Kamis malam, 5 Maret kemarin, terjadi sebuah hajatan akbar di Islamic Center New York . Kelompok presiden-presiden muda yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang disebut YPO (Young President's Organizations) atau presiden muda organisasi-organisasi (profesional) dalam berbagai bidang berkunjung ke Islamic Center. YPO adalah organisasi nirlaba internasional yang anggotanya terdiri dari presiden-presiden perusahaan dari seluruh dunia. Kunjungan ini telah direncanakan secara profesional sejak sekitar dua bulan lalu. Maksud kunjungan, tentusaja untuk melakukan dialog terbuka tentang Islam dan budaya Islam.
Tidak kurang dari 125 presiden berbagai institusi perusahaan, termasuk presiden-presiden bisnis, media, dll., sangat antusias mendengarkan paparan tentang Islam. Saya, Imam Faisal Abdur Rauf (Imam Masjid Farah di NYC) dan Sr. Dalia Majid, penulis buku Who Speaks for Islam bersama Dr. John Esposito dari DC menjadi pembicara.
Bagi Islamic Center, ini sebuah gebrakan luar biasa, mengingat pesertanya adalah pimpinan-pimpinan berbagai institusi bergengsi di kota New York dan sekiatarnya. Bahkan sebagian adalah CEO beberapa perusahaan ternama dan berafiliasi ke Wall Street.
Yang menarik, acara ini sebenarnya dilakukan atas inisiatif Islamic Center dan Cordova Institute pimpinan Imam Faisal Abdur Rauf. Tapi seluruh kebutuhan pendukung, termasuk katering makan malamnya ditanggung oleh mereka. Bahkan, untuk penyajian makan malam, ruangan masjid Islamic Center ruang dasar disulap menjadi sebuah restoran mewah. Semua didesign oleh sebuah perusahaan katering yang bergengsi, namun dengan menu yang halal.











Mesjid "Islamic Cultural Center" NewYork
Tiga Pertanyaan
Acara dimulai dengan pembukaan oleh Presiden YPO, yang pada intinya menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada Islamic Center atas kebaikannya menjadi tuan rumah dan mengundang anggota YPO untuk berdialog tentang Islam. Menurutnya, sejak lama, dan khususnya setelah 11 September, mereka sudah meniatkan untuk melakukan sebuah acara seperti ini. Tapi, menurutnya lagi, tidak tahu bagaimana dan dari mana memulai.
Presiden YPO, Mr. Cristian Dubb, menegaskan bahwa banyak di antara anggota YPO yang sama sekali 'buta' tentang Islam. Dan, menurutnya lagi, cenderung salah memahami segala sesuatu yang terkait dengan berbagai peristiwa yang terjadi,. khususnya jika hal itu dikaitkan oleh orang Islam (Muslim).
"Saya merasa bersalah jika hal ini terjadi terus menerus dan tidak ada usaha klarifikasi langsung dari pihak-pihak yang punya otoritas akan hal tersebut", jelasnya. "Semoga langkah ini menjadi saksi bahwa kita tidak terpenjara oleh persepsi kita sendiri, yang boleh jadi merupakan kejahilan (ignorance) yang tidak dibenarkan (justified)" , lanjutnya.
Presiden YPO kemudian mempersilahkan saya untuk menyampaikan 'ucapan selamat datang' (welcome remarks). Karena saya salah seorang pembicara, saya hanya menyampaikan 'kebahagiaan atas kehormatan yang diberikan kepada Islamic Center sebagai tuan rumah acara yang langka tersebut'. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Cordova dan Imam Faisal, YPO president, dan juga semua yang hadir. Saya tutup dengan mengatakan "I am trying to avoid my instinct as an Imam". As you know, for Imam, when you hand over the microphone to him, he will not be able to stop speaking," (Saya mencoba menghindari naluri saya sebagai Imam (ustad). Sebagaimana tahu, bagi ustad, kalau Anda menyerahkan mikrofon kepadanya, dia tidak akan dapat berhenti berbicara). Jawaban saya disambut gelak tawa para hadirin.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh sekretaris YPO, Mr. Paul Bergmen (atau Bergman). Tidak satu dari kami bertiga yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan kata pengantar diskusi. Acara langsung dimulai dengan pertanyaan kepada setiap pembicara.










Imam "Shamsi Ali" Kegiatan Pengajian & Dakwah
Pertanyaan pertama ditujukan kepada Imam Faisal mengenai apa artinya menjadi seorang Muslim. Dalam jawabannya, ia menyampaikan pokok-pokok Iman dan Islam (Rukun Iman dan rukum Islam). Tapi tentunya dalam pembahasan yang cukup ilmiah mendasar. Pada intinya beliau menyampaikan bahwa untuk menjadi seorang Muslim, ada dua hal yang mutlak terpenuhi, yaitu iman dan amal. Iman adalah ungkapan hati, sementara amal adalah ungkapan anggota tubuh. Dan keduanya harus sejalan. Ketika amal menunjukkan Islam, namun hati tidak setuju, maka disebut 'munafik'. Sebaliknya, jika hati menyatakan Islam (submission), namun anggota tubuh menolak, makan ini disebut "kefasikan".
