Eksistensi Jin Menurut al-Qur’an dan Sunnah
Di antara beberapa dalil dalam al-Qur’an al-Karim yang menegasakan tentang eksistensi jin adalah : Firman Allah Subahanhu Wa Ta’ala, artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran” (QS. Al-Ahqaaf : 29).
Allah Subahanhu Wa Ta’ala juga berfirman, artinya : “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. Al-Jin : 6).
Dalam As-Sunnah An-Nabawiyyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda dalam banyak haditsnya, di antaranya :
1. Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya di lembah-lembah dan perkampungan. Kami berkata : ‘Beliau dibawa terbang atau terbunuh’. Oleh karena itu, kami pun bermalam dengan satu malam yang buruk bersama orang-orang. Ketika shubuh tiba, maka tiba-tiba beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami dari arah Hira’. Kami berkata : ‘Wahai Rasulullah, kami telah kehilanganmu dan kami pun kemudian mencarimu namun tidak ketemu. Akhirnya, kami pun bermalam dengan satu malam yang buruk (dengan sebab itu) bersama orang-orang’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Telah datang kepadaku seorang da’i dari kalangan jin. Maka aku pun pergi bersamanya kemudian aku bacakan Al-Qur’an kepada kaumnya’. Ibnu Mas’ud berkata : “Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pergi bersama kami dan kami pun melihat bekas-bekas mereka dan bekas-bekas perapian mereka”. Mereka (para jin) bertanya kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada beliau mengenai bekal makanan. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Bagi kalian setiap tulang yang disebut nama Allah padanya (ketika menyembelihnya), maka ia akan jatuh ke tanganmu sebagai tulang yang masih berdaging. Dan juga setiap kotoran dari binatang kalian”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya :“Maka, janganlah kalian beristinja’ dengan keduanya (yaitu tulang dan kotoran hewan) karena ia adalah makanan bagi saudara kalian”. [HR. Muslim].
2. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah berkata kepadaku Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku melihatmu senang kepada kambing dan padang gembalaan. Apabila engkau sedang bersama kambing-kambingmu di padang gembalaan, lalu engkau mengumandangkan adzan untuk shalat, maka keraskanlah suaramu itu. Sesungguhnya tidak ada jin, manusia, atau apapun yang mendengar suara muadzin kecuali ia akan menjadi saksi baginya kelak di hari kiamat”.[HR. Bukhari, Malik, Nasaa’i, Ibnu Majah].
Dari Apa Jin Diciptakan ?
Sesungguhnya beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabawiyyah menunjukkan hal yang pasti bahwa jin itu diciptakan dari api (naar).
Allah ta’ala berfirman, artinya : “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api” [QS. Ar-Rahmaan : 15]. Allah Ta’ala berfirman artinya : “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” [QS. Al-Hijr : 27].
Dan diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad rahimahumallah, dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anha ia berkata : “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepadamu”.[HR. Muslim].
Jenis-Jenis Jin
Dari Abu Tsa’labah Al-Khasysyaniy ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Jin itu ada 3 (tiga) macam jenis : (1) Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, (2) jenis ular dan kalajengking, serta (3) jenis yang menetap dan berpindah-pindah/nomaden”.[HR.Ath-Thabarani, Al-Haakim, dan Al-Baihaqiy. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahiihul-Jaami’ (no. 3114)].
Tempat Tinggal Jin
Jin mengutamakan tempat-tempat yang sepi dari manusia seperti padang sahara. Ada di antara mereka yang tinggal di tempat-tempat yang kotor dan sampah. Dan ada pula di antara mereka yang tinggal bersama manusia.
Oleh karena itulah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika pergi melewati padang sahara, beliau mengajak mereka kepada (agama) Allah, membacakan pada mereka Al-Qur’an, dan memberitahukan kepada mereka berbagai perkara agama mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam sering melakukan hal ini sebagai telah tsabit (tetap) dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dari hadits Ibnu ‘Abbaas dan Ibnu Mas’uud radliyallaahu ‘anhum.
