Potensi Wakaf di Indonesia Sangat Besar


JAKARTA--Potensi wakaf di Indonesia sungguh sangat besar. Tak heran jika Presiden Islamic Development Bank (IDB), Ahmed Mohamed Ali, menyatakan, Badan Wakaf Indonesia berpotensi menjadi pusat gerakan wakaf di kawasan Asia Tenggara. IDB juga menyarankan agar BWI mendirikan Bank Wakaf khusus untuk negara-negara di wilayah ASEAN.

Pernyataan itu diungkapkan oleh presiden IDB saat menerima kunjungan pengurus BWI pada pertengahan bulan lalu. Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat BWI, Masykuri Abdillah, pada 15-22 Maret lalu, BWI telah mengunjungi sejumlah negara guna meningkatkan potensi dan pengelolaan wakaf di Tanah Air.

''Sebenarnya, kesadaran umat Islam di Indonesia terhadap wakaf sudah cukup tinggi,'' ujar Masykuri kepada Republika, Rabu (8/4). Berdasarkan data Departemen Agama per Oktober 2007, papar dia, tanah wakaf di Indonesia tersebar di 366.595 lokasi. Menurut Masykuri, luasnya mencapai 2,68 miliar meter persegi.

Sayangnya, kata dia, sebagian besar tanah wakaf merupakan lahan tak produktif sehingga kurang memberikan kontribusi bagi perubahan ekonomi masyarakat. Menurut dia, saat ini terdapat tiga persoalan besar dalam pengembangan wakaf di Indonesia. Pertama, persepsi wakaf masih terbatas pada tempat ibadah atau makam dan belum dikembangkan secara produktif sehingga tak memiliki nilai ekonomi.

''Kedua, kemampuan manajerial pengelola wakaf juga masih sangat terbatas. Selain itu, kita juga masih dihadapkan pada keterbatasan dana investasi wakaf produktif,'' papar Masykuri yang juga menjabat ketua PBNU. Guna mengatasi terbatasnya dana investasi untuk mengembangkan potensi tanah wakaf, BWI berupaya menggandeng sejumlah lembaga wakaf di luar negeri.

Menurut Masykuri, dalam kunjungannya ke IDB, Qatar, dan Kuwait, BWI telah mencapai sejumlah kesepakatan. ''Dalam pertemuan BWI dengan badan wakaf Qatar, tercapai dua kesepakatan, yaitu memfasilitasi tenaga ahli di bidang administrasi berbasis teknologi informasi dan melatih tenaga administrasi berbasis teknologi informasi,'' ungkap Masykuri.

Masykuri menegaskan, BWI perlu meniru sistem pengelolaan badan wakaf di Qatar yang administrasi wakafnya sudah online. Selain itu, papar dia, BWI juga telah mencapai kesepakatan dengan Kuwait Auqaf Public Foundation (KAPF) untuk melatih tenaga ahli di bidang perwakafan, khususnya dalam bidang teknologi informasi wakaf produktif.

''KAPF juga menawarkan beasiswa bagi pelajar Indonesia yang ingin belajar tentang perwakafan di Kuwait,'' tuturnya. Ketua Umum BWI, Muhammad Tolchah Hasan, menambahkan, BWI juga bertemu dengan Jamiyah Ihya Turats (JIT) dan bersepakat untuk membantu pengembangan wakaf produktif, khususnya di bidang pertanian.

Sementara itu, dalam kunjungannya ke IDB, BWI juga berhasil menjalin sejumlah kesepakatan. Salah satunya, papar Tolchah, BWI dan IDB telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Wakaf IDB untuk mengadakan seminar internasional tentang perwakafan di Indonesia serta melakukan investasi wakaf sebagai percontohan di Indonesia.

"Untuk tawaran kerja sama proyek, IDB juga tertarik pada pengembangan wakaf rumah sakit ibu dan anak di Serang, Banten, dan rumah sakit internasional di Taman Mini," cetus Tolchah. Menurut dia, kerja sama itu akan kita tindaklanjuti dalam waktu dekat. IDB sendiri telah menyatakan, MoU dengan BWI akan dilakukan pada Juli mendatang.

Hingga kini, BWI belum memisahkan data wakaf yang digunakan sebagai lahan produktif dan tak produktif. "Untuk itu, BWI akan melakukan sosialisasi wakaf produktif, baik di media maupun melalui seminar," imbuh Masykuri. BWI kini tengah mempersiapkan iklan layanan masyarakat dan satu slot acara TV yang dikemas dalam bentuk ceramah agama.

Menurut Masykuri, sebenarnya BWI dan Depag telah melatih sekitar 40 pengelola zakat dari seluruh Indonesia pada tahun lalu. "Tahun in, kami juga akan menggelar pelatihan dan diharapkan bisa dibantu kantor perwakilan BWI di daerah," cetusnya. Dengan pelatihan tersebut, diharapkan pengembangan dan pengelolaan tanah wakaf bisa menjadi lebih produktif.

Pada semester I tahun ini, BWI menargetkan sejumlah kantor perwakilan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Batam, Riau, Jawa Timur, dan Gorontalo dapat segera beroperasi. Dengan adanya kantor perwakilan tersebut, imbuh Masykuri, pengelola wakaf di daerah tak perlu jauh-jauh datang ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan perwakafan.gie/kem


Potensi Wakaf di Indonesia


* Tanah wakaf di Indonesia per Oktober 2007 tersebar di 366.595 lokasi.
* Luas tanah wakaf di seluruh Indonesia mencapai 2,68 miliar meter persegi.
* Tanah wakaf belum dikembangkan secara produktif dan memiliki nilai ekonomi.
* Kemampuan manajerial pengelolaan wakaf masih terbatas.
* Tahun lalu Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah melatih sekitar 40 pengelola wakaf di seluruh Indonesia.
* Semester I tahun ini, BWI akan miliki kantor perwakilan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Batam, Riau, Jawa Timur dan Gorontalo.

http://www.republika.co.id/berita/43007/Potensi_Wakaf_di_Indonesia_Sangat_Besar

No comments:

Post a Comment