Kalau demikian, dapat disimpulkan bahwa dhan dalam Al-Qur’an bisa bermakna yakin dan ragu. Bagaimana cara menentukannya? Kalau redaksinya adalah kebaikan, maknanya adalah yakin. Sedangkan kalau redaksinya adalah keburukan, maknanya adalah ragu. Misalnya: ayat pertama di atas adalah kebaikan, yaitu meyakini kematian, makanya bermakna yakin. Sedangkan ayat kedua adalah keburukan, yaitu menyangka Allah swt. tidak akan menolong, maka bermakna ragu.
Dari kaidah ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Su’u-dhan adalah berburuk-sangka.
2. Husnu-dhan adalah berkeyakinan baik.
Allah swt. memerintahkan husnu dhan dan melarang su’u dhan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujurat: 12].
Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain.
Su’u-dhan atau sangkaan buruk bisa dibagi menjadi beberapa macam:
1. Menuduh orang lain berbuat buruk tanpa ada bukti atas kebenaran kejadian tersebut. Misalnya, ketika terjadi kecurian, menuduh seseorang tertentu yang telah melakukannya.
2. Menuduh orang lain berniat buruk walaupun perbuatan lahirnya baik. Misalnya melihat orang lain melaksanakan shalat sangat panjang, dituduh melakukannya karena riya’. Padahal niat ada di hati yang tidak bisa dilihat.
3. Menuduh orang lain benar-benar berniat buruk ketika diketahui sedang berbuat buruk. Misalnya melihat seorang muslim makan di siang hari bulan Ramadhan, dituduh telah berbuat dosa. Tidak diteliti dulu apakah dia sedang sakit, atau bepergian dan sebagainya.
Akibat Buruk Su’u-Dhan
1. Akan memecah-belah persaudaraan, saling bertikai, saling mencurigai, dan sebagainya.
2. Akan membuat hati bertambah sakit
3. Akan merembetkan kepada perbuatan-perbuatan dosa yang lain.
Bagaimana Kita Bisa Berhusnu-Dhan?
1. Berdoa kepada Allah swt. Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah dosa agar hati kita bersih (اللهم آت نفسي تقواها وزكها أنت خير من زكاها أنت وليها ومولاها) “Ya Allah, berikan ketakwaan kepada jiwaku; dan sucikanlah jiwaku. Engkaulah yang paling baik mensucikan. Engkaulah Penolong dan Tuannya.” [HR. Muslim].
Su’u-dhan atau sangkaan buruk bisa dibagi menjadi beberapa macam:
1. Menuduh orang lain berbuat buruk tanpa ada bukti atas kebenaran kejadian tersebut. Misalnya, ketika terjadi kecurian, menuduh seseorang tertentu yang telah melakukannya.
2. Menuduh orang lain berniat buruk walaupun perbuatan lahirnya baik. Misalnya melihat orang lain melaksanakan shalat sangat panjang, dituduh melakukannya karena riya’. Padahal niat ada di hati yang tidak bisa dilihat.
3. Menuduh orang lain benar-benar berniat buruk ketika diketahui sedang berbuat buruk. Misalnya melihat seorang muslim makan di siang hari bulan Ramadhan, dituduh telah berbuat dosa. Tidak diteliti dulu apakah dia sedang sakit, atau bepergian dan sebagainya.
Akibat Buruk Su’u-Dhan
1. Akan memecah-belah persaudaraan, saling bertikai, saling mencurigai, dan sebagainya.
2. Akan membuat hati bertambah sakit
3. Akan merembetkan kepada perbuatan-perbuatan dosa yang lain.
Bagaimana Kita Bisa Berhusnu-Dhan?
1. Berdoa kepada Allah swt. Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah dosa agar hati kita bersih (اللهم آت نفسي تقواها وزكها أنت خير من زكاها أنت وليها ومولاها) “Ya Allah, berikan ketakwaan kepada jiwaku; dan sucikanlah jiwaku. Engkaulah yang paling baik mensucikan. Engkaulah Penolong dan Tuannya.” [HR. Muslim].
http://nuaimy.org/index.php?option=com_k2&view=item&id=7:tes-berita-dan-kegiatan-iii
No comments:
Post a Comment