Masjid Disalahartikan di Belanda
Peneliti antropologi dan ahli sejarah arsitektur Eric Roose mengungkapkan, pendirian masjid di Belanda justru tidak memikirkan soal integrasi
Hidayatullah.com--Masjid-masjid tradisional dengan kubah dan menara adalah tanda menolak integrasi. Begitulah orang Belanda kadang berpikir. Tapi dari penelitian ahli sejarah arsitektur Eric Roose terungkap bahwa kubah dan menara menandakan dari aliran Islam mana mereka berasal.
Jumlah masjid di Belanda bertambah. Sejumlah orang Belanda asli tidak menyukai hal itu, terutama jika masjid-masjid tersebut menonjolkan kaligrafi, kubah, dan menara. Yang lain berpendapat, muslim adalah bagian dari masyarakat Belanda dan karena itu punya hak untuk menunjukkan identitas mereka.
Dalam karya tulisnya, antropolog dan ahli sejarah arsitektur Eric Roose menerangkan dengan jeli mengenai proses pengambilan keputusan berkaitan dengan desain dua belas masjid di Belanda. Apa hasilnya? Banyak motif lain yang lebih penting, ketimbang keinginan untuk tidak atau - sebaliknya - untuk berintegrasi dengan masyarakat Belanda.
Masalah integrasi terus-menerus diproyeksikan ke bentuk-bentuk masjid. Beberapa melihat desain masjid tradisional sebagai bentuk kurangnya integrasi, sedangkan yang lain justru melihat rancangan bangunan tersebut sebagai emansipasi Muslim dalam masyarakat multikultural.
Dari penelitian Eric Roose terungkap bahwa pemberi dana yang mendirikan masjid justru tidak memikirkan soal integrasi. Dengan desain masjid tertentu, mereka justru ingin memperlihatkan posisi mereka dalam aliran-aliran dan visi yang saling bertentangan.
“Masjid Al-Islam memang memiliki desain dan bentuk khas Maroko. Dengan desain itu, mereka ingin mengasosiasikan masjid tersebut dengan Islam 'resmi' dari Kerajaan Maroko. Tapi, seperti yang Anda tahu, banyak orang Maroko di Belanda yang justru menentang Kerajaan. Jadi, desain masjid sama sekali tidak ada hubungannya dengan keinginan untuk menonjolkan Maroko dan memisahkan diri dari budaya Belanda,” ujarnya.
Ada juga masjid-masjid lain dengan ciri dan identitas berbeda. Namun tak ada bukti bahwa dianggap sebagai bagian yang memisahkan diri dari integrasi Belanda. Masjid Essalam di Rotterdam, misalnya, masjid ini dianggap kebalikan dari El-Islam.
Menurut Eric Roose, pemberi dana masjid Essalam bersimpati pada gerakan Ikhwanul Muslimin. Ia justru ingin mengidentifikasikan diri dengan visi Pan-Islamisme dan menentang Islam Maroko. Desainnya didasarkan pada masjid modern Nabi Muhammad di Madinah, Arab Saudi. Dan masjid di Madinah tersebut adalah titik kulminasi dari semua desain Islam di dunia.
Ada pula masjid yang dianggap mirip aliran Salafi. Masjid itu bernama masjid Furqan di Eindhoven.
Hanya saja, ujar Roose, karena seringnya umat Islam dibenturkan dengan masalah integrasi, mereka yang mendirikan masjid akhirnya merasioalisasi pendirian masjid sesuai dengan keinginan masyarakat Belanda.
“Anda melihat itu seperti awal dari proses rancangan yang tidak untuk dibahas, tetapi segera setelah para pembangun masjid ditanyai para wartawan dan petugas kotapraja, mereka harus merekayasa cerita bahwa rencana mereka adalah bentuk pernyataan intergrasi di dalam masyarakat Belanda. Pemberi dana masjid Es-salam misalnya, pernah mengatakan bahwa masjidnya sangat cocok dengan pemandangan di Rotterdam, karena kalau Anda tidak melihat kubah dan menara-menaranya, maka akan sangat mirip dengan gedung Kotapraja Rotterdam. Itu adalah rasionalisasi kemudian,” ujarnya.
Namun tentu saja membangun masjid di Belanda tak semudah membangun masjid di negara-negara berpenduduk Muslim lain. Menurut Roose, Masjid Essalam yang di Rotterdam itu, mungkin lebih sulit dibangun di Marokko, di mana bentuk masjid sangat keras ditetapkan. Masalahnya, di sejumlah kotapraja di Belanda yang kian kritis terhadap rencana untuk kubah dan menara, akan menghambatnya.
Bagi Roose, kesempatan seseorang di Belanda membentuk jati diri keagamaannya, justru makin berkurang. [rnwl/www.hidayatullah.com]
http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=9846:masjid-disalahartikan-di-belanda&catid=67:internasional&Itemid=55
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment