Hal itu lebih dikuatkan lagi dengan turunnya ayat terakhir dari Al Qur`an di mana Alloh berfirman, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu Dien (agama/jalan hidup)-mu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Aku ridhoi Islam sebagai dien-mu.” (Al Maidah: 3)
Makna kesempurnaan Islam
Al Imam Al Hafidz Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, “Ini merupakan nikmat Alloh terbesar atas ummat ini di mana Alloh telah menyempurnakan Islam bagi mereka. Sehingga tidak membutuhkan agama selain Islam dan tidak membutuhkan nabi selain Nabi mereka -semoga Alloh melimpahkan sholawat dan salam kepadanya-. Dan karena itulah Alloh menjadikan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir dan mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin. Tidak ada yang halal kecuali yang dihalalkan oleh Rosululloh dan tidak ada yang haram kecuali yang diharamkannya. Pelaksanaan agama tidak diakui kecuali dengan apa yang telah disyari’atkannya. Setiap berita yang berasal darinya adalah kebenaran yang wajib dibenarkan, tidak boleh didustakan dan ditentang.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Syaikh ‘Abdurrahman As Sa’dy berkata, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu Dien-mu …dengan pertolongan yang sempurna, dan penyempurnaan syari’at baik dhohir maupun batin, masalah ushul (pokok) maupun furu’ (cabang). Dengan demikian cukuplah Al Qur`an dan As Sunnah sebagai pedoman dan petunjuk untuk setiap permasalahan agama ini. Maka anggapan orang yang berlebih-lebihan dalam beragama yang menyangka bahwa manusia sekarang ini harus mempelajari ilmu-ilmu kalam dan ilmu selain Al Qur`an dan As Sunnah -untuk memahami aqidah dan hukum-hukum agama mereka- merupakan suatu kebodohan dan kebatilan. Terlebih lagi ketika mereka menyangka bahwa agama ini tidak akan sempurna tanpa ilmu kalam dan yang sejenisnya, sungguh ini adalah kejahatan dan pembodohan terhadap Alloh dan Rosul-Nya.” (Taisir Karim Ar Rahman)
Thoriq bin Syihab berkata : “Seorang Yahudi datang kepada ‘Umar bin Khaththab dan berkata : “Wahai Amirul Mukminin, kalian membaca satu ayat dalam kitab kalian yang kalau ayat itu turun kepada kaum Yahudi, maka kami akan menjadikan hari tersebut sebagai hari raya.” ‘Umar berkata: “Ayat yang manakah itu?” Si Yahudi menjawab: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian…” Maka ‘Umar berkata: “Demi Alloh! Sungguh aku lebih mengetahui hari dan saat ketika ayat itu diturunkan kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Yaitu pada sore hari ‘Arofah di hari Jum’at. (Shohih Bukhori)
Mensyukuri nikmat Islam
Jelaslah bahwa ini merupakan nikmat yang besar dan wajib disyukuri. Alloh berfirman: “Sungguh jika kalian bersyukur (terhadap nikmat-Ku) niscaya Aku menambah (nikmat-Ku) kepadamu, dan jika kalian kufur (terhadap nikmat-Ku), niscaya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrohim 7). Mensyukuri nikmat Islam yaitu dengan mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan Islam yang murni sebagaimana diajarkan oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Konsekuensi dari ayat yang agung ini adalah bahwa bid’ah tidaklah mendapatkan tempat sedikitpun dalam urusan agama yang suci ini. Bid’ah adalah perkataan atau perbuatan yang tidak ada tuntunannya dari Rosululloh dan para sahabatnya dalam masalah agama. Contohnya : mengatakan bahwa Alloh tidak punya sifat, atau mengkhususkan bacaan surat Yasin untuk orang yang sudah meninggal, dan banyak lagi yang lainnya. (Lihat Risalah Bid’ah oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat)
Dikatakan demikian karena kebid’ahan yang timbul dalam agama ini merupakan penolakan terhadap kesempurnaan Islam. Apa artinya Firman Alloh tentang kesempurnaan Islam jika ternyata di kemudian hari (zaman sekarang) kita masih perlu mengerjakan suatu ibadah yang tidak ada contohnya dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam? Kalau memang benar Islam belum sempurna mengapa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam diwafatkan? Bukankah tidak ada Nabi dan Rosul lagi setelah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam? Lantas apa yang mendorong orang berbuat bid’ah?
Islam adalah agama yang sempurna. Masalah apapun yang ada didalam kehidupan makhluk, Islam telah memberikan solusinya. Misalkan saja kehidupan manusia, dari bangun tidur sampai akan tidur kembali, dari keluar rumah sampai masuk kembali, dari masuk wc sampai keluar wc, semua diatur dalam Islam.
Meraih kebahagiaan dunia akhirat dengan iman dan takwa
Jika demikian maka sungguh sangat rugi orang-orang yang berpaling dari syari’at Islam, keseluruhan maupun sebagian dan sungguh beruntung orang-orang yang senantiasa menjalani kehidupannya dengan menyesuaikan terhadap aturan-aturan syari’at. Keberuntungan yang akan diraih oleh orang-orang yang senantiasa berada dalam bingkai syari’at bukan hanya kelak di akhirat, bahkan di dunia pun Alloh menjanjikannya. Sebagaimana firman-Nya :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al A’raf: 96)
Syaikh As Sa’dy berkata dalam kitab tafsirnya, …Seandainya para penduduk negeri itu mau beriman dengan hati-hati mereka kemudian amal mereka membenarkannya, mereka melaksanakan ketakwaan kepada Alloh secara lahir maupun batin dengan meninggalkan seluruh perkara yang diharamkan Alloh maka niscaya Alloh akan membukakan bagi mereka barokah dari langit dan bumi….(Taisir Karim Ar Rahman)
Masuklah ke dalam Islam secara kaffah
Maka kesimpulannya adalah marilah kita mensyukuri nikmat yang agung ini dengan cara masuk ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh), bukan juz’iyyah (sebagian saja) karena itu merupakan tipu daya setan. Alloh Ta’ala berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah kalian mengikuti jejak langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuhmu yang nyata.”(Al Baqarah: 208).
Syaikh As Sa’dy berkata dalam kitab tafsirnya, …Inilah perintah dari Alloh agar orang-orang yang beriman masuk ke dalam Islam secara menyeluruh yakni keseluruhan syari’at agama tanpa meninggalkan sedikitpun darinya, dan supaya mereka tidak termasuk orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Sehingga apabila syari’at itu sesuai dengan hawa nafsunya maka dilakukannya, sedangkan apabila syari’at tidak sesuai dengan hawa nafsunya maka ditinggalkannya. Tetapi yang wajib ialah menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti aturan agama…(Taisir Karim Ar Rahman). Wallohu A’lam bish showaab. [Abu Yazid]
http://assunnahsurabaya.wordpress.com/2007/11/01/kesempurnaan-islam/
No comments:
Post a Comment