Wahdah Islamiyah Canangkan “Satu Rumah Satu Penghafal al-Quran”

Peristiwa ini bisa dijadikan momentum untuk melahirkan sebanyak-banyaknya para penghafal al Qur’an

Hidayatullah.com--
Melalui acara Tabligh Akbar dan Silaturahmi Keluarga Besar Wahdah Islamiyah pasca-Idul Fitri 1431 H, Ahad, (19/9) di  Kompleks Kantor DPP WI Jl.Antang Raya N0.48 Makassar, Dewan pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah mencanangkan secara resmi program Nasional “Satu Rumah Satu Penghafal al-Quran.

Gerakan ini dicanangkan sebagai wujud konkrit untuk lebih mendekatkan diri dengan al-Quran, dan juga sebagai respon beberapa waktu lalu adanya rencana seorang pendeta  bernama Terry Jones, pemimpin sekelompok jemaat gereja Evangelist di Florida AS telah  mengumumkan niatnya membakar al-Qur’an.

Gerakan ini merupakan salah satu poin dari pernyataan Sikap DPP Wahdah Islamiyah menyikapi aksi tersebut. Sebagai wujud nyata pembelaan terhadap al-Quran, pihaknya menyerukan untuk bersegera menghapal dan menjaganya di dalam dada-dada kita  serta memberi dukungan sepenuhnya bagi anak dan generasi muda kita untuk menjadi generasi Qurani yang menjaga al-Quran dalam dada, lisan, dan perbuatannya.

Acara Silaturahmi ini diisi ceramah tabligh akbar oleh Ketua Umum DPP WI Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA. Dalam Taujihatnya, Muhammad Zaitun menekankan akan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan sesama Muslim.

“Islam sangat memperhatikan masalah ini, banyak syariat dalam agama yang mengajarkan kepada kita penting persaudaraan dan jamaah, mulai dari perintah shalat lima kali dalam sehari semalam secara berjamaah, shalat Jumat secara berjamaah, dalam skala tahunan Shalat Dua hari raya, disyariatkan berjamaah dalam jumlah banyak, sampai dalam skala besar, syariat ibadah haji yang mengumpulkan manusia dari seluruh dunia,” ujarnya.

Dari berbagai syariat ini, menurut Zaitun, diambil pelajaran bahwa setiap muslim diharapkan mempunyai kepedulian terhadap persatuan dan persaudaraan.

Berkaitan dengan hubungan sesama muslim, Zaitun mengingatkan agar menghindari  diri dari keadaan yang mengakibatkan orang lain bisa berprasangka buruk. Olehnya seyogyanya perlu memberikan lebih dahulu  penjelasan kepada seseorang terhadap sesuatu yang berpotensi menimbulkan masalah dan tidak mendiamkannya.

Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah SAW ketika suatu malam berjalan bersama istrinya Aisyah, namun pada saat itu, ada Sahabat berada di dekat Nabi. Maka untuk mencegah Sahabat tersebut berprasangka buruk, maka Rasulullah langsung menghampirinya, dan mengatakan bahwa perempuan yang bersamanya, adalah Aisyah, Istri Rasulullah.

Sementara itu, menyikapi adanya pembakaran al-Quran oleh dua pendeta di Amerika beberapa hari lalu, Ketua Umum WI  ini menegaskan bahwa peristiwa ini tidak boleh lewat begitu saja. Ini merupakan sesuatu peristiwa yang menyayat hati kaum muslimin.

“Perlu ada sikap yang jelas dan nyata sebagai wujud keimanan dan mengagungkan syiar Allah, tentunya sikap yang diberikan sesuai dengan arahan al Quran dengan tidak emosional melakukan tindakan fisik yang anarkis dan tidak sesuai syariat.”

Zaitun menyampaikan beberapa pesan untuk menyikapi hal tersebut.

Pertama, sudah saatnya umat Islam kembali menggelorakan dalam mengsakralkan Mushaf al Quran, dihidupkan dalam hati-hati kaum muslimin dalam kelurga yang harus diagungkan dan ditinggikan.

Kedua, mempelajari cara membacanya dengan kaidah tajwid yang benar.

Ketiga, memperbanyak membaca al-Quran. Dan membiasakan selalu membawa al Quran jika bepergian sehingga bisa mempermudah untuk dekat dengan al Quran sewaktu-waktu.

Keempat, mentadabburi ayat-ayat al Quran, dengan mempelajari tafsir dan minimal memahami terjemahannya.

Kelima, peristiwa ini bisa dijadikan momentum untuk melahirkan sebanyak-banyaknya para penghafal al Qur’an. Pada asalnya al Quran itu dihafal seperti pada zaman Rasulullah. [wah/cha/hidayatullah.com]

No comments:

Post a Comment