Isu Jilbab Guncang Militer Denmark


Sebuah unit militer Denmark, Home Guard, mengizinkan seorang Muslimah, Maria Mawla (27 thn) menggunakan kerudung selama 10 hari dalam program latihan dasar. Namun, belakangan izin itu diakui sebagai sebuah kesalahan karena melanggar peraturan. "Kami membuat kesalahan internal," kata Joergen Jensen, juru bicara Home Guard kepada Associated Press (20/7). Jensen mengatakan, peraturan seragam itu akan di-review akhir tahun ini.

Isu jilbab di unit militer ini menjadi berita nasional di Denmark setelah Partai Rakyat Denmark yang dikenal anti-Islam memrotesnya setelah membaca artikel tentang Mawla di website Home Guard -- korps pertahanan dalam negeri yang terdiri atas ribuan tentara sukarela.

Artikel yang dipublikasikan tanggal 14 Juli yang kini telah dihapus, menggambarkan Mawla sebagai seorang Muslimah taat keturunan Libanon. Menurut Mawla, jilbab tidak menjadi hambatan dalam menjalani program pelatihan. “Saya harus katakan bahwa saya terkejut menemukan Home Guard tidak hanya mengizinkan anggotanya mengenakan jilbab, tapi juga membanggakannya,” ujar Ib Poulsen, juru bicara Partai Rakyat. Mereka meminta Home Guard melarang jilbab yang dianggapnya sebagai “simbol penindasan terhadap wanita dan diskriminasi”.

Pemimpin Home Guard, Ulrik Kragh, mengatakan, jilbab tidak diperbolehkan dalam korpsnya karena melanggar peraturan seragam militer Denmark. Kragh mengatakan, wanita Muslimah dapat tetap menjadi anggota Home Guard jika ia bersedia menghormati peraturan tersebut (tidak mengenakan jilbab).



Mengetahui pelarangan itu, Mawla mengatakan sangat marah. “Saya rasa ini sangat diskriminatif dan membuat saya merasa sebagai warga negara yang buruk,” ujarnya kepada harian Jyllands-Posten –harian yang menghebohkan katena memuat kartun Nabi Muhammad.

Maria Mawla lahir di Libanon. Bersama orang tuanya ia bermigrasi ke Denmark ketika berusia empat bulan. Ia ingin berkontribusi bagi negara barunya. Ia menikah dengan warga Denmark, anak mantan anggota Home Guard.

Amarah juga ditunjukkan Muslimah berjilbab pertama dan satu-satunya di parlemen Denmark, Asma Abdul-Hamid. Mantan presenter TV pertama berjilbab di Denmark ini mengatakan, “Sudah cukup!”. Imigran asal Palestina ini menjadi bahan olok-olok Partai Rakyat saat kampanye tahun 2007 karena mengenakan jilbab. “Ini saatnya Partai Rakyat belajar bahwa kita hidup di dalam masyarakat yang demokratis,” tegasnya.

Partai Rakyat memegang 25 dari 179 kursi di dalam parlemen namun merupakan penopang utama pemerintah. (ap/hid/mel/pusdai.com).*


http://warnaislam.com/berita/dunia/2009/7/24/33720/Isu_Jilbab_Guncang_Militer_Denmark.htm

No comments:

Post a Comment