Pertanyaan kedua ditujukan kepada saya sendiri. Imam, Ibnu Taimiyah dalam salah satu bukunya mengatakan bahwa Jihad begitu esensial dan malah menganggap sebagai tiang keenam agama Islam. Bisakan Anda menjelaskan kepada kami makna Jihad?
�Barangkali dalam berbagai forum yang saya pernah ikuti, pertanyaan tentang jihad memang selalu muncul,� saya berusaha menjelaskan. Sayang sekali, ketika kata jihad terdengar, yang pertama kali sampai dibenak mereka yang mendengarkan kata itu adalah �pembunuhan, pengeboman, perang dan sejenisnya. Persepsi ini, jelasku, sangat sempit, bahkan bisa dianggap misleading (menyesatkan).
Saya katakan sempit karena konsep jihad jauh lebih besar dan luas ketimbang perang. Perang hanya bagian kecil dan tempat perang dalam konsepsi jihad memiliki kedudukan dengan segala keterbatasan. Yaitu di saat situasi memaksa, dan ini memerlukan penjelasan tersendiri yang komprehensif. Saya katakan misleading karena kata jihad sangat tidak benar untuk diterjemahkan dengan 'holy war' (perang suci). Bahkan perintah untuk berjihad telah diturunkan dalam Al-Quran jauh sebelum ada perintah perang dalam sejarah Islam.
Singkatnya, saya katakan, jihad merupakan perintah sangat global untuk melakukan perjuangan dan kerja keras menuju kepada situasi yang lebih baik. Baik itu pada tataran pribadi, kelurga, bangsa, maupun dalam upaya menciptakan dunia yang lebih baik. Maka, kata jihad berarti "usaha sungguh-sungguh dan profesional" .
Usaha sungguh-sungguh dan profesional ini mencakup tiga hal:
Pertama; biljawarih; yaitu jihad dengan anggota tubuh (physical involvement) . Yaitu segala usaha yang sungguh dan profesional yang menyangkut anggota tubuh untuk menciptakan situasi yang lebih baik dalam segala skal kehidupan. Pebisnis Muslim yang sungguh-sungguh dan profesional (melakukan berdasarkan ilmu dan hukum Islm yang benar), seperti jujur, tidak terlibat dengan bisnis haram, dll., adalah mujahid dalam kategori ini.
Perang dalam membela hak dan keadilan adalah bagian penting dari sisi jihak bil jawarih ini.
Kedua; bil-aql; yaitu jihad dengan melibatkan kecerdasan akal dan pemikiran. �Knowledge in Islam is one of the two basic keys for any action to be considered a worship,� jelas saya. Menuntut ilmu adalah perintah mendasar, dan bahkan ayat pertama yang turun kepada Rasulullah (SAW) adalah perintah untuk 'berpikir atau membaca' (Iqra'). Maka, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua Muslim, pria maupun wanita.
Ketiga; bil-qalb; yaitu dengan hati dan nurani atau dalam bahasa keseharian mungkin bisa disebutkan sebagai al-jihad ar-ruuhy (spiritual struggle). "Ini merupakan bagian, dan bahkan jihad yang paling penting dalam kehidupan kita,� jelasku merujuk kepada statement yang mengatakan: "raja'na minal jihad al-asghar ila al-jihad al-akbar". Bahkan ayat perintah untuk berjihad akbar �wa jaahid-hum bihi jihaadan kabira� justeru turun di Mekah, jauh sebelum diturunkan perintah perang.
Kesimpulannya, jihad adalah mengerahkan segala daya dan upaya secara sungguh-sungguh, terus menerus dan profesional dalam upaya menciptakan keadaan yang lebih ahsan. Dari kezaliman kepada keadilan. Dari kemiskinan kepada kemakmuran. Dari kejahilan kepada pengetahuan. Dari kesemrawutan kepada kedisiplinan, dst., semua ini membutuhkan jihad yang sungguh-sungguh.






Jamaah multi Ras di Mesjid ICC NewYork
Pertanyaan ketiga ditujukan kepada Sr. Dalia Majid. �Dalia, apa yang sedang banyak dipertanyakan orang, bahwa mengapa kami tidak mendengar suara kaum Muslim --terutama sarjana Muslim-- mengutuk terorisme dan radikalisme?.
Sr. Dalia yang memakai jilbab itu menjawab dengan sangat ilmiah dan sistimatis. Intinya, ia menyampaikan bahwa ada beberapa alasan kenapa 'suara Muslim tidak pernah didengar�. Maksud beliau, bukan karena tidak ada atau kurang yang mengutuk terorisme, tapi kenapa suara-suara yang mengutuk itu tidak didengar.
Pertama, menurutnya, memang karena pernyataan mengutuk itu tidak sampai kepada khalayak ramai. Inin disebabkan oleh media yang masih didominasi oleh pebisnis yang mencari profit. 'And we know who can deliver to them the profit', katanya tenang. Jadi sebenarnya sudah banyak dan sudah lama ulama Islam menyampaikan kutukan, bahkan kata Dalia lagi, pimpinan Hamas pun pernah menyampaikan kutukan tersebut. Sayang, media-media utama, segaja atau tidak, tidak berhasrat untuk menyampaikan ini kepada khalayak ramai.
Kedua: memang ada semacam tendensi (kecenderungan) sebagian untuk selalu overlook pernyataan-pernyataan mengutuk dari ulama Islam. Ini karena terkadang mindset orang-orang tersebut memang telah dibentuk sedemikian rupa, sehingga suara-suara pernyataan mengutuk itu berlalu bagaikan angin berlalu
Dalia mengakhiri penjelasannya dengan mengatakan "barangkali memang ada yang cenderung tidak ingin mengutuk beberapa tindakan terorisme, termasuk serangan 11 September". Menurutnya, ini disebabkan karena persepsi tentang peristiwa itu dipahami tidak sejalan dengan apa yang kita pahami. Dalia kemudian memberikan contoh perang Gaza . �Berapa orang Amerika yang mengutuk pembunuhan terhadap wanita dan anak-anak? ", tanyanya. Hampir tidak ada. Kenapa? Karena persepsi orang Amerika melihatnya sebagai self defense (pertahanan diri) bagi orang-orang Israel .
Ketika ada serangan terorisme yang dilakukan oleh orang-orang Muslim, boleh jadi ini dilihat sebagai self defence atas berbagai agresi yang dilakukan oleh siapa yang dipersepsikan sebagai musuh-musuh mereka. Sebelum Amerika menduduki Iraq, hampir tidak ada orang Islam yang saling membunuh tetangganya. Tapi ketika Amerika datang, saling membunuh. �Mungkin berarti mereka telah kembali hak dan martabat.'




ICC new york menjadi sebuah model "percontohan" oleh kalangan non Muslim
Apresiasi
Demikian pertanyaan demi pertanyaan disampaikan oleh moderator dan dilanjutkan kemudian oleh para hadirin. Banyak yang terjawab dengan memuaskan tapi ada beberapa pertanyaan yang dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan karena jawaban yang diberikan dianggap masih belum memuaskan.
Pada akhirnya, hampir semua yang hadir menyatakan sangat puas. Bahkan banyak di antara mereka menyatakan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas acara tersebut. Sebagian ingin acara seperti itu minimal dilakukan sekali dalam setahun.
Di tengah santap malam pun masih dilakukan tanya jawab dengan Imam faisal dan saya sendiri. Sementara Sr. Dalia harus kembali ke Washington DC sebelum acara makan malam, sehingga tidak terlibat pada acara tanya jawab di saat makan malam berlangsung. Pertanyaan kembali beragam. Dari Syariah hingga Obama. Semua terjawab secara baik dan rapih oleh Imam Faisal Abdur Rauf.
Acara ditutup dengan ucapan terima kasih dari saya sebagai tuan rumah. Saya hanya menyampaikan penghargaan sekali lagi kepada YPO atas kerjasama yang baik. Saya menekankan bahwa negara-negara Muslim ada sekitar 57 negara. Akan sangat sia-sia jika Amerika membangun hubungan yang tidak bersahabat. Amerika membutuhkan negara-negara Muslim, dan negara-negara Muslim juga membutuhkan Amerika dalam banyak hal. Masa depan akan semakin cemerlang jika, seperti diungkapkan Obama, dibangun relasi yang saling menguntungkan dan saling menghormati.
Tapi pada akhirnya, saya tak habis pikir kenapa orang-orang itu pada ingin mendengarkan ceramah tentang Islam? Apa yang ada dibenak mereka? Bukankah mereka bisa saja acuh dan tak peduli dengan Islam, sebagaimana mereka memang tidak peduli dengan agama? Tapi adakah memang Islam telah menjadi magnet yang menarik kuat perhatian orang-orang Amerika, termasuk pada profesional di bidang bisnis dan media?
Hanya Allah yang tahu. Harapan kami, semoga ini menjadi awal bagi terbukanya pintu hidayah dari langit bagi mereka yang menghendaki. Allahu A'lam! [www.hidayatullah.com]
M. Syamsi Ali *)
* Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York
http://swaramuslim.com/islam/more.php?id=5616_0_4_0_M">http://swaramuslim.com/islam/more.php?id=5616_0_4_0_M
No comments:
Post a Comment