Di sebuah desa terpencil daerah jawa  barat sana hidup seorang kyai yang sangat karismatik nan wibawa, banyak  orang yang datang mengunjunginya baik dari kalangan muda-tua,  kaya-miskin, rakyat biasa sampai pejabat teras. Mereka rela berjalan  kaki menempuh perjalanan setapak yang lumayan terjal demi untuk menemui  sang kyai. Tujuan mereka hanya satu, mencari berjkah dari sang kyai.  Bahkan konon, begitu berkahnya sang kyai, pakaian bekas kyai dan air  sisa wudhu'nya menjadi rebutan para pengunjung. 
Sebagai seorang  muslim yang mengharapkan keridhaan Allah Rabbul ‘Alamin pada setiap  Ibadah dan amal kita, tentu kita tidak ingin terjatuh ke dalam lembah  kesyirikan dan dosa karena kejahilan (kebodohan) . 
Nah,  bagaimana sebenarnya Dinul Islam mendudukkan dan mengatur masalah  “tabarruk” ini? Berikut kami tuliskan penjelasannya. Semoga Allah  Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pertunjukNya kepada kita semua.
***************************************************************
DEFINISI 
Al-barakah  (اْلبَرَكَةُ) yang bentuk jamaknya al-barakaat (اْلبَرَكَاتُ) maknanya  adalah kebaikan yang melimpah (Tafsir Al-Qurthubi (4/139).
Syaikh  Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata : "Barakah berarti kebaikan  yang banyak dan tetap. (Lihat Al Qaul Al Mufid 1:245).
Adapun  tabarruk (التَّبَرُّكُ) merupakan mashdar dari تَبَرَّكَ - يَتَبَرَّكُ ,  artinya adalah mengharapkan barakah (طَلَبُ اْلبَرَكَةَ). 
Jadi tabarruk dengan sesuatu artinya adalah mengharapkan keberkahan dengan perantaraan sesuatu tersebut.
BARAKAH DATANGNYA DARI ALLAH
Sesungguhnya  semua barakah itu berasal dari Allah, sebagaimana halnya rizki,  pertolongan, dan kesehatan. Dia memberi kekhususan kepada sebagian  makhluk-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan  kebaikan, keutamaan, karunia, dan keberkahan dari-Nya; seperti para  Rasul, Nabi, Malaikat, dan sebagian orang-orang shalih.
Allah ta’ala berfirman, artinya “Dan  Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang  termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan  atas Ishaq.” [QS. Ash-Shaaffat : 112-113].
Dari Abdullah  (bin Mas’ud) radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Kami menganggap ayat-ayat  Allah sebagai suatu barakah, sedangkan kalian menganggapnya sebagai  satu hal yang menakutkan. Kami pernah bersama-sama Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan bepergian. Kami  kekurangan air. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  ‘Carilah kelebihan air’. Para shahabat lain datang dengan membawa  sebuah bejana berisikan air yang cuma sedikit. Rasulullah shallallaahu  ‘alaihi wa sallam memasukkan tangannya ke dalam bejana itu kemudian  bersabda : ‘Hai, inilah air yang sangat suci dan dibarakahi, dan barakah  itu berasal dari Allah’. Aku kemudian melihat bahwa air itu keluar dari  jari-jari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Al-Bukhari no.  3579]. Karenanya, kita tidak boleh meminta barakah kecuali dari Allah, karena Dia-lah pemberi barakah. 
TABARRUK YANG DISYARIATKAN
Sesungguhnya  mencari barakah terhadap sesuatu adalah dengan sesuatu yang padanya  memang terdapat barakah. Dan ini menuntut penunjukan pada nash/dalil.  Bukan pada perasaan dan prasangka semata. Artinya, seseorang mencari  barakah pada sesuatu yang pada asalnya mempunyai barakah  berdasarkan/sesuai dengan nash/dalil baik dari Al-Qur’an maupun As  Sunnah yang shahih dan harus pula dilakukan dengan cara-cara yang  dibenarkan oleh syari’at.
Namun perlu diingat, bahwa benda-benda,  ucapan-ucapan, dan perbuatan-perbuatan yang oleh syara’ diperbolehkan  untuk dipakai mencari kebarakahan, tidak lain itu semua hanyalah  merupakan sarana saja. Ia bukanlah dzat yang memberikan barakah.  Melainkan Allah Subhanhu Wa Ta’ala sebagaimana yang telah dijelaskan di  atas. 
Di antara benda, tempat, waktu, perbuatan dan lainnya yang oleh syara’ diperbolehkan untuk dipakai mencari kebarakahan, adalah :
I. Bertabarruk Dengan Ucapan dan Perbuatan
Banyak  ucapan, perbuatan serta keadaan yang diberkahi jika seorang hamba yang  muslim melakukannya untuk mencari kebaikan dan barakah melalui sebab  tersebut dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa  sallam. Dia akan mendapatkan kebaikan dan barakah itu sesuai dengan niat  dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang syar'i yang  menghalanginya.