Jin juga tinggal di kakus/toilet. Telah ada riwayat yang ternukil dari Zaid bin Arqam bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya tempat pembuangan kotoran ini didatangi (oleh jin). Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian mendatangi kakus/toilet, hendaknyaia mengatakan : ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari jin laki-laki dan jin perempuan”.[HR. Abu Dawud, Shahih].
Selain yang telah disebutkan, jin juga tinggal di tempat kotoran onta – sebagaimana terdapat dalam Shahih Muslim dan selainnya – yang menjelaskan bahwa itu tempat para syaithan.
Apakah Jin Makan dan Minum ?
Sesungguhnya dalam banyak hadits shahih lagi sharih (jelas) telah menyebutkan bahwasannya para jin juga makan dan minum. Dalam Shahih Al-Bukhari, dari hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : “Bahwasannya ia pernah membawakan kantong kulit berisi air untuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk beliau pergunakan berwudlu dan memenuhi hajatnya. Ketika ia mengantarkannya, maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya : “Siapa ini ?”. Ia pun menjawab : “Aku Abu Hurairah”. Beliau bersabda : “Bawakanlah aku beberapa butir batu yang akan aku pergunakan untuk beristinja. Janganlah engkau bawa kepadaku tulang atau kotoran binatang”. Maka aku (Abu Hurairah) pun membawakan kepada beliau beberapa butir batu yang aku simpan dalam kain bajuku hingga aku letakkan di sisi beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu aku menyingkir. Setelah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyelesaikan hajatnya, maka aku pun menghampiri beliau. Aku berkata : “Mengapa engkau melarang aku membawa tulang dan kotoran binatang ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dua benda itu adalah makanan jin. Sesungguhnya utusan jin Nashiibiin – dan ia adalah sebaik-baik jin – pernah mendatangiku dan kemudian bertanya tentang makanan (yang diperuntukkan bagi mereka). Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar menjadikan setiap tulang dan kotoran binatang yang mereka temui menjadi makanan bagi mereka”.[HR. Bukhari].
Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits ‘Abdullan bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena syaithan itu apabila makan dan minum menggunakan tangan kirinya”.[HR. Muslim].
Jin Bisa Melakukan Penyamaran dan Penyerupaan
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Ular adalah jejadian jin sebagaimana kera-kera dan babi-babi adalah jejadian Bani Israaiil”.[HR. Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shahiihah (4/439 no. 1824) ].
Dalam Shahih Muslim dari Abu Dzarr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila salah seorang di antara kalian berdiri melakukan shalat, hendaknya ia membuat batas (sutrah) di depannya dengan sesuatu seukuran pelana kuda. Jika di depannya tidak ada pembatas seukuran pelana kuda, maka batal shalatnya (apabila dilewati) oleh : keledai, wanita, dan anjing hitam”. Aku (perawi) berkata : “Wahai Abu Dzarr, apa bedanya antara anjing hitam dengan anjing merah atau anjing kuning ?”. Abu Dzarr berkata : “Wahai anak saudaraku, aku telah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang engkau tanyakan kepadaku tadi. Beliau menjawab : ‘Anjing hitam adalah syaithan”.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Anjing hitam adalah syaithannya anjing. Jin yang menyerupai bentuk anjing adalah banyak. Begitu pula dengan kucing yang berwarna hitam, sebab warna hitam dapat menghimpun kekuatan syaithaniyyah dibanding warna lain. Dan juga karena warna hitam menyimpan daya panas”.[ Risalatul-Jinn (hal. 41)].
Iblis pernah menyamar dalam wujud Suraqah bin Maalik, pembesar Bani Mudlij, pada waktu perang Badr. Ia datang bersama kaum musyrikin sebagai pasukannya. Riwayat ini dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma.[ Tafsir Ibni Katsiir (2/317)].
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Jin bisa menyerupai wujud manusia dan binatang seperti ular, kalajengking, onta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai, burung, ataupun anak Adam (manusia)”.[Risalatul-Jin (hal. 32)].
