Mengenal Istilah Istilah Hadits

Kita sering membaca dan mendengar hadits - hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ketika hadits - hadits tersebut disebutkan, tidak sedikit istilah yang berkaitan dengan hadits mungkin tidak kita pahami. Sehingga dikhawatirkan bahwa maksud atau makna yang diinginkan dalam hadits tidak dipahami dengan benar. Atau hadits yang sebenarnya tidak sah dijadikan dasar dalam ibadah, tetap diambil karena kejahilan terhadap istilah hadits.

Beberapa istilah hadits yang sering kita baca atau dengar dalam kajian – kajian Islam, di antaranya :

A. Istilah Kitab Kumpulan Hadits

•    Shahihain  adalah kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Setiap hadits yang diketengahkan oleh keduanya secara bersama melalui seorang sahabat disebut Muttafaq Alaih.

•    Sittah adalah enam kitab hadits yakni Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), Sunan Imam Abu Dawud, Sunan Imam Tirmidzi, Sunan Imam An-Nasa-i, dan Sunan Imam Ibnu Majah.

•    Arba'ah adalah mulai dari Abu Dawud hingga Ibnu Majah yang masing masing memiliki kitab Sunan. Akan tetapi, ada sebagian ulama yang tidak  memasukan Imam Ibnu Majah kedalam Arba'ah dan menggantinya dengan Al-Muwaththa'  atau dengan Musnad Ad-Darimi.

•    Sab'ah adalah terdiri dari Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah.

•    Khamsah adalah terdiri dari Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah. Arba'ah terdiri dari Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah.

•    Tsalaatsah adalah terdiri dari Imam Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasai. Muttafaq 'Alaih terdiri dari Imam Bukhari dan Muslim.

B. Istilah Dalam Hadits

•    Matan adalah materi hadits yang berakhir dengan sanad.
•    Sanad adalah para perawi yang menyampaikan kepada matan.
•    Isnad adalah rentetan sanad hingga sampai ke matan

Contoh : Dalam hari yang diriwayatkan dari Muhammad Ibnu Ibrahim, dari Alqamah ibnu Waqqash, dari Umar Ibnu Khaththab bahwa Rasullullah Shallallahu 'alaihi wasallam  pernah bersabda: Sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung niatnya'...

Dalam hadits ini :
•    Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam : Sesungguhnya semua amal perbuatan itu tergantung niatnya'...  disebut matan.
•    Sanad adalah diri para perawi dan yang mengisahkan sanad disebut isnad.
•    Musnad adalah hadits yang isnadnya mulai dari permulaan hingga akhir berhubungan, dan kitab yang menghimpun hadits hadits setiap perawi secara tersendiri, seperti kitab Musnad Imam Ahmad.

•    Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits berikut isnadnya.
•    Al Muhaddits adalah orang yang ahli dalam bidang hadits dan menekuninya secara riwayat dan dirayah (pengetahuan).
•    Al-Haafizh adalah orang yang hafal seratus ribu buah hadits baik secara matan
maupun isnad.
•    Al-Hujjah adalah orang yang hafal tiga ratus ribu hadits.
•    Al-Haakim adalah orang yang menguasai sunnah tetapi tidak memfatwakannya melainkan sedikit.

C. Pembagian Hadits

Hadits bila ditinjau dari segi thuruq (jalur periwayatannya) terbagi menjadi : muttawatir dan ahad.

a. Hadits Muttawatir adalah hadits yang memenuhi empat syarat , yaitu :

    * Diriwayatkan oleh segolongan orang yang banyak jumlahnya.
    * Menurut kebiasaan mustahil mereka sepakat dalam kedustaan.
    * Mereka meriwayatkannya melalui orang yang semisal mulai dari permulaan hingga akhir.
    * Hendaknya musnad terakhir dari para perawi berpredikat hasan (baik).


Hadits muttawatir dapat memberikan faedah ilmu yang bersifat dharuri, atau dengan kata lain ilmu yang   tidak   dapat ditolak lagi kebenarannya. Contoh hadits muttawatir adalah hadits yang mengatakan :  'Barang siapa yang berdusta terhadapku atau atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersiap siap menempati tempat duduknya dari api neraka.'

b. Hadits Ahad adalah hadits yang di dalamnya terdapat cacat pada salah satu syarat muttawatirnya. Hadits ahad dapat memberikan faedah yang bersifat zhan dan adakalanya dapat memberikan ilmu yang bersifat nazhari (teori) apabila dibarengi dengan bukti yang menunjukkan kepadanya.
      
