Memberikan Jarak Antara Adzan dan Qamat adalah Sunah

Sebagian manusia bertanya-tanya, kenapa ada sebagian mesjid jika adzan maghrib langsung diteruskan dengan qamat? Apakah ini dibenarkan syariat? Ataukah ini hanya masalah khilafiyah? Lalu bagaimanakah masalah ini menurut pandangan syariat?

Seorang ulama, Asy Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:

يطلب الفصل بين الاذان والاقامة بوقت يسع التأهب للصلاة وحضورها لان الاذان إنما شرع لهذا.

وإلا ضاعت الفائدة منه.

“Dituntut memberikan jarak antara adzan dan iqamah dengan waktu yang lapang agar manusia bisa siap-siap menghadiri shalat, karena tujuan disyariatkannya adzan adalah untuk itu. Sebab, jika tidak demikian maka adzan menjadi tidak berfaedah.” (Syaikh Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz. 1, Hal. 118. Darul Kutub al ‘Araby. Beirut-Libanon. Al Maktabab Asy Syamilah)

Beliau melanjutkan:

قال ابن بطال: لا حد لذلك غير تمكن دخول الوقت واجتماع المصلين.

“Berkata Imam Ibnu Bathal: Tidak ada batasan dalam hal jarak antara adzan dan iqamah, tetapi, yang pasti adalah mulai masuk waktu dan berkumpulnya jamaah.” (Ibid)

Dalil-dalil

Pertama. Dari Jabir bin Samurah Radhiallahu ‘Anhu:

كَانَ مُؤَذِّنُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤَذِّنُ ثُمَّ يُمْهِلُ فَلَا يُقِيمُ حَتَّى إِذَا رَأَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَرَجَ أَقَامَ الصَّلَاةَ حِينَ يَرَاهُ

“Dahulu mu’adzin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumandangkan adzan, lalu dia berhenti dan tidak iqamah, sampai dia melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ia pun mengumandangkan iqamah ketika melihat Rasulullah (datang ke mesjid).” (HR. Ahmad, Juz. 42, Hal. 308. No. 19874. Mushannaf Abdurrazzaq, Juz. 1, Hal. 477, No. 1837, menurutnya hadits ini hasan. Al Mu’jam Al Kabir Li Thabarani, Juz. 2, Hal. 315, No. 1879. Al MAktabah Asy Syamilah)

Kedua. Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Sallam bersabda:

صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ قَالَ صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ لِمَنْ شَاءَ خَشْيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً

“Kerjakanlah shalat sebelum maghrib dan kerjakanlah shalat sebelum maghrib!” Lalu ketiga kalinya ia bersabda: “(lakukanlah) bagi yang mau.” Beliau berkata demikian karena ditakutkan bahwa shalat tersebut akan dianggap sunah muakkadah oleh umat Islam. (HR. Sunan Abu Daud, Juz. 4, Hal. 40, no. 1089. Sunanul Kubra lil Baihaqi, Juz. 2, hal. 457. Tamamul Minnah, Juz. 1, hal. 242. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albany dalam kitab Silsilah Shahihah, Juz. 1, Hal. 232, No. 233)

Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ ثَلَاثًا لِمَنْ شَاءَ

“Antara dua adzan itu ada shalat sunnah! Antara dua adzan ada shalat sunnah!.” Ketika beliau bersabda ketiga kalinya, maka sabdanya diteruskan dengan, “bagi siapa saja yang menghendakinya.” (HR. Shahih Bukhari, Juz.2, Hal. 496. no. 588. Lihat juga Juz 3, hal. 1, no. 591. Shahih Muslim, Juz. 4, hal. 292, no. 1384. Sunan Abu Daud, Juz. 4, hal. 42, no. 1091. Sunan At Tirmidzi, Juz.1, hal. 310, no. 170. Sunan An Nasa’i, Juz. 3, hal. 74, no. 674. Sunan Ibnu Majah, Juz. 3, hal. 494, no. 1152. Musnad Ahmad, Juz. 34, hal. 145, no. 16188. Lihat juga Juz. 41, hal. 499, no. 19636. Lihat juga Juz. 42, hal. 14, no.19651. Sunan Ad Darimi, Juz 4, hal. 302, no. 1491. Sunan Ad Daruquthni, Juz. 3, hal. 143, no. 1053 Shahih Ibnu Hibban, Juz. 7, hal. 121, no. 1584 . Al Maktabah Asy Syamilah)

Maksud dari ‘antara dua adzan’ adalah di antara adzan dan iqamah. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Zubeir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ما من صلاة مفروضة إلا وبين يديها ركعتان

“Tiada satu shalat fardu pun, melainkan pasti sebelumnya ada dua rakaat sunah.” (HR. Shahih Ibnu Hibban, Juz. 10, hal. 385, no. 2499. Lihat juga hal. 453, no. 2535. Mu’jam al Kabir At Thabrani, Juz. 18, hal. 394, no. 82. Sunan Ad Daruquthni, Juz. 3, hal. 145, no. 1056. Al Maktabah Asy Syamilah)

Abu Tamim al Jaisyani pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib, ketika ia ditanya tentang shalat apa itu, ia menjawab, “Ini adalah shalat yang kami lakukan pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Sunan An Nasa’i, Juz. 2, hal. 421, no. 578. As Sunan al Kubra Lil Bihaqi, juz. 2, hal. 475. Dalam kitab ini juga disebut Uqbah bin ‘Amir al Juhni shalat dua rakaat sebelum maghrib)

Dari ‘Ashim, bahwa Ubai bin Ka’ab dan Abdurrahman bin ‘Auf ketika terbenam matahari mereka shalat doa rakaat sebelum maghrib. (HR. Ahmad, Juz. 43, hal. 211, hal. 20355. Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Juz. 2, hal. 251, di dalam kitab ini juga disebut Ibnu Abi Laila shalat dua rakaat sebelum maghrib)

Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Kami shalat dua rakaat sebelum maghrib dan Rasulullah melihat perbuatan kami itu, tetapi tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami.”

Imam Ash Shan’ani Rahimahullah berkata tentang hadits-hadits di atas:

وَهُوَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهَا تُنْدَبُ الصَّلَاةُ قَبْلَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ إذْ هُوَ الْمُرَادُ مِنْ قَوْلِهِ " قَبْلَ الْمَغْرِبِ " لَا أَنَّ الْمُرَادَ قَبْلَ الْوَقْتِ لِمَا عُلِمَ مِنْ أَنَّهُ مَنْهِيٌّ عَنْ الصَّلَاةِ فِيهِ

“Itu adalah dalil bahwa dianjurkan (sunah) shalat sebelum shalat maghrib, jika yang dimaksud adalah shalat qabla maghrib, bukannya shalat sebelum waktu maghrib yang telah diketahui bahwa itu memang termasuk waktu dilarang shalat.” (Imam Ash Shan’ani, Subulus Salam, Juz. 2, Hal. 250. Al Maktabah Asy Syamilah)

Demikianlah, banyak sekali dalil dan riwayat tentang qabliyah maghrib yang dilakukan para sahabat dan salafus shalih. Namun, keterangan ini saya kira sudah mencukupi..

Wallahu Alam
Oleh: Farid Nu’man

http://abuhudzaifi.multiply.com/journal/item/170

No comments:

Post a Comment