah menancapkan taring-taring mereka kepada Islam melalui kaum wanitanya sebagai sarana yang paling ampuh.
Untuk menghancurkan Islam, mereka menghancurkan dahulu para wanita, para muslimah, para ‘tiang’ tadi. Maka kini terlihat kerusakan bukan saja pada kaum wanita, tetapi kerusakan moral ummat pun telah terasa.
Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Mereka tak lain hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka tak lain hanya berdusta ke ada Allah. (QS2:116)
Pada dasarnya program mereka memang bukan agar kita berpindah agama, tetapi cukup ‘memurtadkan’ dengan mengikuti pola kehidupan mereka dan meninggalkan Islam dengan cara yang demikian itu.
Bila ada seseorang yang mengikuti gaya (hidup) suatu kaum yang lain, maka ia termasuk golongan kaum itu. (Al-Hadist)
Kembali Kepada Fitrah
Satu-satunya cara menuju profil muslimah sejati harus kembali kepada fitrah, kepada Al-Islam secara utuh (QS Al-Baqarah: 208). Wanita Islam harus kembali kepada fungsi dan tidak mengabaikan begitu saja peran besar sebagai seorang hamba Allah, sebagai seorang istri, sebagai ibu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai da’iyyah. Wanita Islam harus kembali menghidupkan sosok muslimahmuslimah sejati di zaman Rasulullah dalam diri kita. Menjadikannya sebagai teladan kita.
Di samping itu juga harus memperteguh keIslaman dan membentengi diri dari serangan yang dilancarkan musuh Allah lewat berbagai kedok dan tipu muslihatnya. Dengan keIslaman yang teguh dan ketaqwaan kepada Allah, dengan berusaha secara sungguh sungguh mencapai profil muslimah sejati maka akan dapat melihat jelas segala tipu daya mereka.Akhirnya wanita Islam akan mempunyai furqan.
Sesungguhnya jalan kepada pembentukan pribadi muslimah sejati bukanlah jalan yang mulus dan indah. Tetapi jalan yang penuh pendakian dan rintangan. Jalan yang penuh onak dan duri. Jalan melawan arus globalisasi jahiliyah. Hendaknya kita fahami betul hal ini.
Seorang muslimah menjadikan muslimah di zaman Rasulullah SAW sebagai cermin dan qudwah kita.
Diasuh oleh: Dr. M. Idris Abdus Shomad
*) Alumnus S1,S2 dan S3, Imam Su’ud University, Riyadh
http://alhijrah.cidensw.net/index.php?option=com_content&task=view&id=57&Itemid=1
No comments:
Post a Comment