Pembagian hadits ahad ada tiga yaitu :

1. Sahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, memiliki hafalan yang sempurna sanad nya muttashil (berhubungan dengan yang lainnya) lagi tidak mu'allal (tercela) dan tidak pula syadz  (menyendiri).

    * Adil ialah adil riwayatnya, yakni seorang muslim yang telah aqil baliq, bertaqwa dan menjauhi semua dosa dosa besar. Pengertian adil ini mencakup laki-laki, wanita, orang merdeka dan budak belian.

    * Dhabth ialah hafalan. Ada dua macam dhabth yaitu :  'dhabth shard ialah orang yang bersangkutan hafal semua hadits yang diriwayatkannya di luar kepala dengan baik. Dan ' dhabth kitab yaitu orang yang bersangkutan memelihara pokok hadits yang dia terima dari gurunya dari perubahan perubahan (atau dengan kata lain text-book).

    * Mu'allal ialah hadits yang dimasuki oleh suatu 'illat (cela) yang tersembunyi hingga mengharuskannya dimauqufkan (diteliti lebih mendalam).

    * Syadz adalah hadits yang orang tsiqah (yang dipercaya) nya berbeda dengan orang yang lebih tsiqah darinya.


2. Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil. hafalannya kurang sempurna tetapi sanad nya muttashil lagi tidak mu'allal dan tidak pula syadz. Apabila hadits hasan ini kuat karena didukung oleh satu jalur atau dua jalur periwayatan lainnya, maka predikatnya naik menjadi shahih lighairihi.

3. Dha'if adalah hadits yang peringkatnya dibawah hadits hasan dengan pengertian karena didalamnya terdapat cela pada salah satu syarat hasan. Apabila hadits dha'if menjadi kuat karena didukung oleh jalur periwayatan lainnya atau sanad lainnya maka predikatnya naik menjadi hasan lighairihi.      

Shahih dan hasan keduanya dapat diterima. Dha'if ditolak maka tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, kecuali dalam masalah keutamaan beramal tetapi dengan syarat predikat dha'ifnya tidak terlalu parah dan subyek yang diketengahkan masih termasuk ke dalam pokok syariat, serta tidak berkeyakinan ketika mengamalkannya sebagai hal yang telah ditetapkan melainkan tujuan dari pengamalannya hanyalah untuk bersikap hati-hati dalam beramal.

Hadits bila ditinjau dari perawinya terbagi menjadi :

a.    hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi masih belum memenuhi syarat muttawatir. Terkadang diucapkan pula terhadap hadits yang telah terkenal hingga menjadi buah bibir, sekalipun hal itu maudhu' (palsu).
b.    hadits 'aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi saja, sekalipun masih dalam satu thabaqah (tingkatan) karena sesungguhnya jumlah perawi yang sedikit pada mayoritasnya dapat dijadikan pegangan dalam bidang ilmu ini.
c.    hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi sekalipun dalam salah satu thabaqah. Hadits gharib terbagi menjadi dua macam yaitu : '  gharib muthlaq yang artinya hadits yang kedapatan menyendiri dalam pokok sanadnya. Dan '  gharib nisbi yang artinya hadits yang kedapatan menyendiri pada sanad selanjutnya.

Hadits terbagi pula menjadi dua bagian lainnya yaitu maqbul dan mardud :
a.      hadits maqbul adalah hadits yang dapat dijadikan hujjah yang didalamnya terpenuhi syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan. Hadits maqbul terbagi menjadi empat yaitu :

    * shahih lidzatihi yaitu  hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna hafalannya, muttashil  sanadnya, tidak mu'allal dan tidak pula syadz. Shahih lidzatihi ini berbeda beda peringkatnya menurut perbedaan sifat yang telah disebutkan tadi.
    * shahih lighairihi yaitu hadits yang mengandung sebagian sifat yang ada pada hadits maqbul, paling sedikit. Akan tetapi dapat ditemukan hal hal yang dapat menyempurnakan kekurangannya itu, seumpamanya ada hadits yang sama diriwayatkan melalui satu atau banyak jalur lainnya.
    * hasan lidzatihi yaitu hadits yang dinukil oleh seseorang yang adil, ringan hafalannya (kurang sempurna) muttashil sanadnya, melalui orang yang semisal dengannya, hanya tidak mu'allal dan tidak pula syadz.
    * hasan lighairihi yaitu hadits yang masih ditangguhkan penerimaannya tetapi telah ditemukan di dalam nya hal hal yang menguatkan segi penerimaannya. Contohnya ialah hadits yang didalam sanadnya terdapat orang yang keadaannya masih belum diketahui atau orang yang buruk hafalannya.

