“Muslim”, sepertinya sudah ribuan kali kita mendengar kata tersebut semenjak kita terlahir ke tanah ini yang mayoritasnya dihuni oleh orang beragama Islam. Akan tetapi dalam kenyataanya kata tersebut tak lebih hanya dari sekedar label dan simbol yang semakin menambah panjang gelar gelar yang telah kita dapati di dunia ini. Indonesia terkenal dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia.
Lalu Jika Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki populasi muslim di dunia, mengapa Kanada kini menjadi “Muslim” yang terbesar juga ?
Artikel yang memfokuskan pada situasi Kanada ini, bukanlah melihat dari sisi kuantitas melainkan lebih menitik beratkan pada isu isu kualitas yang terkait dengan identitas diri menjadi seorang muslim. Lebih rincinya dapat dikatakan bahwa seorang non-muslim dapat menjadi lebih “muslim” dari seorang muslim itu sendiri. Mengapa demikian ?
Ambil satu contoh, Jika kita ingin menelaah sebuah hadits Rasulullah saw yang sudah sangat populer bahwa kebersihan adalah sebagian dari Iman. Maka kita patut bertanya sejauhmanakah kita melaksanakan kebersihan dalam kehidupan personal dan masyarakat kita pada umumnya.
Menghafalkan hadist seperti ini sudah ditanamkan dalam sistem pendidikan kita dari sejak awal dimana anak anak yang belajar tentang ke Islaman akan di kenalkan dengan hadits semacam itu. Tapi sejauh mana pengajaran hadis tersebut memberikan dampak terhadap anak didik kita, termasuk diri kita sendiri dalam kehidupan nyata?.
Tentunya hal ini masih sangat jauh sekali dari realitas penerapan dalam kehidupan masyarakat kita. Di negara ini (Kanada), kesadaran seseorang akan arti pentingnya sebuah lingkungan sudah sangat tinggi. Bahkan mereka memilah-milah sampah yang akan mereka letakan dalam tong sampah- tidak mencampurkan sampah plastik dan kertas sebagai contoh. Hal seperti ini tidak hanya memudahkan orang lain-petugas kebersihan- untuk membawa dan mengolah sampah tersebut untuk didaur ulang tetapi juga dapat menghemat waktu mereka ketika mengolah sampah tersebut-tanpa harus memisahkan kembali antara plastik dan kertas.
Selain itu ada beberapa hal yang menarik perhatian dalam sebuah tempat makan dimana setiap orang yang telah selesai mengisi kelaparan dengan beragam kesukaan makanan mereka, mereka akan membuang sisa makanan dan sampah mereka sendiri tanpa adanya pelayan yang datang untuk membersihkan meja mereka.
Lalu bagaimana dengan kita ?
Kesadaran untuk melaksanakan ajaran agama pun sudah semakin terkikis oleh keadaan sosial yang semakin memprihatinkan, kurangnya rasa kepedulian terhadap lingkungan menyebabkan sampah bertebaran dimana mana yang berpotensi untuk menimbulkan berbagai penyakit yang mengancam kesehatan manusia dan memberikan pemandangan yang tidak sedap serta tanpa kita sadari keadaan lingkungan memberikan dampak psikologis terhadap manusia yang berada di sekitarnya
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa kita harus senantiasa mematuhi segala aturan aturan yang telah diberikan demi kemaslahatan bersama. Dalam segi lalu lintas contohnya, semua orang akan berhenti ketika lampu merah menyala sekalipun hanya ada satu mobil di jalanan yang sepi.
Lalu bagaimana dengan kita?
Jangankan hijau ketika merah sudah menyala masih saja tetap berjalan dan melanggar aturan lalu lintas, oleh karena itu tidak heran jika kecelakaan kerap terjadi di jalan raya kita.
Dalam hal mendapatkan pelayanan umum. Orang cacat dipandang sebagai warga negara yang mempunyai hak yang sama dalam segi pendidikan dan akses terhadap fasilitas umum. Mereka sangat menghargai dan menolong orang yang mempunyai kecacatan secara fisik dan mental.
Prinsip keadilan adalah hal yang dikedepankan untuk saat ini. Islam adalah agama yang memberikan perhatian terhadap keadilan bagi semua umat manusia. Bagaimana dengan umat muslim sendiri ? terkadang kita masih bersifat egois dan memandang dengan sebelah mata terhadap orang orang yang mempunyai keterbatasan dari segi fisik dan mental.
Satu hal lagi yang mungkin menarik dari negara industrialisasi ini, efisiensi dan kemudahan adalah salah satu prinsip yang di utamakan dalam melayani masyarakat. Dalam sebuah pengalaman seorang teman yang baru datang dari Indonesia, beliau datang dengan keluarganya ke sebuah kantor untuk mengurusi asuransi dan imunisasi anaknya. Ketika sedang parkir, beliau memasukan koin untuk 1 jam pertama, dengan anggapan bahwa mengurus hal semacam ini akan memerlukan waktu yang cukup panjang. Akan tetapi beliau dikejutkan ketika semua urusan ini selesai hanya dalam waktu 3 menit.
Jika kita menelaah bagaimana dengan sistem administrasi kita yang terkadang dibuat agar prosesnya menjadi lebih panjang dan lama. Hal ini tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Islam dimana waktu itu sangat berharga dan manusia harus dapat menggunakan dengan sebaik baiknya. Sampai sampai Allah SWT bersumpah demi waktu.