Apakah dari Kalangan Jin dan Syaithan itu Mempunyai Kelamin Laki-Laki dan Perempuan ?
Dalam Shahihain dari Anas radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk ke WC, beliau berdoa : ‘Allaahumma innii a’uudzubika minal-khubutsi wal-khabaaits’ (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kejahatan syaithan laki-laki dan perempuan)”.[HR. Bukhari dan Muslim].
Apakah Jin itu Juga Dibebani Syari’at (Mukallaf) ?
Benar, jin itu termasuk mukallaf yang dibebani syari’at seperti halnya manusia yang sempurna. Telah berkata Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah : “Jin menurut Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah termasuk mukallaf sebagaimana ia menjadi objek pembicaraan dalam firman Allah ta’ala : “Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” (QS. Al-An’aam : 130). Dan juga firman-Nya : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahmaan : 32)”.
Aqidah dan Agama Jin
Jin itu seperti halnya manusia sempurna dalam permasalahan ini. Di antara mereka ada yang Muslim, Nashara, atau Yahudi. Bahkan, jika ada yang muslim, maka ia seperti muslimnya manusia juga – yaitu ada yang berpaham Qadariyyah, Syi’ah, Ahlus-Sunnah, Ahlul-Bid’ah, dan yang lainnya. Ada yang taat, ada pula yang berbuat maksiat. Ada yang taqwa, ada pula yang jahat.
Allah ta’ala telah mengkhabarkan tentang hal itu bahwasannya mereka (para jin) berkata : “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda” [QS. Jin : 11].
Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma berkata tentang firman Allah : ‘Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda’ ; yaitu : Diantara kami ada yang mukmin (beriman) ada pula yang kafir.[ Tafsir Ibni Katsiir (4/430)].
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Yaitu berbagai madzhab, seperti : Muslim, Kafir, Ahlus-Sunnah, dan Ahlul-Bid’ah”.[ Risaalatul-Jin (hal. 27)].
Apakah Seorang Jin yang Mukmin Akan Dimasukkan ke Surga ?
Para ulama salaf dan khalaf telah sepakat bahwa jin kafir akan dimasukkan neraka. Namun mereka berselisih pendapat mengenai jin mukmin, apakah ia dimasukkan ke surga atau tidak ?
Berkata Al-Haafidh Ibnu Hajar : “(Dalam permasalahan ini) terbagi menjadi empat pendapat. Pertama, dimasukkan ke dalam surga – dan ini merupakan pendapat kebanyakan ulama. Kedua, ia ditempatkan di halaman surga – ini merupakan pendapat Malik dan sebagian ulama lain. Ketiga, mereka termasuk Ashhaabul-A’raaf (tempat antara surga dan neraka). Keempat, tawaquf (abstain) atas permasalahan ini”.[ Fathul-Baariy (6/346)].
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala berkata : “Dan golongan yang kafir mereka – yaitu jin – akan diadzab di akhirat dengan kesepakatan para ulama. Adapun golongan beriman mereka, maka jumhur ulama berpendapat bahwa mereka berada di surga”.
Jin Takut kepada Manusia
Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dari Mujaahid, ia berkata : “Ketika aku melakukan shalat di satu malam, tiba-tiba berdirilah makhluk seperti anak-anak di hadapanku. Lalu aku mengejar untuk menangkapnya. Ia pun berdiri dan melompat ke balik dinding hingga aku mendengar bunyi jatuhnya. Ia tidak kembali lagi setelah kejadian itu”.
Mujaahid berkata : “Sesungguhnya mereka takut kepada kalian sebagaimana kalian pun takut kepada mereka”. Dan diriwayatkan juga dari Mujaahid, ia berkata : “Syaithan itu lebih takut daripada salah seorang di antara kalian. Apabila ia menampakkan diri kepada kalian, maka janganlah kalian takut sehingga akan menguasai kalian. Akan tetapi bersikap keras/beranilah kalian kepadanya, niscaya ia akan pergi”.
Wallahu A’lam.
Maraji' : http://abul-jauzaa.blogspot.com/ dan lainnya.
No comments:
Post a Comment