        
Hadits Maqbul pun terbagi menjadi :

    * Muhkam yaitu hadits yang tidak ada hadits lain yang menentangnya.
    * Mukhtalaf yaitu haidts yang didapatkan ada hadits lain yang menentangnya tetapi masih dapat digabungkan diantara keduanya.
    * Nasikh yaitu hadits yang datang kemudian isinya menentang hadits yang semisal.
    * Rajih yaitu hadits yang dapat diterima, kandungannya menentang hadits yang semisal yang mendahuluinya karena adanya penyebab yang mengharuskan demikian, sedangkan menggabungkan keduanya tidak mungkin, lawan dari rajah ialah marjuh.


b. hadits mardud adalah  hadits yang didalamnya tidak terpenuhi syarat-syarat shahih dan hasan . Hadits mardud ini tidak dapat dijadikan hujjah dan terbagi pula menjadi dua bagian yaitu :

1. Mardud yang disebabkan adanya keguguran dalam isnad (sanad)nya, terbagi menjadi lima macam :

    * mu'allaq yaitu hadits yang dari awal sanadnya gugur seorang perawi, dan termasuk ke dalam hadits mu'allaq ialah hadits yang semua sanadnya dibuang.
    * mursal yaitu hadits yang dinisbatkan oleh seorang tabi'in kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam.
    * mu'adhdhal yaitu hadits yang gugur darinya dua orang perawi secara berturut turut.
    * munqathi yaitu haidts yang gugur darinya seorang atau dua orang perawi, tetapi tidak berturut turut.
    * mudallas yaitu hadits yang terdapat keguguran didalamnya tetapi tersembunyi, sedangkan ungkapan periwayatnya memakai istilah 'an (dari). Contohnya dia menggugurkan nama gurunya, lalu menukil dari orang yang lebih atas daripada gurunya dengan memakai ungkapan yang memberikan pengertian kepada si pendengar bahwa hal itu dinukilnya secara langsung, contoh ini dinamakan mudallas isnad. Adakalanya, nama gurunya tidak digugurkan, tetapi gurunya itu digambarkan dengan sifat yang tidak dikenal, contoh seperti ini dinamakan mudallas syuyukh. Adakalanya, dia menggugurkan seorang perawi dha'if di antara dua orang perawi yang tsiqah, contoh ini dinamakan  mudallas taswiyah.


2. Mardud karena adanya cela terbagi menjadi empat macam :

    * maudhu' yaitu hadits yang perawinya dusta mengenainya.
    * matruk yaitu hadits yang celanya disebabkan perawi dicurigai sebagai orang yang dusta.
    * munkar yaitu hadits yang celanya karena kebodohan siperawinya atau karena kefasikannya.
    * mu'allal yaitu hadits yang celanya karena aib yang tersembunyi, tetapi lahiriahnya selamat, tidak tampak aib. Termasuk kedalam kategori tercela ialah yang disebabkan idraj (kemasukan).


Jenis ini ada dua macam :
a. mudraj matan ialah hadits yang didalamnya ditambahkan sebagian dari lafazh perawi, baik pada permulaan, tengah-tengah atau bagian akhirnya. Adakalanya untuk menafsirkan lafazh yang gharib (sulit)  seperti yatahannatsu (yata'abbadu) yang artinya beribadah.
b. mudraj isnad ialah hadits yang didalamnya ditambahkan isnadnya seperti menghimpun beberapa sanad dalam satu sanad tanpa penjelasan.
             
                  Termasuk kedalam pengertian tha'n (cacat) ialah qalb, yaitu hadits yang maqlub (terbalik) disebabkan seorang perawi bertentangan dengan perawi lain yang lebih kuat  darinya karena mendahulukan atau mengakhirkan sanad atau matan. Termasuk pula kedalam pengertian tha'n ialah idhthirab yakni hadits yang  mudhtharib yaitu hadits yang perawinya bertentangan dengan perawi lain yang lebih kuat dari padanya dalam sanad, matan atau dalam kedua-duanya, padahal tidak ada murajjih (yang menentukan mana yang                 lebih kuat dari pada keduanya) sedangkan menggabungkan keduanya merupakan hal yang tidak dapat  dilakukan.
                 Termasuk kedalam pengertian tha'n ialah tashhif yaitu hadits mushahhaf dan tahrif (hadits muharraf). Hadits mushahhaf ialah cela yang ada padanya disebabkan seorang  perawi bertentangan dengan perawi lainnya yang lebih kuat dalam hal titik. Jika ada pertentangan itu dalam hal harakat, maka dinamakan hadits muharraf.
Termasuk kedalam pengertian tha'n ialah jahalah, juga disebut ibham (misteri), bid'ah, syudzudz, dan ikhtilath.

