Istighfar Solusi Bangsa

الحمد لله العزيز الغفار، العلي الجبار، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وعد التائبين بالسعادة بالجنة والسلامة من النار، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المبعوث لإنقاذ البشرية من الشقاء في الدنيا وفي دار القرار.

اللهم صل وسلم وبارك وأنعم على سيد المستغفرين بالأسحار، وعلى آله وأصحابه الأخيار وعلى التابعين لهم بإحسان ما بقي الليل والنهار. أما بعد:

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

dakwatuna.com – Marilah di dalam hidup ini kita senantiasa meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah I dengan selalu mengevaluasi diri dan bertaubat kepada Allah dengan memperbanyak istighfar, memohon ampunan dari segala kesalahan dan dosa-dosa agar kehidupan kita selalu dipenuhi keberkahan dan keselamatan, di dunia maupun di akhirat. Dalam kaitan ini Allah I berfirman:

…. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”.

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” QS. Hud: 61


Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.

Secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya,


Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya” (Hud: 2).

Hal ini menunjukkan betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah beribadah kepada-Nya

Kebiasaan beristighfar merefleksikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan KeMaha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda,

Sesungguhnya Allah senantiasa membuka TanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di malam hari, begitu pula Allah senatiasa membuka TanganNya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hambaNya yang melakukan dosa di siang hari”.

Perintah beristighfar di dalam Al-Qr’an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya”.

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah melainkan dengan menunjukkan prilaku dan sikap “taubat” yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt.

Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicontohkan oleh Rasulullah r. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim).

Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas istighfar ini senantiasa berlangsung menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali. Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman. Allah berfirman:

Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala” . QS. Al-Mu’min: 7

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim:

1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa.


Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui“. (Ali Imran: 135)

2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat dan energi bagi eksistensi sebuah bangsa.

Bangsa ‘Aad, kaum nabi Hud misalnya, yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka.

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52).

Bahkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan di antaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar, memohon ampunan kepada Allah I.

3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah I.

Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Al-Anfal: 33

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah r bersabda, “Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelamat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar”. Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.

4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan memelihara seseorang.

Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ مََنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ. رواه أبو داود وابن ماجه

Barangsiapa yang mampu melazimkan istighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah,

Dari uraian khutbah yang singkat ini, kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa penyebab segala problematika hidup yang dihadapi oleh manusia, baik pada level individu sampai ke tingkat sebuah bangsa dan negara adalah akibat dari dosa- dan kesalahan manusia; baik yang dilakukan oleh pemimpin maupun oleh rakyat jelata. Dengan demikian, krisis multidimensi yang mendera bangsa ini merupakan akibat akumulasi kesalahan dan dosa kolektif yang kita lakukan di masa lalu. Sebab seorang pemimpin tidak akan melakukan kesalahan yang begitu fatal kecuali karena rakyatnya mendiamkan atau bahkan mendukung kebijakan-kebijakannya. Karena itu tidak ada jalan lain untuk keluar dari problematika kehidupan ini kecuali dengan banyak beristighfar dan bertobat secara benar dan sungguh-sungguh.

Semoga Allah membimbing kita serta semua komponen bangsa ini untuk selalu memohon ampunan dan bertobat kepada-Nya sehingga kita segera mendapatkan solusi untuk keluar dari segala krisis dan musibah yang selalu menimpa selama ini.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم؛ واستغفروا الله إنه هو الغفور الرحيم.

http://www.dakwatuna.com/2008/istighfar-solusi-bangsa/

No comments:

Post a Comment