Lalu mengapa kita masih membuang buang waktu jika satu pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat ?
Terlepas dari kemajuan fasilitas dan sarana yang mereka miliki. Kita sebagai muslim sepatutnya dapat memetik pelajaran pelajaran yang sangat penting dari situasi sosial masyarakat kanada . Mereka memang bukan muslim secara akidah, tetapi mereka “muslim” secara perilaku dan penerapan nilai nilai ke Islaman atau bahkan mungkin lebih “muslim” daripada kita yang menyandang gelar muslim dari sudut pandang akidah.
Islam mempunyai asal kata dari Aslama, yang bermakna menyerahkan diri. Islam adalah turunan dari kata silm, yang berarti penyerahan diri atau juga dapat diartikan kedamaian. Dengan kata lain dapat dimaknai bahwa dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada segala kehendak Allah maka manusia akan menemukan kedamaian di dalam hidupnya.
Muslim adalah orang yang menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Peyerahan diri ini menyangkut segala aspek kehidupan manusia mulai dari menata diri(aspek intrapersonal) hingga hubungan antara sesama manusia dan lingkunganya (aspek interpersonal).
Lalu pertayaanya sejauh manakah tingkat penyerahan diri kita terhadap kehendak allah sebagai seorang muslim ?.
Kanada sebagai sebuah negara yang mayoritas beragama non muslim seolah olah "beragama" Islam, jika kita melihat Islam dari kacamata pelaksanaan nilai nilai islam di negara non muslim ini. Mungkin dapat dikatakan bahwa Non-muslim di negara ini lebih "patuh" terhadap Islam daripada umat Muslim sendiri termasuk Indonesia sebagai negara yang berpopulasi Muslim terbesar di dunia.
Mereka dapat lebih maju karena mereka menerapkan nilai nilai yang yang sesuai dengan ajaran Islam yang bersifat universal. Tetapi sayangnya kita sebagai pemilik nilai nilai ke Islaman tersebut tidak pernah melaksanakannya. Oleh karena itu ada baiknya jika kita mau mengambil beberapa pelajaran dari negara ini sebagai sebagai sebuah kesimpulan.
Pertama, dengan menerapkan ajaran ajaran Islam maka tatanan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik dan secara otomatis memberikan Domino Effect terhadap sisi kehidupan lainnya. Sebagai contoh, jika kita lihat dari segi kebersihan yang merupakan bagian dari keimanan kita kepada Allah, maka dengan menjaga kebersihan lingkungan tersebut tingkat kesehatan di negara ini jauh lebih baik, terlepas dari fasilitas yang tersedia seperti dokter, alat alat kesehatan dsb. Dari segi efisiensi waktu, dengan adanya penghematan waktu, manusia akan dapat menyelesaikan berbagai pekerjaan dalam satu waktu yang tentunya akan mempermudah dan memberikan kelancaran bagi orang lain juga.
Kedua, kesadaran akan arti pentingya sebuah pengamalan ajaran ajaran Islam perlu ditanamkan pada setiap orang, terlebih harus diterapkan mulai dari masa kanak kanak. Pendidikan seharusnya lebih menitik beratkan kepada pemahaman dan pengamalan ajaran ajaran yang terkandung dalam Al-quran dan Hadist dan tidak hanya sekedar penghafalan yang mungkin akan hilang seiring dengan bertambahnya umur. Penerapan kesadaran sebaiknya dilakukan dari dua arah top down (pemerintah - masyarakat) dan bottom up (masyarkat- pemerintah)
Ketiga, nilai nilai moral yang sudah semakin luntur dikalangan masyarakat kita harus segera di antisipasi. Kemerosotan nilai nilai moral pada bangsa arab adalah salah satu tujuan utama mengapa Nabi Muhammad saw di utus oleh Allah SWT.
Realitas ketertinggalan dan keterbelakangan memang pahit untuk dilihat, tetapi keterbatasan dan kemunduran tidak boleh memaksa kita untuk menyerah pada keadaan. Islam senantiasa mengajarkan umatnya untuk selalu optimis dan melihat sisi positif dari apa yang terjadi. Islam mungkin sedang berada dalam era segala ketertinggalan akan tetapi hal seperti ini tidak boleh membuat kita menjadi larut dan hanyut dalam ketidak pastian dan ke nistaan. Berusaha, bekerja sama, dan bertawakal adalah hal utama yang harus dipegang oleh umat dalam merubah situasi dan kondisi.
Allah befirman : "...Janganlah kamu berputus asa dari Rahmat allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa dan Dia Maha pegampun lagi Maha Penyayang"(QS;39:53).
Maka tidak sepatutnya lah kita berputus asa dengan keadaan saat ini bahkan kita harus tetap mencoba dan terus mencoba lebih baik dalam memaknai ke Islaman kita dan menjadi seorang Muslim yang tidak hanya sekedar memanggul gelar tanpa adanya sebuah pengamalan yang konkrit baik dari segi personal maupun sosial. Karena Islam bersifat Rahmatan lil Aalamin- untuk seluruh alam.
Wallahu A’lam Bil Muraddif
"Ihshan Gumilar" < ig_gumilar@laurentian.caAlamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya >
http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=235:non-muslim-di-kanada-jauh-lebih-islam-daripada-umat-islam-di-indonesia&catid=87:berita-anda&Itemid=286
No comments:
Post a Comment