Kebebasan bagi Muslim Hong Kong
HONG KONG--Komunitas Islam di Hong Kong merupakan minoritas yang beruntung. Sebab, mereka mendapatkan kebebasan menjalankan keyakinan agamanya. Tak hanya itu, mereka pun bisa menikmati hak-hak dasar lainnya, seperti kesempatan mendapatkan pekerjaan dan pendidikan.
''Kami bebas, kami independen,'' kata Mohamad Arshad, tokoh Muslim di Hong Kong, kepada jurnalis ternama dari The Independent, Robert Fisk, seperti dikutip Islamonline, kemarin. Ia berada di Hong Kong untuk mengetahui lebih jauh kehidupan Muslim di wilayah itu.
Namun harus diakui, ujar Fisk, Muslim di Hong Kong masih menjadi sebuah komunitas yang tak terlalu dikenal. Ini terbukti saat ia bertanya di mana letak masjid terdekat, ia malah ditunjukkan ke sebuah kuil Sikh. ''Bagaimanapun Muslim masih kurang dikenal,'' ujarnya.
Walaupun tak lama kemudian, ia pun akhirnya dipandu seseorang berkunjung ke Masjid Ammar dan Osman Ramju Sadick Islamic Centre. ''Saya menemukan dua anak yang sedang duduk dengan sopan mempelajari Alquran. Mereka duduk di atas karpet, membaca Alquran,'' kata Fisk.
Pada dinding bangunan, ujar Fisk, terdapat tulisan Cina dengan karakter Arab. Ia menambahkan, setiap kata-kata Islami selalu memiliki arti dalam bahasa Cina. Allah SWT diartikan sebagai Tuhan yang sesungguhnya dan Islam artinya keyakinan murni.
Fisk menyatakan, jumlah Muslim di Hong Kong berkisar antara 20 hingga 100 ribu. Mayoritas Muslim di Hong Kong merupakan orang-orang Hui. Sedangkan, Muslim lainnya berasal dari Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, dan negara-negara Timur Tengah dan Afrika.
Menurut Fisk, Muslim Hong Kong lebih beruntung dibandingkan saudara mereka yang ada di seantero Cina. Mereka, kata dia, beruntung mendapatkan kebebasan ini. Pada faktanya, setiap orang di Hong Kong beruntung, termasuk Muslim.
Seorang pengurus Osman Ramju Sadick Islamic Centre, Sulieman Wang, mengatakan, status Muslim Hong Kong berbeda dari Muslim yang ada di seluruh Cina. ''Di sana, seorang imam tak dapat berceramah di masjid di mana ia tak terdaftar sebagai penceramah,'' ungkapnya.
Muslim Cina, kata Wang, ingin melakukan unjuk rasa soal Gaza, namun tak diizinkan oleh negara. ''Kami katakan bahwa kami sangat marah, namun tak dapat melakukan apa pun. Di Cina, kami tak bisa melakukan unjuk rasa,'' katanya.
Wang menambahkan, sistem pendidikan di Cina juga melarang Muslim untuk lebih memahami keyakinannya. Kini, terdapat 20 juta Muslim di Cina, sebagian besar dari mereka beretnik Hui. Muslim juga menjadi mayoritas di Provinsi Xinjiang.
Pada Juli lalu, Muslim di Xinjiang melakukan aksi unjuk rasa menentang diskriminasi terhadap diri mereka. Paling tidak, 190 orang tewas dan 1.700 orang lainnya luka-luka dalam bentrokan antara Muslim di Xinjiang dengan aparat keamanan Cina. fer/taq
http://www.republika.co.id/berita/80079/Kebebasan_bagi_Muslim_Hong_Kong
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment