Islam pertama kali masuk ke Kolumbia pada 1948 melalui imigran Lebanon, Suriah, dan Palestina
Republik Kolumbia merupakan sebuah negara di barat laut Amerika Selatan. Negara ini kaya akan hasil hutan dan perkebunannya, seperti jamrud dan kopi. Kolumbia merupakan produsen kopi terbesar kedua di dunia setelah Brasil, dan hampir 95 persen konsumsi jamrud dunia berasal dari negara ini.
Namun, masyarakat dunia lebih mengidentikkan negara ini sebagai pengekspor obat-obatan terlarang. Perang antargeng produsen dan pengedar narkoba memang acap terjadi di sini. Kendati demikian, Islam tumbuh dan berkembang juga di Kolumbia.
Bencana narkoba ini berawal pada 1980-an. Saat itu Kolumbia mulai mengekspor narkoba secara ilegal terutama kokain, dalam jumlah yang sangat besar. Saking besarnya ekspor tersebut, nilainya hampir setengah dari keseluruhan ekspor legal Kolumbia sendiri. Perdagangan narkoba itu telah menciptakan sebuah kerajaan narkoba yang kaya dan kuat yang berpusat di Medellin dan Cali.
Atas desakan Amerika Serikat, Pemerintah Kolumbia akhirnya berusaha menghancurkan kerajaan narkoba dan mengektradisi gembong narkobanya ke negeri Paman Sam tersebut. Peristiwa itu terjadi di penghujung 1990.
Namun, responsnya di luar dugaan, justru para gembong narkoba tersebut melancarkan aksi terorisme yang menewaskan ratusan orang. Kini, masalah narkoba tetap menjadi persoalan pelik dan panjang yang mesti dihadapi oleh pemerintahan Presiden Alvaro Uribe Velez saat ini.
Denyut Islam
Kolumbia, sebuah negara yang juga akrab dengan tradisi sepak bola ini ternyata juga dihuni oleh penduduk yang beragama Islam. Jumlahnya mencapai 85.908 jiwa atau sekitar 0,1 persen dari total penduduk Kolumbia yang berjumlah sekitar 44 juta orang.
Islam pertama kali masuk ke Kolumbia pada 1948. Kebanyakan Muslim Kolumbia adalah para imigran dari Lebanon, Suriah, dan Palestina. Mereka datang ke Kolumbia sekitar 1880-an hingga 1960-an. Mereka datang karena perang dan konflik yang terjadi di Timur Tengah, lalu mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain dibandingkan di tempat asal mereka.
Kebanyakan para imigran Muslim generasi pertama ini merupakan pemeluk Islam yang taat, jika dibandingkan dengan generasi kedua dan ketiga. Muslim generasi pertama sebagian besar masih berbicara dalam bahasa Arab antara satu dan yang lainnya.
Masuknya imigran Arab ke Kolumbia ini kemudian melahirkan sebuah komunitas Muslim di sana, kendati sebelumnya Islam dan dunia Arab Muslim juga telah memberi pengaruh kepada masyarakat Kolumbia. Mereka menjadi diskursus politik dan berpengaruh pada budaya populer.
Mengutip Wikipedia, sejumlah kalangan menunjuk masuknya kultur Arab ke Kolumbia terjadi pada telenovela El Clon. Kultur Arab yang masuk ke dalam ranah budaya populer lainnya melekat pada bintang Kolumbia, Shakira, yang memiliki darah Lebanon-Kolumbia.
Seiring dengan waktu, populasi umat Islam di negeri ini mengalami peningkatan. Pertumbuhan populasi Muslim di Kolumbia, antara lain, karena sebab perkawinan. Sebagian lainnya menjadi Muslim setelah mengetahui ajaran Islam yang sebenarnya.
Umumnya mereka yang masuk dalam kategori kelompok terakhir ini sempat mengalami keragu-raguan akan trinitas dalam agama Katolik yang mereka anut sebelumnya. Pertanyaan ini justru terjawab dalam Islam yang menyatakan Isa sebenarnya adalah utusan Allah. Alasan logis ini membuat mereka semakin tertarik akan Islam.
Sebagai negara yang berbahasa resmi Spanyol, kedekatan budaya antara Muslim Kolumbia dan Spanyol juga tampak. Misalnya pada warisan kulinernya. Beberapa tahun terakhir, Muslim Kolumbia semakin terbuka untuk memperlihatkan identitas mereka. Apalagi Pemerintah Kolumbia tidak lagi menjadikan Katolik sebagai agama resmi negara meski 90 persen penduduknya penganut Katolik.
Pemerintah Kolumbia juga memberikan kebebasan bagi Muslim untuk menjalankan keyakinannya. Pemerintah mengizinkan umat Islam mengembangkan sejumlah pusat kegiatan Islam yang tersebar di sejumlah kota besar di Kolumbia.
Sejumlah pusat kegiatan Islam yang menyatu dengan masjid, di antaranya ditemukan di Bogota, San Andres, Guajira, Nari, dan Santa Marta. Tak hanya itu, mereka juga memiliki sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama sendiri, yaitu di Bogota dan Maicao.
Muslim Maicao
Populasi Muslim Kolumbia terbanyak berada di Kota Maicao, bagian dari wilayah La Guajira. Berdasarkan data statistik 2007, jumlah Muslim di Maicao mencapai 1.300 orang. Sebagian besar menjalani pekerjaan sebagai pelaku bisnis. Jumlah mereka terus menyusut. Pada 1980-an jumlah Muslim yang ada di Maicao sekitar 5.000 orang. Namun, sebagian besar dari mereka pindah ke kota-kota lainnya di Kolumbia yang dianggap lebih menguntungkan untuk tempat usaha.
Di Kota Maicao ini terdapat sebuah masjid termegah se-Amerika Selatan, Omar Ibn Al-Khattab, didirikan pada September 1997. Meski memiliki jumlah populasi Muslim terbesar di Kolumbia, namun wilayah ini dikenal sebagai kota dengan tingkat kriminalitas tinggi, seperti penyelundupan, baik rokok, barang-barang elektronika, narkoba, senjata api, sampai pencucian uang (money laundring). Dari Maicao hasil selundupan itu disebarkan melalui Venezuela, kawasan Amerika Tengah, dan Karibia.
Masjid Omar Ibn Al-Khattab telah menjadi denyut jantung kehidupan Muslim Maicao. Masjid yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai La Mezquita ini dapat menampung sekitar 1.000 jamaah. Di masjid ini umat Muslim Maicao menjalankan ibadah harian dan belajar tentang agama Islam.
Ketika bulan Ramadhan datang, komunitas Muslim Maicao menjadi sorotan publik Kolumbia. Maklum saja, umat Islam di negara ini menjadi minoritas di antara umat Katolik yang mayoritas. Berita utama, seperti 'Masjid Dipenuhi Jamaah pada Ramadhan' dan 'Bagaimana Muslim Menjalani Ibadah di Bulan Ramadhan?' tercetak pada sejumlah media lokal di Kolumbia.
''Muslim mencuri perhatian saat Ramadhan,'' ungkap Riyad Darwish, seorang Muslim di Maicao, kepada El Tiempo.
Semarak kegiatan di masjid, kata Darwish, sebagaimana dilansir situs Islamonline, menarik perhatian mereka dan menjadi sebuah bukti keberadaan Muslim di negara itu. Sejumlah media memuat foto kegiatan keagamaan selama Ramadhan di masjid. Ada pula foto-foto saat Muslim melepas sepatu ketika hendak memasuki masjid.
Menurut Darwish, kondisi ini menunjukkan bahwa Muslim di Kolumbia mampu berintegrasi secara penuh dengan semua lapisan masyarakat. Meski mampu berbaur dengan baik, umat Islam tetap tak melupakan identitas mereka sebagai Muslim.
Menurut Pedro Delgado, penduduk asli Kolumbia yang telah memeluk Islam sejak 20 tahun lalu, Ramadhan memang sarat dengan kegiatan keagamaan dan menjadi kesempatan untuk belajar.
Setiap hari, umat Islam di kota ini berbondong-bondong ke masjid untuk beribadah dan belajar. Paling tidak, kata dia, tak kurang dari 500 anak dan remaja Muslim setiap hari melangkahkan kaki ke Masjid Omar Ibn Al-Khattab untuk belajar Alquran dan bahasa Arab. Masjid ini memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan semacam itu. Di dalam kawasan Masjid Omar Ibn Al-Khattab ini juga terdapat Dar Alarkan School yang menjadi pusat pendidikan Muslim.
Selain Masjid Omar Ibnu Al-Khattab, ada pula masjid lain yang tersebar di Kolumbia. Di antaranya adalah Masjid Agung Istanbul di Bogota, Ibu kota Kolumbia, dan masjid di San Andres dan Cartagena. dia/taq/berbagai sumber
DATA
Nama : Republik Kolumbia
Ibu kota : Bogota
Bahasa Resmi : Spanyol
Penduduk : 44 juta
Pemeluk Islam : 85.908 jiwa
Agama : Katolik 90 persen
http://www.republika.co.id/berita/86456/Menilik_Komunitas_Muslim_Kolumbia
No comments:
Post a Comment