Hidup tidak selalunya indah…
Langit tak selalu cerah, suram malam tak berbintang…
Itulah lukisan alam, begitulah aturan Tuhan… (Hijjaz)
Seorang teman kuliah menceritakan sepenggal kisah hidupnya, “setelah menikah, hidup terasa berat, sesuatu yang ngga
pernah kebayang sebelumnya..” ujarnya dengan bibir bergetar. Walaupun
ia mengakui sendiri bahwa seberat apapun akan menjadi indah bila dilalui
bersama.
Tetap saja ia tak bisa menyembunyikan gurat-gurat kegetiran masalah
yang mengelayuti hidupnya. Sementara kuliah belum tamat, biaya hidup
makin membengkak, belum lagi harus pergi pagi pulang sore tuk mengais
rupiah. Belum lagi kerja-kerja dakwah yang banyak menguras energi. Saya
memang tidak mesti mendengar langsung keluh-kesahnya, paling tidak dari
aura bicaranya sudah bisa dibaca, ada beban berat yang dipikulnya.
Lirik nasyid yang dilantunkan hijjaz di atas menjadi begitu nyata,
begitu terasa bagi sebagian kita. Tidak dimungkiri kesulitan,
permasalahan hidup hingga musibah selalu datang menyapa.
Pernah suatu ketika saya menyaksikan seorang rekan satu kosan ketika
kuliah di Jakarta, untuk makan sehari-hari dia menjatah uang makannya
sehari Rp1500, -, sarapan paginya roti seharga 500perak, begitu juga
makan siang dan malamnya. Jika dia ingin makan nasi lengkap otomatis
harus siap esok hari berpuasa. Belum lagi kalau kiriman dari kampung
terlambat dating, meminjam uang sudah menjadi hal yang lumrah.
Sekarang beliau sudah menikah, alhamdulilllah kehidupannya menjadi
lebih baik, memiliki kendaraan dan pekerjaan. Itu hanya sekedar fragmen
hidup yang dirasakan setiap manusia, pasang dan surut, sedih bahagia,
muram dan senang. Silih berganti meningkahi langkah hidup anak cucu
adam.
Benarkah hidup tidak selalunya indah? Seperti dinasyidkan olah Hijjaz? Saya teringat satu hadits nabi yang menakjubkan, “ajaban li-amril mu’min, inna amrohu kullahu lahu khoir, ”
Ajaib sekali perkara orang mukmin! Sungguh apa yang menimpannya adalah
kebaikan, ketika ditimpa bersabar. Ketika mendapat limpahan karunia
besyukur.
Rasulullah ingin mengajarkan pada ummatnya tentang penyikapan.
Masalah di manapun selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapi masalah
tersebut. Jika kita menyikapi dengan negative tentunya hasilnya pun
negative, “ketika Anda terjebak macet jangan pula terjebak emosi, karena
justru menambah masalah. Marah ataupun senyum jalalan tetap macet,
tidak mengubah satu inchi pun” nasihat seorang teman.
Hidup selalu indah! Jika kita dapat menyikapinya dengan indah. Ketika
penderitaan datang, bersabar. Ketika limpahan rezeki dan kebahagian
tiba bersyukur. Toh siklus hidup manusia selalu berputar. Ibarat
lingkaran Ying dan Yang dalam mitologi China, selalu menjaga
keseimbangan.
Sebagaimana Sang ilahi menjaga keseimbangan alam semesta. Hingga
tangisnya seorang muslim adalah tangis kebahagian, ya.. bahagia karena
Allah ternyata masih sayang dengan kita, Dia berikan ujian-ujian hidup.
Bahagia karena dengan “cara-Nya” Allah hendak meninggikan derajat kita.
So, nampaknya Lirik nasyid Hijjaz perlu dimaknai lain (atau di gubah?).
Life is beautiful!
Jadi, nikmati saja semua keindahan karunia Sang Maha.
Oleh Ishman Almaududi
http://www.eramuslim.com/oase-iman/hidup-tak-selalu-indah.htm
No comments:
Post a Comment