Di antara ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir kepada Allah (dzikrullah) dan membaca Al-Qur'an. 
Dengan  membaca Al-Qur'an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta barakah  yang banyak, karena membaca Al-Qur'an termasuk jenis dzikir yang paling  agung, di dalamnya terdapat barakah dunia dan akhirat yang tidak ada  yang mampu menghitungnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Bacalah Surat Al  Baqarah karena membacanya adalah suatu berkah dan meninggalkannya adalah  kerugian dan dengannya tidak akan terkena sihir" (HR. Muslim).
Adapun  bertabarruk dengan perbuatan-perbuatan yang diberkahi antara lain :  makan bersama dan dimulai dari pinggir makanan, serta menjilat jari  (setelah makan) dan makan secukupnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa  sallam bersabda : "Berkumpullah kalian menikmati makanan dan sebutlah  nama Allah, kalian akan diberkahi padanya. (HHR. Abu Dawud,Ahmad dan  Ibnu Majah).
II. Bertabarruk Dengan Tempat
Allah  menjadikan barakah pada beberapa tempat di muka bumi. Barang siapa  mencari barakah pada tempat tersebut, beramal dengan ikhlas dan  mutaba`ah, niscaya dia akan mendapatkannya dengan izin Allah Subhanahu  wa Ta'ala.
Tempat-tempat tersebut antara lain :
1.  Masjid-Masjid. Bertabarruk dengan masjid bukan dengan mengusap tanah  atau temboknya. Melainkan dengan i'tikaf di dalamnya, menunggu shalat  lima waktu, shalat berjamaah, menghadiri majelis-majelis dzikir di sana  dan perkara-perkara yang disyariatkan lainnya. 
Di antara masjid  yang memiliki keistimewaan tambahan dalam hal barakah adalah : masjidil  haram, masjid Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, masjidil Aqsha  dan masjid Quba'. 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Shalat di masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di masjid yang lain kecuali masjidil haram". (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain ada tambahan yang artinya : "Dan shalat di masjidil haram lebih afdhal seratus kali dari pada shalat di masjidku ini". (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang masjid Quba, artinya : "Barangsiapa  bersuci di rumahnya lalu datang ke masjid Quba' dan shalat padanya  dengan satu shalat maka baginya seperti pahala umrah" (HSR. Ahmad, An-Nasai dan Ibnu Majah).
2. Kota Makkah, Madinah dan Syam. Allah berfirman : “Maha  Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari  Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi  sekelilingnya” [QS. Al-Israa’ : 1].
Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : “Sesungguhnya  Ibrahim telah mengharamkan (memuliakan) Makkah dan mendoakan  penduduknya. Dan sesungguhnya aku telah mengharamkan (memuliakan)  Madinah sebagaimana Ibrahim telah mengharamkan Makkah. Dan aku juga  mendoakan penduduk Madinah sebagaimana Ibrahim telah mendoakan penduduk  Makkah” [HR. Muslim no. 1360].
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, artinya : “Ya Allah, berkahilah bagi kami negeri Syaam kami dan Yaman kami….” [HR. Al-Bukhari no. 1037].
Orang  yang bermukim di Makkah, Madinah atau Syam dengan mengharap barakah  Allah Subhanahu wa Ta'ala pada tempat tersebut, baik dalam hal tambahan  rezki atau dihindarkan dari fitnah, berarti dia telah diberi taufiq  untuk mendapatkan kebaikan yang banyak.  Adapun kalau seorang  bertabarruk dengan mengusap tanah, batu-batuan, tembok dan pepohonannya,  atau dengan mengambil tanahnya untuk dicampur dengan air dan dijadikan  obat atau yang semisal itu, maka dia justru akan mendapatkan dosa karena  mengamalkan bid'ah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah  bertabarruk dengan cara seperti itu. 
Dan tempat-tempat lainnya yang diberkahi seperti : Arafah, Muzdalifah, Mina dan lainnya.
III. Bertabarruk Dengan Waktu
Allah  Subhanahu wa Ta'ala telah mengkhususkan beberapa waktu dalam hal  keutamaan dan barakah. Barangsiapa memilih waktu-waktu tersebut untuk  melakukan kebaikan padanya serta bertabarruk dengan menjalankan  amal-amal yang disyariatkan pada waktu tersebut, niscaya dia akan  memperoleh barakah yang agung, antara lain : 
1. Bulan Ramadhan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi" (HR. Ahmad). 
Adapun  barakah yang Allah jadikan pada bulan Ramadhan antara lain berupa  pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang mukmin, pendidikan (jiwa)  serta pahala yang besar di sisi Allah. 
2. Malam lailatul Qadar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya : "(malam) Lailatul Qadri itu lebih baik dari seribu bulan" (QS. Al Qadr : 3).
3. Hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi orang yang berhaji.
Allah  membanggakan orang-orang yang wuquf di Arafah kepada para malaikat-Nya  selama mereka datang semata-mata untuk mencari ampunan. Sedangkan  berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan barakah yaitu diampuni  dosa-dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Rasulullah  Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "...dan puasa pada  hari Arafah, aku berharap kepada Allah untuk mengampuni setahun yang  lalu dan setahun sesudahnya..." (HR. Muslim).
4. Hari Jum'at. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya : "Padanya  terdapat satu waktu yang tidaklah bertepatan dengan seorang muslim yang  mendirikan shalat meminta sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan  memberikannya kepadanya" (HR. Bukhari).
5. Sepertiga Malam  Terakhir. Adapun sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit  dunia, turun pula barakah yang agung bagi orang yang berdo'a dan minta  ampun pada waktu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu  'alaihi wa sallam yang artinya : "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun  pada setiap malam ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam  terakhir. Allah berfirman, artinya :"Siapa yang berdoa kepada-Ku,  Aku akan mengabulkannya. Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya  dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampuninya." (HR. Bukhari).
6. Waktu Sahur. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya : “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barakah” [HR.  Al-Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095].
Barakah  makan sahur hanya akan kita dapatkan bila kita memakan makanan yang  baik lagi halal. Sebaliknya, barakah tidak akan kita dapatkan jika kita  makan atau minum yang diharamkan oleh Allah ta’ala (misalnya : makan  daging babi, minum khamr, dan merokok).
7. 10 hari (awal) bulan  Dzulhijjah. Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu  'alaihi wa sallam bersabda, artinya : ”Tidak ada hari dimana amal  shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini,  yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya  Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak  juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan  jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun". (HR.  Al Bukhari). 
Dan waktu – waktu lainnya yang disebutkan dalam banyak nash/dalil.
    
IV. Bertabarruk Dengan Makanan
Barakah  juga terdapat pada beberapa jenis makanan sebagaimana yang disebutkan  dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti : 
1. Air Zam – Zam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya : َ“Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah air zam-zam” [HR.Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir 11/98; hasan].
2. Al-Habatus Sauda' (jintan hitam). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya : “Sesungguhnya dalam habbatus-saudaa’ itu terdapat penyembuh bagi seluruh penyakit, kecuali as-saam (kematian)”  [HR. Muslim no. 2215].
3.  Minyak Zaitun. Di antara makanan yang berbarokah adalah Minyak yang  keluar dari pohon zaitun, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam  bersabda,artinya : ”Makanlah zaitun dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.” (HR Ahmad 3/497).
4.Madu. Secara khusus Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, artinya: "Dari  perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di  dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. An-Nahl : 69).
5. Kurma. Di antara keberkahan kurma, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,artinya : ”Barang siapa yang makan pagi dengan tujuh butir kurma Ajwah, maka tak akan mencelakainya racun dan sihir dihari itu” (HR. Al-Bukhari).
Dan makanan lainnya, seperti : susu, daging kuda dan daging kambing. 
V. Bertabarruk Dengan Dzat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wa Sallam
Dzat  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengandung barakah dan  diperbolehkan ber-tabarruk dengannya. Hal ini seperti dijelaskan pada  beberapa hadits di antaranya :
Dari Anas bin Malik ia berkata :  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari pernah masuk ke  rumah Ummu Sulaim. Beliau lalu tidur di atas alas tidur Ummu Sulaim  ketika ia tidak ada di rumah. Pada hari lainnya beliau juga datang dan  melakukan hal yang sama. Ketika Ummu Sulaim datang, ada yang melapor  bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidur di alas tidur di  rumahnya. Segera saja Ummu Sulaim masuk dan mendapati Nabi shallallaahu  ‘alaihi wasallam bersimbah keringat yang sangat banyak sehingga mengenai  sepotong kulit yang berada di dekat alas tidur tersebut. Kemudian Ummu  Sulaim menyeka keringat tersebut lalu memerasnya ke dalam botol-botol  yang terbuat dari kaca. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam terbangun dan  merasa kaget. Beliau bertanya : “Apa yang sedang kamu lakukan wahai  Ummu Sulaim ?”. Ia menjawab : “Wahai Rasulullah, kami mengharapkan  barakahnya untuk anak-anak kami”. Maka beliau berkata : “Engkau benar”  [HR. Muslim no. 2331].
Semua hal ini adalah kekhususan beliau  shallallaahu ‘alaihi wasallam yang tidak terdapat pada selain beliau.  Dan semua hal ini (berupa rambut, pakaian, dan yang lainnya ) hanya ada  ketika beliau masih hidup . Sehingga semua peninggalan beliau tersebut  (berupa rambut, pakaian, dan yang lainnya) telah hilang karena beliaupun  telah wafat. Maka, bertabarruk dengan dzat atau atsar Nabi shallallaahu  ‘alaihi wa sallam sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Demikian yang dapat kami tuliskan. Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.
http://www.al-munir.com/artikel-209-bagaimana-mencari-berkah-tabarruk-.html
 
No comments:
Post a Comment