Satire

Selasa 20 Oktober 2009, hari ‘bersejarah’ kedua bagi pria yang karib disapa SBY itu. Ia kembali menduduki jabatan politik tertinggi negeri yang di masa silam kerap disebut Zamrud Katulistiwa, berjargon gemah ripah loh jinawi.

Ada yang berbeda dalam pelantikan kedua sang presiden kali ini, ia disambut sebuah konser musik secara live. Dari sebuah pojok gedung DPR/MPR RI bermartabat itu, mengalun dendang irama yang menghibur, ditingkahi gelak tawa sang host. Gedung ‘angker’ tempat para wakil rakyat bersidang seakan jembar dalam keceriaan.

Dahsyat –begitulah judul konser ini– seolah membawa kedahsyatan baru dalam dunia politik Indonesia sejak ia pertama kali menghirup kemerdekaan. Ibu-ibu bergoyang, para politisi –kebanyakan wajah baru– tak kalah, menikmati suasana baru dengan sumringah.

Pentas musik dan politik yang ditempatkan sebagian kalangan pada dua kutub ekstrim, bisa melebur dalam sebuah seremoni bersejarah. Pentas yang kembali mengulang lakon lima tahun silam, dimana SBY menjabat kali pertama sebagai presiden. Pelantikan kedua ini seakan lebih megah, meriah dan bermartabat. Kian hidup dengan konser musik yang mengiringinya.

Sebagaimana di belahan dunia lain, di negeri ini ajang politik dan musik memang sulit dipisahkan. Terutama menjelang terjadinya peralihan kekuasaan yang ditandai dengan pemilihan umum. Ajang kampanye partai politik tak lepas dari konser musik. Mereka bersenyawa dalam satu fragmen yang memikat massa. Musik dapat menjadi kekuatan yang membentuk opini politik, bahkan kekuatan politik.

Dan kini, ruang-ruang yang hendak dimasuki musik tidak lagi terkungkung dalam sebuah matra yang absolut. Ia merambah segala tempat dimana ia bisa hidup dan dihidupkan; hingga ke ruang sidang yang terhormat itu. “The music is great and it's a great political satire,” ujar Joy Allain, si dramawan itu.

Musik memang anggun dan indah, namun juga mengandung satire. Dan satire politik yang terjadi di Senayan, Selasa pagi itu, adalah sebuah ‘kemajuan’ bagi bangsa ini karena mampu mendobrak kejumudan yang ada.

Tentu saja, sebagai rakyat, kita berharap kemegahan dan kemewahan yang ditampilkan dalam pelantikan sang presiden untuk kedua kalinya itu akan membawa perubahan nyata bagi perjalanan bangsa ke depan. Tidak hanya sekedar satire politik dan kemenangan utopis.

http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=955:satire&catid=45:tafakur&Itemid=163

No comments:

Post a Comment