Takwa


Beberapa hari lagi, Ramadhan yang mulia, bulan yang penuh berkah dan ampunan ini akan segera berlalu. Berbahagialah mereka yang telah memanfaatkan segala kemudahan dan keistimewaannya, dan merugilah mereka yang lalai.

Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan, pikiran sebagian besar kaum Muslimin tercurah menyambut Idul Fitri. Hari bahagia yang kerap disebut sebagai hari kemenangan ini disambut suka cita. Para penyambutnya rela mengikis ibadah Ramadhan demi menjelang hari bahagia.

Masjid-masjid yang semula ramai di awal Ramadhan, berubah drastis di hari-hari terakhirnya. Sebagian besar umat Islam lebih suka memadati pusat-pusat perbelanjaan demi persiapan lebaran. Sungguh kondisi yang sangat berbeda dengan apa yang ditunjukkan Rasulullah dan para sahabatnya. Kontras dengan apa yang dilakukan para salafush shalih, yang sibuk mengetatkan ikat pinggang demi berjumpa Rabb-nya.

Padahal ‘kemenangan’ Ramadhan hanya akan dituai oleh mereka yang telah berjuang sekuat tenaga menghidupkan amalan-amalan wajib dan sunnah di dalamnya. Kemenangan mencapai fitrah atau kesucian ini hanya akan diraih oleh hamba yang mampu meraih predikat takwa.

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah menyatakan, untuk melihat berhasil atau tidaknya puasa yang dilakukan seseorang hanya dapat dipantau ketika puasa telah usai. Jika perilaku yang bersangkutan berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya –usai menjalankan puasa– maka dapat dikatakan bahwa puasanya berhasil. Pun demikian sebaliknya.

Inti dan hakikat puasa itu mencapai ketakwaan. Sehingga ketika puasa telah usai ia kembali kepada kesucian fitrahnya. Karena memang puasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman, yang sejak lahir memiliki fitrah, sifat penghambaan kepada Allah SWT.

Jika orang-orang beriman ini sukses menjalankan ibadah puasa secara maksimal dan optimal, maka mereka layak disebut muttaqun, bertakwa. Para muttaqun inilah yang layak mendapatkan piala ‘kemenangan’ dan mendapatkan balasan dari-Nya, yaitu tempat aman; dalam taman-taman dan mata-mata air. (QS ad-Dukhan: 51-52).

Predikat muttaqun adalah derajat yang paling mulia di sisi-Nya. Puasa hanya salah satu sarana menuju ke sana. Dan kebahagiaan Idul Fitri adalah sebuah bonus. Semoga kita mampu menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisaban, dan termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan predikat takwa.

http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=731:takwa&catid=45:tafakur&Itemid=163

No comments:

Post a Comment