Aneh, Lembaga Anti-diskriminasi Belgia Melarang Jilbab
Lembaga anti-diskriminasi Belgia berupaya melarang jilbab di lingkungan sekolah dasar. Lembaga anti-diskriminasi kok malah bersikap diskriminatif?
Hidayatullah.com--The Center for Equal Opportunities and the Fight against Racism (CGKR) mencoba mengangkat debat seputar masalah kerudung. Kali ini lembaga itu akan bicara tentang "ekspresi eksternal dari keyakinan", bukan tentang "ekspresi eksternal dari keyakinan beragama, filosofi dan politik".
Tujuan lebih lanjut yang ingin dicapai lembaga ini adalah larangan mengekspresikan secara terang-terangan atas sebuah keyakinan di kalangan murid sekolah dasar.
Menurut CGKR, masalah pengekspresian sebuah keyakinan secara eksternal biasanya dijumpai di sektor tenaga kerja, pelayanan publik dan pendidikan.
Kebebasan seseorang untuk mengekspresikan keyakinannya dengan cara damai harus menjadi titik awal. Demikian kata Jozef De Witter, direktur CGKR.
"Sebenarnya tidak ada satu pun kebebasan, bahkan untuk hal yang mendasar, yang absolut. Namun demikian pembatasan-pembatasan yang ada harus dilihat secara hati-hati. Dengan kata lain, sebuah larangan seharusnya menjadi sebuah pengecualian dan tidak diterapkan secara umum," begitu menurut De Witte.
Dalam bidang pendidikan lembaga itu menilai, sistem yang ada sekarang sudah kelewat batas. Menurut De Wiitte sudah seharusnya ada sebuah aturan hukum. Kebebasan individu setiap pelajar tetap menjadi prinsip dasar, tapi hal itu bisa dibatasi dengan mengatasi semangat misionaris (penyebaran agama) demi alasan keamanan.
Lembaga itu menginginkan sebuah larangan mengekspresikan keyakinan secara eksternal di lingkungan pendidikan dasar. Untuk pendidikan menengah, masyarakat seharusnya mulai memikirkannya lagi. Sementara kebebasan individu harus tetap ada di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Penjelasan CGKR itu kelihatan sedikit rumit. Padahal inti pesan yang disampaikan sederhana saja, yaitu mereka ingin agar jilbab dilarang digunakan oleh anak-anak SD.
Bagaimana pun Belgia adalah negara mayoritas Kristen yang sekular. Seperti negara-negara Eropa lainnya, Islam menjadi sebuah kekhawatiran bagi mereka.
Olivier Servaix, sosiologis dari Universitas Katolik Louvain, pernah mengatakan dalam wawancaranya dengan La Libre Belgique pertengahan Maret 2008, bahwa Brussels, ibukota Belgia, akan dihuni mayoritas Muslim dalam 15-20 tahun mendatang. [di/hln/www.hidayatullah.com]
http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=9961:aneh-lembaga-anti-diskriminasi-belgia-melarang-jilbab&catid=67:internasional&Itemid=55
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment