SIAPAKAH AHLUL FATRAH?

SIAPAKAH AHLUL FATRAH?Pada pembahasan kali ini adalah tentang salah satu istilah yang terdapat di dalam Al-Qur'an yakni fatrah. Apakah sesungguhnya makna fatrah itu dan bagaimana penjelasannya menurut para ulama.

Pengertian
Secara bahasa fatrah berarti terputus atau lemah. Adapun menurut istilah, fatrah adalah suatu zaman diantara dua Rasul dari para Rasul Allah Ta’ala. Ahlul fatrah adalah orang-orang yang hidup di zaman fatrah yakni hidup diantara dua Rasul. Rasul yang pertama dakwahnya tidak sampai kepada mereka (yakni dakwahnya tidak sampai ke zaman hidup mereka), dan mereka belum menemui Rasul yang kedua.

     Kalimat fatrah dalam ayat di atas adalah zaman sesudah nabi Isa AS dan sebelum nabi Muhammad SAW diutus, sebagaimana dikatakan oleh para ulama ahli tafsir.

Siapakah diantara ahlul fatrah?
     Para ulama menyebutkan di antara orang-orang yang termasuk ke dalam ahlul fatrah adalah orang tua Nabi SAW dan orang-orang yang hidup se-zaman dengan mereka.

Bagaimana keadaan ahlul fatrah?
     Sering muncul pertanyaan adalah bagaimana sesungguhnya keadaan ahlul fatrah ini apakah tidak akan disiksa atau tidak masuk neraka? Berkaitan dengan masalah ini ada beberapa perincian:

1. Semua ummat atau bangsa telah kedatangan Rasul.
     Allah Ta’ala telah menjelaskan di dalam firman-Nya yang mulia bahwasannya Dia telah mengutus kepada setiap kaum adalah seorang Rasul dalam rangka mengajak kaum tersebut untuk bertauhid dan menjauhi segala macam bentuk kesyirikan, oleh karena itu barang siapa beriman dan taat setelah diutusnya Rasul maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan, akan tetapi sebaliknya barang siapa kafir dan durhaka akan mendapatkan celaka dan siksa. Allah Ta’ala berfirman :  "Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan Telah ada padanya seorang pemberi peringatan." (QS. Fathir [35] : 24).
     Ketika mentafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, "Yaitu tidak ada satu ummatpun keturunan Adam AS yang telah lewat kecuali Allah Ta’ala telah mengutus orang-orang yang membawa peringatan kepada mereka dan menghilangkan alasan-alasan mereka." (Tafsir Al-Quranuil Azhiim). Lalu beliau juga Rahimahullah menyebutkan ayat-ayat lain yang semakna, yaitu dalam firman-Nya: "Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk." (QS. Ar-Ra'd [13] : 7), dan juga dalam firman-Nya: "Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl [16] : 36).

2. Orang-orang yang belum sampai kepadanya dakwah Rasul,

    Maka Allah Ta’ala tidak akan menimpakan siksa kepadanya. Allah Ta’ala berfirman : "Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul." (QS. Al-Isra [17] : 15).
     Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, "Ini merupakan pemberitaan keadilan Allah Ta’ala, yakni Allah Ta’ala tidak akan mengadzab seorangpun kecuali setelah hujjah ditegakkan kepada orang tersebut dengan mengutus seorang Rasul kepadanya. Allah Ta’ala berfirman: "Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada", Sesungguhnya Telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, Maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah Ta’ala tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar".
     Dan juga Allah Ta’ala berfirman : "Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang Telah kami kerjakan". dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." (QS. Fathir [35] : 37). Itulah penjelasan di dalam Al-Quran yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala tidak akan memasukkan seorangpun ke dalam neraka kecuali setelah mengutus Rasul kepadanya (Tafsir Al-Quranil 'Azhiim).

