Hati Yang Termaterai

Dalil Pokok

Dengan bertitik tolak dari petunjuk firman Allah didalam Al Quran surah Al Baqoroh ayat 87, yaitu :

Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurot) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-Rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?”.

Gambaran dalam ayat tersebut tersirat suatu sambungan antara perkataan “Al Kitab” dengan “Al Bayyinah” akan berarti bahwa para Rasul yang ditetapkan Allah dari Bani Yaqub adalah disebut Bani Isroil, maka keberadaan Musa dengan Taurotnya dan Isa dengan Injil sebagai Bayyinatnya, memberikan pengertian bahwa ummat yang dikelola adalah dari Bani Isroil atau Bani Yaqub. Dan kejahatan mereka disebut membunuh para Nabi, sehingga mereka itu menjadi kaum “Pragmatis”, sebagaimana digambarkan didalam Al Quran surah Al Maidah ayat 70 yang menjelaskan lafazd “wa fariiqon taqtuluun” sebagai berikut :

Sesungguhnya Kami telah mengambil Perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka Rasul-Rasul. tetapi Setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rasul-Rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh”.

Pembahasan


Ayat-ayat tersebut adalah gambaran perjalanan sejarah Bani Isroil yang telah diberi dua kenikmatan dan tidak pernah disyukuri, yaitu :

1. Nikmat kemerdekaan, kebebasan dari cengkeraman Fir’aun dan janji dalam bentuk moral tauhid sebagaimana tercantum didalam Al Quran surah Al Maidah ayat 11 dan ayat 12, yaitu :

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal. Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya aku beserta kamu, Sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosamu. dan Sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam jannah yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, Sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.

2. Nikmat kemenangan dengan keberlakuan Hukum Allah secara mutlaq yang ditandai “Ketentuan dan Kekuasaan Allah”, yaitu penetapan Kholifah kepada Daud sebagaimana diterangkan didalam Al Quran surah Shod ayat 26, yaitu :

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu Kholifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”.

dan berlanjut dalam perjalanan Khilafah selama dua belas kurun yang tercantum didalam Al Quran surah Al A’rof ayat 160, yaitu :

Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya dua belas mata air.
Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". mereka tidak Menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu Menganiaya dirinya sendiri
”.

Untuk selanjutnya “penyakit dlolim” yang berupaya untuk mengganti system dari Allah dengan system yang berdasarkan rasio atau ro’yun bathil mereka sebagaimana dijelaskan didalam Al Quran surah Al A’rof ayat 162, yaitu :

Maka orang-orang yang zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan Perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, Maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezaliman mereka”.

Yang secara pasti akan mengantar ummat kepada berbagai kehancuran sebagaimana yang tercantum didalam Al Quran surah Ibrohim ayat 28, yaitu :

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?”,

Inilah yang disebut “pembunuh para Nabi”, yang dalam sejarah Yunani kuna dikenal dengan nama Socrates dan Plato yang mereka hidup kurang lebih pada 400 tahun sebelum Masehi. Maka pola sesat dari kaum rasionalis itu disebut “Jibti dan Thoghut” yang disebutkan didalam Al Quran surah An Nisa ayat 51 dan ayat 52, yaitu :

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka Itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya”.

Yang dalam istilah lain juga dikenal dengan istilah “Hedonisme Intellectual” yang tersebut didalam Al Quran surah Ad Dahr ayat 27, yaitu :

Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)”.

Oleh karena itu kedatangan Isa putra Maryam adalah tanda berakhirnya penurunan Nabi, Rasul dan Penguasa dari Bani Isroil sebagaimana dijelaskan didalam Al Quran surah Az Zukhruf ayat 61 dengan lafadz musytarok ”assaa’ah” yang memiliki arti sesuai dengan kedudukan ayat maka disini berarti Nabi Isa putra Maryam adalah pemutus mata rantai perutusan Nabi, Rasul dan Raja dari Bani Isroil, yaitu :

“Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang assaa’ah. karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang assaa’ah itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus.

Maka dengan yang tersebut “Al Quran” yang diwahyukan Allah kepada Muhammad Rasulullah adalah sebagai penyempurna dari seluruh Kitab terdahulu sebagaimana dijelaskan didalam Al Quran surah Al Baqoroh ayat 106, yaitu :

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?”.

Telah menetapkan pola perjalanannya yang tersebut didalam Al Quran surah Al Furqon ayat 52, yaitu :

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar”.

Dengan minhaj atau sabil atau toriqoh atau metode operasional adalah Al Quran dan Sunnah sebagaimana diterangkan didalam Al Quran surah Al An’am ayat 153, yaitu :

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.

Serta ketegasan dari Allah kepada Rasulullah didalam Al Quran surah Al Jatsiyah ayat 18 dengan istilah “dan hal ini merupakan persoalan yang sangat prinsip”, yaitu :

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (Ad Dien itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.

Bagi yang tidak mau menerimanya maka keberadaannya akan sederajat dengan perbuatan membunuh para Nabi dan mereka itu disebut kaum pragmatis yang berpedoman kepada paham “materialisme atau materialisme dialektik” sebagaimana tersebut didalam Al Quran surah Al Jatsiyah ayat 23 dan ayat 24, yaitu :

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.


http://www.al-ulama.net/home-mainmenu-1/tafseer/265-hati-yang-termaterai.html

No comments:

Post a Comment