    * hadits mubham ialah hadits yang didalamnya ada seorang perawi atau lebih yang tidak disebutkan namanya.

    * hadits mubtadi' ialah jika bid'ahnya mendatangkan kekufuran, maka perawinya tidak dapat diterima, jika  bid'ahnya menimbulkan kefasikan, sedangkan perawinya orang yang adil dan tidak menyeru kepada bid'ah tersebut, maka haditsnya dapat diterima.

    * hadits syadz ialah hadits yang seorang perawi tsiqahnya bertentangan dengan perawi yang lebih tsiqah darinya. Lawan kata dari hadits syadz ialah hadits mahfuzh, yaitu hadits yang seorang perawi tsiqahnya bertentangan dengan hadits perawi lainnya yang tsiqahnya masih berada di bawah dia.

    * hadits mukhtalath ialah hadits yang perawinya terkena penyakit buruk hafalan disebabkan otaknya terganggu, misalnya akibat pengaruh usia yang telah lanjut  (pikun). Hukum haditsnya dapat diterima sebelum akalnya terganggu oleh buruk hafalannya, adapun sesudah terganggu tidak dapat diterima. Jika tidak dapat dibedakan antara zaman sebelum terganggudan zaman sesudahnya, maka senuanya ditolak.


Hadits bila dipandang dari segi matan dan sanad terbagi menjadi :

    * hadits marfu' ialah hadits yang disandarkan kepada Rasullullah saw baik secara terang terangan maupun secara hukum.
    * hadits mauquf ialah hadits yang sanadnya terhenti sampai kepada seorang sahabat tanpa adanya tanda tanda yang menunjukan marfu', baik secara ucapan maupun perbuatan.
    * hadits maqthu' ialah hadits yang isnad (sanad) nya terhenti sampai kepada seorang tabi'in.
    * hadits muthlaq ialah hadits yang bilangan perawinya sedikit bila dibandingkan dengan sanad lainnya dan sanad sampai kepada Rasullullah saw. Lawan dari al-muthlaq ialah hadits nazil muthlaq.
    * hadits al nasabi ialah hadits yang perawinya sedikit bila dibandingkan dengan sanad lainnya dan berakhir sampai kepada seorang imam terkenal seperti Imam Malik, Imam Syafi'ie, Imam Bukhari dan Imam Muslim.
    * hadits nazil nasabi ialah lawan haidts al nasabi. Hadits al nasabi lebih ke shahih karena kekeliruannya sedikit. Hadits nazil nasabi ini tidak disukai kecuali karena keistimewaan  khusus yang ada padanya.

Ungkapan penyampaian hadits yang terkuat secara hirarki (urutan) yaitu :

   1. Memakai kalimat sami'tu (aku telah mendengar) dan haddatsani (telah menceritakan sebuah hadits kepadaku).
   2. Memakai lafazh qara'tu 'alaihi (aku belajar darinya)
   3. Memakai lafazh quri-a 'alaihi (diajarkan kepadanya), sedangkan aku mendengarkannya
   4. Memakai lafazh anba-ani (dia telah memberatkan kepadaku),
   5. Memakai lafazh nawalani ijazatan (dia telah memberikan hadits ini kepadaku secara ijazah)
   6. Memakai lafazh kutiba ilayya (dikirimkan kepadaku melalui tulisan atau surat)
   7. Memakai lafazh wajadtu bikhaththihi (aku menemukan pada tulisannya)
   8. Adapun hadits mu'an'an seperti 'an fulaanin (dari si fulan), maka hadits ini dikategorikan kedalam hadits yang diterima melalui mendengarkannya dari orang yang sezaman, tetapi tidak mudallas.

Penutup

Adil riwayat adalah seorang muslim yang akil baliq, menjauhi dosa dosa  besar dan memelihara diri dari dosa dosa kecil pada sebagian besar waktunya, tetapi tidak disyaratkan laki laki dan merdeka. Oleh karena itu, riwayat yang  dilakukan oleh wanita dan budak belian dapat diterima. Riwayat yang dilakukan  oleh ahli bid'ah jika dia orang yang adil lagi tidak menyerukan orang lain kepada bid'ahnya dan bid'ahnya tidak sampai kepada tingkatan kekufuran (bid'ah  munkarah) diterima pula.

Demikian yang dapat kami tuliskan. Semoga bermanfaat.


Sumber: http://azwariskandar.blogspot.com

No comments:

Post a Comment