3. Orang-orang yang hidup di zaman fatrah, ada yang sudah sampai kepadanya dakwah Rasul dan ada yang belum.

     Bagi yang sudah maka jelas hukum atas mereka sebagaimana pada penjelasan point 1 di atas. Bangsa Arab secara umum sudah sampai kepada mereka dakwah Rasul-rasul Allah, mulai dari Nabi Ibrahim ? sampai pada Nabi Muhammad SAW. Namun orang-orangnya secara individu tidak bisa ditetapkan sebagai penduduk neraka atau surga, kecuali yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Diantara bangsa Arab yang hidup di zaman fatrah ada yang sudah sampai kepadanya dakwah lalu bertauhid dan tidak berbuat syirik, maka dia pasti selamat. Seperti Qais bin Sa'idah, Zaid bin 'Amr Ibnu Nufail, Waraqah bin Naufal, dan lainnya yang disebutkan dalam nash-nash yang shahih bahwa mereka semua meninggal dalam keadaan bertauhid kepada Allah Ta’ala. Sedangkan orang-orang yang sudah sampai kepadanya dakwah tetapi tidak bertauhid, bahkan berbuat syirik, maka pasti mereka pasti celaka. Seperti 'Amr bin Luhay al-Khuza'i, Abdullah bin Jud'an, pemilik tongkat bengkok yang mencuri barang-barang jamaah haji, termasuk di antara mereka adalah kedua orang tua Nabi SAW, serta lainnya yang telah diberitakan oleh Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya yang shahih.

4. Mengenai orang-orang yang hidup di zaman fatrah yang belum sampai kepada mereka dakwah, para ulama berselisih pendapat tentang keadaan mereka di akhirat.

     Di antara pendapat para ulama yang rajih adalah bahwa mereka akan diuji di akhirat. Disebutkan di dalam sebuah hadits: Dari Aswad bin Sari' bahwa Nabi SAW bersabda : "Pada hari kiamat ada empat orang yang akan mengadu kepada Allah Ta’ala, yaitu seorang yang tuli, tidak mendengar seseatupun; seorang yang pandir; seorang yang pikun; dan seorang yang meninggal dunia di zaman fatrah. 

a. Adapun yang tuli akan mengatakan, "Wahai Rabb, agama islam telah datang namun aku tidak mendengar sesuatu pun."
b. Orang yang pandir mengatakan, " Wahai Rabb, agama islam telah datang, sedangkan anak-anak kecil melempariku dengan kotoran binatang."
c. Orang-orang yang pikun akan mengatakan, "Wahai Rabb, agama islam telah datang, sementara aku dalam keadaan tidak berakal sedikitpun."
d. Orang yang mati di zaman fatrah akan mengatakan, "Wahai Rabb, tidak ada seorang Rasul pun yang datang kepadaku." Maka Allah Ta’ala mengambil perjanjian mereka bahwa mereka benar-benar akan mentaati-Nya. Kemudian Allah Ta’ala mengutus utusan kepada mereka yang mengatakan, "Masuklah kalian kedalam neraka!". Nabi SAW bersabda: "Demi Allah yang jiwaku (Muhammad) berada di tangan-Nya. Seandainya mereka memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan keselamatan bagi mereka." Di dalam riwayat lain dari Abu Huroiroh RA disebutkan : "Barang siapa memasukinya, sesungguhnya neraka itu menjadi sejuk dan selamat baginya. Dan barang siapa tidak memasukinya, dia diseret ke dalamnya." (HR. Ahmad, no. 15866). Di shahihkan oleh Al- Albani Rahimahullah di dalam shahih al-Jami'ush Shaghiir, no.894)
     Demikianlah beberapa penjelasan tentang masalah ini maka yang paling baik dan benar bagi siapapun adalah kembali kepada aqidah dan manhajnya Rasulullah SAW sehingga tercapailah kenikmatan duniawi dan keselamatan akhirat. Allah 'Alam

Ibnu Rusydi

No comments:

Post a Comment