Maulid Saatnya Berbagi
Saudaraku, Bulan Rabi’ul Awwal lazim disebut masyarakat kita dengan bulan Maulid atau Maulud. Bulan di mana Rasulullah, Muhammad saw. dilahirkan. Rasulullah saw. lahir dalam kondisi sudah tidak punya ayah, sehingga beliau disebut yatim. Rupanya Allah swt. memberikan banyak karunia kepadanya secara langsung, atau lewat perantara banyak orang yang memelihara, mendidik, membesarkan, melindungi dan mendukung perjuangannya.
Allah swt. Berfirman: ”Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” Ad-Dhuha:5-11
Dari rangkaian ayat di atas kita bisa melihat bagaimana beliau di awal hidupnya sudah mendapatkan banyak ujian. Namun dengan kuasa Allah dan kesunguhan beliau dalam melaksanakan kebaikan dan mengajak kebenaran, beliau bisa meliwati kondisi itu dengan banyak mendapatkan ibrah. Bahkan beliau akhirnya diangkat menjadi manusia pilihan, menjadi Rasulullah saw.
Manfaat Peduli Yatim
Saudaraku, Di bulan ini kembali kita mengenang hidup beliau dan menyegarkan kembali ajaran mulia beliau terhadap kemanusiaan, terutama terhadap anak yatim dan kaum dhuafa. Ajaran agama kita mendorong pemeluknya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Mereka membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena mereka tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada.
Suatu ketika Saib bin Abdullah ra. datang kepada Nabi saw. beliau bersabda:
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam masa jahiliyah dahulu, laksanakan pula ia dalam masa Islam sekarang ini. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” Imam Ahmad dan Abu Dawud, Al-Albani : 4836
Dalam sebuah atsar disebutkan riwayat dari Nabi Daud as. berkata:
“Bersikaplah kepada anak yatim, seperti seorang bapak yang penyayang.” Imam Bukhori
Saudaraku, Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Rasulullah saw. di dalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim.
Rasulullah saw. bersabda :
“Aku dan orang-orang yang mengasuh atau menyantuni anak yatim di Surga seperti ini”, Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya.” Imam Bukhori
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah.”
Saudaraku, Jika kita mengeluhkan hati sedang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati kita lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh Abu Darda’ ra. berkata:
“Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi saw. mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya: ”Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” Imam Thabrani, Al-Albaniy : 254
Orang yang berbuat kebaikan kepada anak orang lain berarti ia telah memasukkan rasa gembira di hati mereka, dan karena itu Allah swt. Yang Maha Pengasih dan Mencintai semua orang yang pengasih.
Rasulullah saw. bersabda :
“Orang-orang yang pengasih, akan dikasihi oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) Tabaaroka wa ta’ala. Kasihilah siapa yang ada di bumi niscaya engkau dikasihi oleh yang di langit.” Imam Abu dawud, Tirmidzi, As silsilatu shohihah : 925
Kita Bisa
Saudaraku, Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara, di antaranya dengan memberinya makan dan pakaian, menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya, mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya, membiayai sekolahnya, sebagaimana seseorang ingin menyekolahkan anaknya, mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasannya dalam mendidik anak kandungnya sendiri.
Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim.
Ibnu Umar ra. jika melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
Jika anak yatim melakukan perbuatan yang mengharuskan diberi hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya, bertaqwa kepada Allah dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan, jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali, sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehingga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya, mengembangkan harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis oleh zakat.
Kapan Peduli Yatim?
Sampai sekarang kebiasaan memberi uang ala kadarnya pada tanggal 10 Muharram kepada anak yatim masih berlaku. Pada setiap tanggal 10 Muharram itu, anak-anak yatim bergerombol-gerombol mendatangi rumah-rumah orang kaya atau para dermawan. Di situ mereka memperoleh pembagian uang. Kebiasaan demikian sungguh amat terpuji, tetapi apakah para anak yatim hanya butuh bantuan sekali itu?
Tentunya tidak. Mereka membutuhkan bimbingan sampai mereka mampu mengarungi bahtera kehidupannya sendiri
Jika hal-hal di atas yang kita lakukan maka kita berhak mendapat janji dari Allah swt.:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari) orang-orang bermuka masam penuh kesakitan. Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra.” Al-Insan:8-12
Saudaraku, Maulid Nabi ini kita maknai dengan aksi nyata, membiasakan berbagi dan peduli, membantu anak yatim dan kaum dhuafa, sebagai wujud melaksanakan ajaran Rasulullah saw.
Semoga Allah swt. memberikan taufiq kepada kita semua untuk melakukan amal-amal shalih, peduli dan membantu anak yatim dan kaum dhuafa, kita bisa melakukan kebaikan ini sampai tiba kematian. Allahu a’lam.
Oleh: Ulis Tofa, Lc
http://www.dakwatuna.com/2010/maulid-saatnya-berbagi/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment