NILAI-NILAI TILAWAH DAN TADABBUR AL-QUR’AN

NILAI-NILAI TILAWAH DAN TADABBUR AL-QUR’ANTiada Hari Tanpa Baca Al-Qur'an.Bagi setiap muslim kitab suci Al-Qur'an adalah bacaan hariannya. Ada yang mengambil waktu setiap ba'da shubuh dan ada yang membacanya setiap ba'da maghrib, ada pula yang membaca ketika usai melaksanakan qiyamul lail. Bahkan ada yang membacanya setiap ba'da shalat. Pendeknya, "Tiada hari tanpa baca al-Qur'an" telah menjadi etos aktivitas harian (amal yaumi) bagi seorang muslim.

    Kondisi seperti ini terasa kian meningkat di tengah kehidupan kaum muslimin dengan kehadiran bulan Ramadhan yang penuh berkah, rahmat dan maghfiroh. Maka Ramadhanpun bisa disebut syahrul qur'an, bulan dimana terjadi eskalasi yang luar biasa pada diri seorang muslim dalam tilawah dan tadabbur al Qur'an, membaca, memahami dan merenungi kandungan ayat-ayat Allah Ta`ala?yang mulia ini. Dalam bulan Ramadhan pulalah Allah Ta`ala menurunkan Al-Qur'an  yang Ia beritakan sendiri dalam firmannya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan” [QS. Al Qadar/97:1]

    Rasulullah SAW biasa bertadarus dengan malaikat Jibril AS pada bulan Ramadhan sekaligus merefiew ayat-ayat atau surat-surat yang telah turun dan meletakkan pada posisi dan urutan yang ditunjukkan oleh malaikat Jibril AS. Kadang Jibril AS membacanya dan Rasulullah SAW mendengarkannya. Kadang Rasulullah SAW membacanya sedangkan Jibril AS mendengarkannya. Terkadang pula masing-masing (malaikat Jibril AS dan nabi Muhammad SAW) membacanya sendiri-sendiri. 

      Allah Ta`ala dan Rasulullah SAW lebih mensyariatkan kepada ummat islam untuk menjadikan Al- Qur'an sebagai pedoman dan pegangan hidup, tempat mengambil sumber-sumber ilmu dan hukum, bukan merayakan nuzulul qur'an (turunnya Al- Qur'an) pada malam 17 Ramadhan yang tidak ada faedahnya dalam pribadi ummat islam dan perayaan itu sebatas ritual yang tidak ada tuntunannya dari Nabi SAW.

Empat Kandungan Utama

     Fadhilatus Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dalam kitab Bahjatun nazhirin syarh riyadhus shalihin [jilid  2 hal. 226] menyebutkan empat kandungan utama hadits yang sangat pendek di atas: 1). Dorongan motivasi untuk mengkaji al-Qur'an dan mengetahui kandungannya, baik berupa prinsip-prinsip aqidah, hukum-hukum, berbagai sunnatullah yang telah berlaku pada ummat-ummat terdahulu, serta perintah-perintah dan larangan-Nya, karena dibalik itu terletak kebahagiaan di dunia dan akherat. 2). Hendaknya setiap orang alim atau para ulama selalu mencurahkan perhatian dan potensinya untuk mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat, karena di balik semua dedikasinya ini terdapat pahala. Dan pahala yang paling sempurna adalah manakala seseorang mengkaji al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain, baik dalam komunitas sosial yang kecil, sedang ataupun besar. 3). Penghormatan bagi seseorang, dan terangkatnya derajat orang itu, berbanding lurus dengan seberapa ayat-ayat al-Qur'an yang ia kaji dan amalkan. 4). Tilawah dan tadabbur al-Qur'an tidak bisa mencapai derajat yang optimal tanpa adanya mu'allim atau pengasuh yang mempunyai penguasaan mumpuni untuk itu, terutama dari sisi memahami dan menerapkan tajwid, majharijul huruf, dan ilmu-ilmu serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Maka selain menuntut keaktifan juga harus belajar secara talaqqi, belajar dari sumber yang ahli secara langsung.

Apa Nilai-nilai Tilawah dan Tadabbur?

