[Manusia, Gudangnya Salah dan Dosa]
Siapa di antara kita yang belum pernah mencicipi gelapnya dosa??? Manusia tidak akan pernah lepas dari dosa dan kesalahan, bagaimanapun tinggi kedudukannya. Nabi Adam ‘alaihi salam telah melakukan dosa, anak keturunannya pun juga akan mengikutinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampernah bercerita tentang kisah Nabi Adam dan Nabi Daud. Di akhir kisah, beliau mengatakan,
فَجَحَدَ آدَمُ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَنَسِىَ آدَمُ فَنَسِيَتْ ذُرِّيَّتُهُ وَخَطِئَ آدَمُ فَخَطِئَتْ ذُرِّيَّتُهُ
“Adam telah melanggar larangan Allah, maka anak keturunannya pun juga akan melanggar larangan Allah. Adam lupa, maka anak keturunannya pun juga akan lupa. Dan Adan telah berbuat dosa, maka anak keturunannya pun juga berbuat dosa” (Hadits Riwayat Tirmidzi, dari Shahabat Abu Hurairah)
Bisikan syaitan senantiasa terbenging di telingan anak Adam. Rayuan syubhat dan syahwat senantiasa mengiringi langkah kehidupan mereka. Hingga tidak akan mungkin ada manusia yang suci dari dosa dan kesalahan. Dosa sudah menjadi watak dan tabiat manusia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian mereka berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan kemudian Allah akan mengampuni mereka” (Hadits riwayat muslim, dari shahabat Abu Hurairah)
Sampai-sampai orang yang berbuat ketaatan pun tidak lepas dari belenggu dosa dan kesalahan. Allah ta’alaberfirman :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (33) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ (34) لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ(35)
“Yaitu orang yang datang dengan membawa kebenaran (yaitu : Muhammad) dan orang yang membenarkannya, merekalah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki dari sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. (Demikian) agar Allah akan mengampuni mereka dari perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Az Zumar : 33-35)
Ayat ini menunjukkan bahwa pada orang yang beriman terdapat amalan sholeh,namun di dalamnya tercampur dengan keburukan. Kemudian Allah ta’ala mengampuni dosa dan kesalahan tersebut. (Al Istighfar, Syaikh Musthofa Al ‘Adawi, hal. 17)
[Allah Membuka Pintu Ampunan dan Taubat bagi Seluruh Hamba-Nya]
Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah, wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri, Janganlah kalian putus asa terhadap rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa, sungguh Dialah Dzat Maha Pengampun dan Penyayang” (Az Zumar : 53)
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang yang beriman, agar kalian beruntung” (An Nur : 31)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda dalam hadits qudsy, Allah ta’ala berfirman,
يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di siang dan malam hari, dan Aku akan mengampuni seluruh dosa, minta ampunlah kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosa kalian” (Hadits Riwayat Muslim, dari shahabat Abu Dzar)
Lihatlah wahai hamba Allah, betapa sayangnya Allah kepada diri kita, betapa luasnya rahmat dan ampunan Allah pada diri kita…
Pikirkanlah wahai para pelaku dosa dan kemaksiatan, betapa lancangnya diri kita, mendurhakai Dzat Yang Maha Perkasa…
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Wahai Rabb kami, kami telah mendzalimi diri-diri kami, seandainya Engkau tidak mengampuni diri kami, sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi”
[Allah Senang dengan Taubatnya Seorang Hamba]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ أَحَدِكُمْ مِنْ أَحَدِكُمْ بِضَالَّتِهِ إِذَا وَجَدَهَا
