Ketika Titah Tak Bertuah

Para kyai menyerukan umat Islam untuk memilih pasangan capres tertentu, tapi umatnya memiliki pilihan lain. Hilangkah kredibilitas ulama di mata umat?



MediaUmat- Di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang diasuh oleh KH Sholahudin Wahid, pasangan JK-Wiranto memperoleh 98 suara, sementara SBY-Boediono 141 suara, dan Mega-Prabowo sembilan suara. SBY-Boediono juga menang di TPS 9 yang berdekatan dengan rumah KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU di Jl Cengger Ayam, Mota Malang. Hal yang sama terjadi di TPS dekat rumah Ketua PWNU Jatim KH Mutawakil Alallah di Desa Karang Bong, kec. Pajarakan, Kab Probolinggo Jawa Timur.

Padahal semua orang tahu, bahwa Nahdlatul Ulama adalah salah satu pengusung pasangan JK-Wiranto. Ormas terbesar di Jawa Timur itu beberapa hari sebelum pilpres berlangsung mengadakan pertemuan para ulama dan kyai sepuh NU. Tak tanggung-tanggung, mereka ini adalah tokoh-tokoh yang tak asing lagi di kalangan NU di antaranya KH Muchid Muzadi (Jember), KH Zainuddin Jasuli (Ploso, Kediri), KH Abdullah Faqih (Tuban), KH Fawaid As'ad (Sidoarjo Situbondo), KH Achmad Subadar (Pasuruan), KH Hisyam Syafaat (Banyuwangi), KH Ubai-dillah Faqih (Langitan), dan KH Khotib Umar (Jember).

Mereka sepakat memberi dukungan pada kandidat presi-den Jusuf Kalla. Alasannya antara lain Jusuf Kalla masih aktif sebagai Mustasyar Pengurus Wilayah NU Sulawesi Selatan, dan ia merupakan satu-satunya kader NU yang maju dalam pilpres mendatang.

“Jadi ulama/masyayich ponpes dan tokoh NU Jatim sepakat memilih JK-Wiranto. Dan menyerukan pada seluruh umat Islam di Jawa Timur khususnya warga NU agar bersatu mengikuti langkah ulama demi keutuhan NU dan keselamatan aqidah Islam aswaja," ujar Mutawakil.

Sebelum itu Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi menjadi salah satu bintang iklan yang memuji kepemimpinan dan figur capres Jusuf Kalla. Demikian juga pada saat Rapat Kerja Nasional Muslimat Nahdlatul Ulama di Makassar pada Sabtu (30/5), ia secara terbuka menyampaikan harapannya agar pasangan calon presiden koalisi Partai Golkar dan Partai Hanura, Jusuf Kalla Wiran-to terpilih.

Tidak hanya NU, Muham-madiyah pun tak ketinggalan. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin memberikan sinyal kepada warga Muham-madiyah agar memilih pasangan nomor urut tiga tersebut.

Seruan ini disampaikan saat ia menghadiri Sidang Tanwir Aisyiah (organisasi sayap Mu-hammadiyah) kedua di Univer-sitas Muhammadiyah Yogya-karta, Jumat (12/6). Saat hendak memberikan sambutan Din me-nirukan slogan JK, “Saya tidak akan berbicara panjang, karena lebih cepat lebih baik,” ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta sidang.

Selain itu, Din menyerukan kepada seluruh warga Muham-madiyah agar tidak golput dan memilih pasangan calon yang memenuhi sembilan kriteria. Beberapa di antaranya, memiliki jiwa kenegarawanan, berkarakter kuat antara kata dan perbuatan, memilivi visi kebangsaan, dan bersikap akomodatif terhadap umat Islam.

“Saya tidak mau menyebut-kan nama karena saya tak ingin Muhammadiyah menjadi alat politik. Namun, warga Muham-madiyah sudah tahu siapa yang harus dipilih,” tandasnya.

Di luar organisasi besar itu, banyak ormas Islam memberikan dukungannya. Namun nyatanya dukungan itu ternyata tak mem-buahkan hasil ketika pilpres berlangsung.
Umat Islam tak mengikuti arahan tokoh-tokoh tersebut. Nasib serupa juga dialami pasangan Mega-Prabowo yang juga mencoba memasang dai sejuta umat Zainuddin MZ dan beberapa tokoh pesantren. Mereka mempunyai pilihan tersendiri, yakni SBY.

Kredibilitas Menurun?



Pengamat politik dari Unpad Djadja Saifullah menilai, kenyataan itu tidak bisa dikaitkan langsung dengan NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, ini masalah figuritas.

Umat Islam tidak begitu kenal dengan JK, dibandingkan dengan SBY yang sudah membangun opini lebih lama. ”Bukan berarti NU dan Muhammadiyah tidak solid lagi.

Mereka tetap NU, mereka tetap Muhammadiyah. Tapi kan mereka tidak mau nurut sama JK. Karena JK ini kalah opini dibanding SBY,” jelasnya.

KH Ali Mustafa Ya'kub punya penilaian yang agak berbeda. Menurutnya, NU, Muhammadiyah oleh warganya sendiri hanya dianggap sebagai ormas saja. Oleh karena itu bagi mereka masalah politik adalah wewenang masing-masing warga. Apalagi pernyataan itu sering mereka dengarkan dari para pemimpinnya bahwa organisasinya adalah lembaga yang bukan politik. Organisasinya hanyalah organisasi keagamaan, pen-didikan. ”Jadi urusan politik diserahkan kepada masing-masing warganya,” jelas imam besar Masjid Istiqlal ini.

Nah, pemahaman ini sudah mengakar dan menjadi pegangan bagi warga ormas-ormas itu sehingga pimpinan ormas dianggap tidak memiliki otoritas untuk memberikan arahan politik. Jadi, menurutnya, ini bukan indikasi bahwa warga ormas Islam itu tidak taat lagi kepada pemimpinnya. Apalagi MUI juga tidak pernah memberikan fatwa dengan menyebutkan nama yang harus dipilih sebagai pemimpin bangsa. ”Jadi kecilnya suara JK-Win itu sangat mungkin karena kemungkinan yang kedua itu,” kata pakar hadits tersebut.

Berbeda dengan keduanya, KH Abdurrahman Khudori, pimpinan Ponpes Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah tak memungkiri bahwa kepercayaan warga NU terhadap kyai sudah menurun. ”Yaa.. rusaknya NU sendiri terutama sejak KH Hasyim Muzadi mencalonkan diri jadi wakil presiden pada 2004 lalu. Mestinya NU ini independen. Tapi sayangnya, mulai 2004 itu kan malah diarahkan untuk dukung mendukung calon capres-cawapres,” katanya.

Faktor penyebabnya, menurutnya, karena memang telah memudarnya ideologi, kurang memahami lagi idealismenya, akidah. ”Sekarang ini dianggapnya memilih partai, presiden tidak ada sangkut pautnya dengan akhirat. Dianggapnya ini hanya urusan dunia saja. Padahal kehidupan kita di dunia ini kan untuk mengumpulkan bekal di akhirat. Kalau mau bahagia di akhirat kan harus memilih kepemimpinan yang baik,” tandasnya.

Djadja yakin di tengah masyarakat masih banyak tokoh-tokoh yang masih tetap mempertahankan ideologi Islam. Hanya saja mereka itu tidak terjamah oleh media massa. ”Mereka itu tetap mempertahankan Islam tidak tergiur dunia,” tandas Guru Besar Unpad ini.[] humaidi


http://www.mediaumat.com/content/view/733/2/

No comments:

Post a Comment