Rumah Sakit Sandera Pasien, Menkes Jadi Pahlawan

Jakarta - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mengirim tim ke Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa. Tim akan menyelidiki kasus penyanderaan dua ibu dan bayi lantaran tak sanggup membayar biaya persalinan.

"Begitu saya dengar informasi ini, saya terjunkan tim ke sana. Biar kami lakukan penyelidikan dulu," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Togi Asman, Selasa, 8 September 2009.

Suharni dan Santi berikut dua bayi mereka masih tertahan di RS Bersalin Sofa Marwa yang beralamat di Jalan Bina Warga RT 9, RW 7, Kampung Kali Bata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Suharni sudah tertahan sejak empat bulan lalu. Sedangkan Santi tertahan sejak dua minggu lalu. Mereka tak sanggup membayar biaya persalinan yang mencapai lebih Rp 5 juta. Selama dalam sandera, mereka juga diwajibkan membayar biaya Rp 100 ribu per hari.

Keduanya sangat membutuhkan uluran tangan dermawan. Suharni hanyalah isteri seorang pengangguran, sedangkan Santi isteri pemulung. "Kami sangat membutuhkan bantuan," kata Santi.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari segera membebaskan dua ibu dan bayi yang menjadi sandera Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa. Ia akan melunasi seluruh biaya persalinan keduanya.

"Katakan padanya (Suharni dan Santi), saya mau membiayainya," kata Menkes lewat pesan singkatnya, Selasa, 8 September 2009.

Suharni dan Santi berikut dua bayi mereka masih tertahan di RS Bersalin Sofa Marwa yang beralamat di Jalan Bina Warga RT 9, RW 7, Kampung Kali Bata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Suharni sudah tertahan sejak empat bulan lalu. Sedangkan Santi tertahan sejak dua minggu lalu. Mereka tak sanggup membayar biaya persalinan yang mencapai lebih Rp 5 juta. Selama dalam sandera, mereka juga diwajibkan membayar biaya Rp 100 ribu per hari.

Keduanya sangat membutuhkan uluran tangan dermawan. Suharni hanyalah isteri seorang pengangguran, sedangkan Santi isteri pemulung. "Tapi kalau tidak mampu mbok ya jangan di RS swasta," kata Menkes.

Sebelumnya, Seorang ibu dan bayinya hingga kini masih tertahan di Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa, Jalan Bina Warga RT 9, RW 7, Kampung Kali Bata, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

"Sebenarnya kami sudah minta keringanan biaya, tapi tidak dikasih," kata Suharni yang sudah empat bulan ditahan di rumah sakit lantaran tak sanggup melunasi biaya persalinan, Senin malam, 7 September 2009.

Aryo Bimo, suaminya pernah meminta kepada rumah sakit agar diijinkan pulang. Mereka berjanji akan melunasi biaya persalinan dengan cicilan. Namun permohonan itu, tidak dikabulkan.

Kondisi serupa dialami Santi, isteri seorang pemulung. Sudah dua minggu, ia dan bayinya tertahan di Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa. "Sebelum masuk, sempat mikir mas. Mau bayar pakai apa? Tapi si mungil keburu mau lahir, bagaimana lagi?," kata Santi.

Kedua ibu dan bayi itu menanti uluran tangan dermawan. Selain harus melunasi biaya persalinan lebih Rp 5 juta, mereka juga harus membayar biaya Rp 100 ribu per hari. "Biaya harian untuk kamar berdua, makan dua kali sehari dan memandikan bayi," ujarnya. "Kami membutuhkan bantuan," kata Santi.

Wajah Suharni, 30 tahun, terlihat tidak bersemangat meski berada di samping anaknya, Ayudya Meitana Bimantara, bayi laki-laki yang dilahirkannya empat bulan lalu.

Tak berselang lama, keduanya sudah terlelap di atas ranjang di kamar Bougenvile, lantai 3 Rumah Sakit Bersalin Sofa Marwa, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.

Dari atas ranjang terlihat tangan bayi lelaki itu tidur dengan terlentang, sesekali bibirnya yang mungil juga melempar senyuman dalam tidur. Apa yang dirasakan Ayudya, tentu berbeda dengan apa yang dirasakan ibunya. Sudah lebih dari empat bulan dia berada di kamar perawatan.

"Saya mau pulang, tapi uangnya dari mana," ujar istri Aryo Bimo, yang tingggal di Kampung Vitara, RT 5 RW 13, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.

Suharni semula mendapat rujukan dari bidan di Kampung Vitara untuk segera menjalani operasi karena bayinya prematur. Maka sejak 5 Mei 2009 lalu, dirinya harus dirawat di rumah sakit tersebut.

Karena tidak memiliki uang, dia harus tetap berada di rumah sakit sampai biaya persalinan itu dilunasi.

Besaran hutang yang harus ditanggungnya mencapai Rp 20 juta. Biaya tersebut terdiri dari biaya operasi sebesar Rp 5,3 juta dan serta sisanya adalah biaya perawatan dan obat.

"Kalau semua bisa Rp 20 juta," ungkapnya.

Sang suami, Aryo Bimo, baru bisa membayar uang Rp 3 juta dari total biaya tersebut.

Bimo menceritakan, besarnya biaya perawatan bagi istrinya dikarenakan kondisi anaknya yang prematur saat dilahirkan sehingga perlu menjalani perawatan selama sebulan.

Kini Bimo, sedang berusaha mengajukan pinjaman ke tempatnya bekerja dan beberpa kerabatnya. Karena biaya perawatan anaknya bisa terus bertambah bila tetap berada di rumah sakit.

Masih di kamar yang sama, juga ada Santi, 27 tahun, dia juga mengalami nasib yang sama dengan Suharni.
Bedanya, Santi baru dua minggu tertahan di kamar berukuran 3 x 3 meter, di rumah sakit tersebut.

Putranya, Syahrul Gunawan, 2 minggu, masih terbalut sarung kotak - kotak milik bapaknya. Bocah itu tertidur pulas di atas ranjangnya.

Sementara di bawah ranjang Syahrul, tergeletak Sri Wahyuni, kakak Syahrul, yang tertidur tanpa menggunkan baju.

Santi masuk RSB Sofa Marwa pada 18 Agustus 2009, atas rujukan seorang bidan di kawasan Depok Lama, Jawa Barat. "Bidan itu bilang, saya harus cesar," ungkap dia.

Pada 21 Agustus 2009, sebenarnya Santi dan Syahrul sudah bisa pulang seandainya tidak ada kendala biaya, suaminya Yudhi Wijaya, hanya pemulung.

"Pekerjaan suami saya hanya pemulung. Uang sebesar itu dari mana," ungkap Santi.

Untuk bisa keluar dari Rumah Sakit tersebut, Santi harus membayar biaya operasi sebesar Rp. 5,3 juta ditambah biaya rawat inap dan biaya dokter Rp 700 ribu.

Belum lagi biaya tunai Rp 100 ribu per hari selama dua minggu. "Belum saya bayar sama sekali. Kami tak ada uang sebesar itu," ucapnya lirih.

Tidak satupun dokter maupun pihak rumah sakit yang mau berkomentar mengenai kejadian ini. Saat didatangi ke ruangannya, humas rumah sakit tersebut tidak ada di ruangannya.(vvn) www.suaramedia.com

http://www.suaramedia.com/berita-nasional/10421-rumah-sakit-sandera-pasien-menkes-jadi-pahlawan.html

No comments:

Post a Comment