“Sungguh Allah sangat senang dengan taubatnya salah seorang di antara kalian, melebihi senangnya seseorang yang kehilangan barangnya kemudian menemukannya.” (Hadits riwayat Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ مِنْ رَجُلٍ فِى أَرْضٍ دَوِيَّةٍ مَهْلَكَةٍ مَعَهُ رَاحِلَتُهُ عَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَنَامَ فَاسْتَيْقَظَ وَقَدْ ذَهَبَتْ فَطَلَبَهَا حَتَّى أَدْرَكَهُ الْعَطَشُ ثُمَّ قَالَ أَرْجِعُ إِلَى مَكَانِى الَّذِى كُنْتُ فِيهِ فَأَنَامُ حَتَّى أَمُوتَ. فَوَضَعَ رَأْسَهُ عَلَى سَاعِدِهِ لِيَمُوتَ فَاسْتَيْقَظَ وَعِنْدَهُ رَاحِلَتُهُ وَعَلَيْهَا زَادُهُ وَطَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَاللَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ الْعَبْدِ الْمُؤْمِنِ مِنْ هَذَا بِرَاحِلَتِهِ وَزَادِهِ
“Sungguh Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya yang beriman dari pada senangnya seseorang yang berada di tanah lapang yang sepi, bersamanya ada hewan tunggangannya beserta bekal makanan dan minumannya, kemudian orang tersebut tidur, lalu ketika terbangun, hewan tunggangan bersama seluruh bekalnya telah menghilang, kemudian orang tersebut mencari hewan tunggangannya, sampai dia merasa sangat haus, kemudian dia mengatakan : Aku kembali ke tempat yang aku tidurdi sana tadi hingga aku mati. Kemudian dia letakkan kepalanya di atas tanah, pasrah menanti kematian. Kemudian tatkala dia terbangun, tiba-tiba hewan tunggangannya beserta seluruh bekal makanan dan minuman sudah kembali berada di sisinya. Sungguh Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya yang beriman dari pada senangnya orang yang kehilangan hewan dan perbekalan tadi ketika menemukannya kembali.”(Hadits riwayat Muslim, dari shahabat Abdullah Ibnu Mas’ud)
[Bersegera dalam Bertaubat]
Diantara tipu daya Iblis kepada Bani Adam adalah menjadikan dosa yang dia lakukan seolah-olah adalah kecil dan sesuatu yang remeh, akhirnya dia menunda-nunda taubat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala .
Ketahuilah, wahai hamba Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada,
إنَّ الْعَبْدَ إذَا أذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فإنْ تابَ مِنْهَا صُقِلَ قَلْبُهُ، فإنْ زَادَ زَادَتْ فَذلكَ قَوْلُ اللهِ:( كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ )
“Sesungguhnya seorang hamba, ketika berbuat dosa, maka pada hatinya akan tertinggal setitik noda hitam, jika dia bertaubat dari dosanya, maka hatinya akan dibersihkan dari noda hitam tersebut, namun apabila dia terus menambah dosanya, maka noda hitam tersebut pun semakin bertambah, demikianlah Allah ta’ala firmankan : “Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka lakukan tersebut akan menutupi hatinya (–surat Al Muthafifin : 14 -) .”(hadits riwayat Tirmidzi, dari shahabat Abu Hurairah, Asy Syamilah)
Semakin bertumpuk dosa yang dia lakukan, maka seiring dengan itu akan semakin gelap hatinya sehingga hatinya akan binasa. Inilah sebesar-besarnya kecelakaan, wal ‘iyadzubillah. Apabila hatinya sudah binasa, apa lagi yang bisa diharapkan??? Karena kehidupan yang hakiki tidak lain adalah kehidupan hati.Nas’alullaha al ‘afiyah…
Allah ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman” (Ali ‘Imran : 133)
Betapa lancangnya diri kita, seandainya kita enggan meminta ampun kepada Allahta’ala. Para Nabi Allah, termasuk Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallamadalah manusia yang senantiasa bersimpuh mengakui dosa-dosanya di hadapan Rabb-nya, memohon ampun kepada-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali” (Hadits riwayat Bukhari dari shahabat Abu Hurairah)
“Wahai anak Adam yang memiliki akal dan mampu berpikir, jika tidak sekarang kita bertaubat kepada Allah atas dosa dan kesalahan kita, maka kapan lagi…..”
Wa shallallahu ‘ala Nabiyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam…
(Rujukan : Al Istighfar, Syaikh Musthofa Al ‘Adawy, cetakan Maktabah Makkah, berupa softfile pdf)
***
No comments:
Post a Comment