      Berbagai teks atau nushush ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits nabi SAW yang shahih atau sekurangnya hasan sebenarnya telah menjelaskan dengan rinci ma'ani (nilai-nilai) tilawah wa tadabbur al-Qur'an, antara lain : 


1). Ta'abbudan lillah, sebagai bentuk ibadah kepada Allah Ta`ala. Al Qur'an adalah satu-satunya kitab atau bacaan yang membacanya saja sudah merupakan ta'abbud kepada Allah Ta`ala.  Karena ini memenuhi perintah Allah Ta`ala (QS. 73:4). Begitupun dalam QS. 73:20 "Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran". 

     Bahkan bukan hanya orang yang lancar kajinya yang kelak bersama para malaikah yang mulya, orang yang tersendat-sendat atau tidak lancar kajinyapun mendapat dua pahala. (HR. Muttafaq Alaihi dari Aisyah ra). 


2). Tarsikhan lil iman, memperkokoh keimanan. Ketika Allah Ta`ala menyebutkan ciri-ciri orang mukmin, salah satunya Ia nyatakan :"dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), [QS. 8:2].

    Maka tidaklah aneh jika hati seseorang kurang terisi dengan al Qur'an landasan imannya keropos dan diibaratkan nabi sebagai rumah yang rusak [HR. Tirmidzi hasan shahih dari Ibnu Abbas].  

3). Tazkiyatan lin nufus, menyucikan jiwa. Ayat-ayat al-Qur'an adalah kalamullah yang suci, dan salah satu fungsinya adalah menyucikan jiwa dan menyembuhkan penyakit-penyakitnya, yang terkadang orang yang bersangkutan sendiri tidak merasakan dan menyadari adanya penyakit dalam jiwanya. 
     “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari duhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. [QS. Yunus/10:57]


4). Taqwiman lil fikrah, meluruskan pola pikir manusia. Kemampuan akal manusia, betapapun jeniusnya, tetap terbatas. Karena itu sesuatu yang semula dinyatakan benar oleh akal belakangan dibatalkan oleh akal yang sama. Maka untuk ini manusia membutuhkan panduan akalnya dan inilah salah satu fungsi al-Qur'an.
    “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”, [QS. Al Isra'/17:9].


5). Ta'arrufan bimanhajillah, mengenal manhaj Allah Ta`ala. Al-Qur'an adalah petunjuk Allah Ta`ala dan pemisah antara yang hak dengan yang batil.
   “Bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. [QS. Al Baqarah/2:185].


   Maka untuk mengenal dan memahami manhaj Allah Ta`ala yang berlaku pada alam semesta dan terlebih dalam konteks hidup dan kehidupan manusia itu sendiri, seseorang harus dengan rendah hati mau merujuk kepada firman Allah  Ta`ala ini. Iltizam atau komitmen seseorang dengan manhaj al-Qur'an baik dalam berfikir, bersikap, berperilaku, dan bertindak, karenanya, menjadikan orang itu berpotensi ditinggikan derajatnya oleh Allah Ta`ala. Begitupun sebaliknya bagi orang yang membelakangi dan mendustakan al-Qur'an. Sabda Nabi SAW. “Sesungguhnya Allah Ta`ala mengangkat derajat sejumlah kaum dengan kitab al-Qur'an ini dan menjatuhkan derajat kaum yang lain dengan kitab ini pula”.(HR. Muslim dari Umar bin Khothob RA).


Apresiasi Muslim terhadap Al-Qur'an 


    Sebagai salah satu contoh dan gambaran apresiasi muslim terhadap kitab sucinya, baik dinukilkan disini apresiasi tokoh Islam yang amat di kenal di dunia Islam Sayyid Qutb terhadap al-Qur'an sebagaimana termaktub dalam muqaddimah Fie zhilalil qur'an :


"Hidup di bawah naungan al-Qur'an itu sungguh nikmat. Satu kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang menjalani hidup di bawah naungan al-Qur'an itu sendiri. Satu kenikmatan yang bisa mengangkat harkat umur, membawa pada keberkahan dan menyucikannya".
Selamat  tilawah dan tadabbur al-Qur'an dan selamat menjalani hidup di bawah naungan al-Qur'an.Tiada hari tanpa al-Qur'an.  


Wallahu waliyut taufiq.

H. Muzayyin Abdul Wahhab
http://dewandakwahjakarta.or.id/index.php/buletin/agustus10/160-agustus-10.html

No comments:

Post a Comment