Dari Yaman Dai Menyebar

Sejak dulu, Yaman dikenal sebagai negeri tempat menuntut ilmu agama, tepatnya di kota Hadramaut. Dari kota itu, dakwah Islam disiarkan ke berbagai negara tak terkecuali Indonesia. Sebut saja, misalnya delapan dari sembilan ulama yang terkenal dengan sebutan Wali Songo, ternyata datang dari Yaman. Begitu juga tokoh pendiri Lembaga Pendidikan Al Khairaat di kawasan Indonesia Timur, Habib Jufri, juga merupakan ulama terkemuka asal Yaman.

Di Yaman memang banyak tersebar madrasah-madrasah atau lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola swasta yang secara khusus menekankan pendidikan agama Islam. Lebih khusus, menurut Habib Umar Al Hafidz, ulama terkemuka negeri ini, pengajaran Alquran baik untuk bidang qiraat maupun hafalan sangat maju di negara ini.

”Mereka umumnya sudah eksis paling tidak sejak 600 tahun yang lalu,” ujar Habib Umar al Hafidz ketika ditemui Republika usai berceramah di Pesantren As-Shidiqiyah Batuceper, Tangerang, Ahad (3/2).

Pusat pengajaran Islam itu kini tersebar di kota Tarim dan beberapa kota lain dengan jumlah santri ribuan orang. Mereka tak hanya datang dari Timur Tengah, tapi juga dari Asia, Afrika, bahkan Eropa dan Amerika.

Di Kota Tarim sendiri, sambung Habib Umar, terdapat lembaga pendidikan termana, Daarul Musthafa. Lembaga ini memiliki tiga tujuan. Pertama, berusaha mengajarkan ilmu sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kedua, mendidik akhlak dan mensucikan hati serta tujuan yang ketiga adalah mengajarkan tawaduk dan tunduk semata kepada Allah SWT.

“Yang terpenting dari sistem pendidikan di lembaga ini aldalah sesuainya perilaku dengan apa yang diucapkan oleh para santri.”

Yang menarik, para santri yang belajar di Daarul Musthafa lebih banyak datang dari luar negeri. Dari Indonesia, tak kurang dari 200 orang menuntut ilmu di sini.

”Di kami juga nyantri sekitar 50 orang asal Eropa, sejumlah santri dari Amerika Serikat dan sekitar 200 santri dari negara-negara Arab. Total mereka yang belajar di Daarul Musthafa Mereka semua mempelajari ilmu-ilmua agama. Setelah selesai belajar sekitar empat tahun, para santri ini biasanya kembali ke negara masing-masing untuk menyebarkan ilmu yang telah mereka miliki,” jelas Habib Umar.

Di lembaga ini, mereka tidak secara khusus menghafal Alquran. ”Tapi, bagi mereka yang ingin mendalami hafalan Alquran, bisa mengambil satu jurusan tersendiri. Untuk jurusan Syariah misalnya, mereka sedikitnya harus menghafal tiga juz Alquran. Tapi, bagi yang ingin total menghafal Alquran bisa menghambil program khusus,” jelas Habib Umar.

Sesuai dengan apa yang menjadi perhatian Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya mempelajari ilmu, mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, maka semangat ini pun yang dikembangkan oleh umat Islam di Yaman. Mereka sangat menekankan, apa yang dipelajari seorang santri, hendaknya mampu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta mengajarkannya kepada orang lain.

Karena pemahaman ini, kata Habib Umar lebih lanjut, dalam masyarakat Muslim Yaman, timbul semangat untuk mengamalkan ilmu mereka dan menyebarkan kepada orang lain ajaran agama Islam yang mereka pahami. Penyebaran ilmu tersebut sampai ke luar Yaman termasuk ke Indonesia seperti yang dilakukan para ulama salaf Yaman pada zaman dulu.

Yang menarik, sambung Habib Umar, apa yang diajarkan termasuk kepada umat Islam Indonesia, terlebih dahulu dilakukan oleh para penyebar agama Islam dari Yaman dalam kehidupan sehari-hari.

”Mereka menyebarkan agama Islam dengan perbuatan nyata sebelum mereka ucapkan. Karena itu, tidak mengherankan bila ajaran mereka diterima oleh banyak umat Islam di berbagai tempat.”

Hingga detik ini, umat Islam di Yaman bebas mengamalkan seluruh amal ibadah yang mereka yakini dan bebas berkeliling ke daerah-daerah dan kota yang mereka kehendaki untuk menyiarkan dakwah. “Dakwah belum surut di Yaman,” tegasnya.

Yaman adalah salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Antara 2300 tahun sebelum Masehi hingga enam tahun setelah Masehi, negara ini mengontrol perdagangan rempah-rempah. Bangsa Romawi kuno menyebut negara ini Arabia Felix, atau Arab yang berbahagia karena dimakmurkan oleh perdagangan.

Kaisar Agustus pernah melancarkan serangan untuk merebut wilayah ini, namun gagal. Kerajaan Aksum dari Etiopia berhasil menaklukkan Yaman tahun 520 dan tahun 570 wilayah ini berada dalam penguasaan Parsi Sassanid.

Pada abad ke-7 banyak orang Sabaean dan Himyarite berhijrah ke Afrika Utara dan semenanjung Arab akibat pemusnahan dinasti Ma’rib. Pada abad ke-7 pula, kekhalifahan Islam mulai menguasai wilayah ini.

Jejak sejarah Islam masih kental ditemui di Hadramaut. Di wilayah ini, seluruh penduduk aslinya beragama Islam.

Penduduk Hadramaut terdiri dari empat golongan utama, yaitu golongan sayid (keturunan Nabi Muhammad SAW), golongan suku-suku, golongan menengah, dan sekolah budak. Golongan sayid dianggap kelas paling atas, karena keturunan langsung Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu nabi Muhammad SAW. Mereka bergelar habib dan habibah (perempuan).

Di Hadramaut terdapat tempat suci umat Islam, yaitu Qabr Hud, atau makam Nabi Hud AS. Di dekat makam itu ada sebuah masjid yang ramai dikunjungi para peziarah, khususnya setiap tanggal 11 Syakban. Tempat suci lainnya adalah makam Nabi Saleh AS di lembah Sarr. (dam/republika)

Republik Yaman
Ibu kota: Sanaa
Luas: 527.968 km persegi
Populasi: 22.230.531 jiwa (kepadatan penduduk 42/km2)
Lokasi: Selatan Arab Saudi, berbatasan dengan Oman (timur) dan Laut Mati (barat).

http://infokito.wordpress.com/2008/02/09/dari-yaman-dai-menyebar/

No comments:

Post a Comment