Assalamu’alaikum Wr Wb
Dok, saya adalah pria berusia 43 tahun. Dulu saya pernah ikut bela diri yang diajarkan bacaan-bacaan yang saya tidak memahami artinya. Sehingga dengan bacaan itu, orang tidak bisa menyerang saya. Itu saya lakukan karena saya tinggal di suatu daerah yang tidak aman. Sejak 3–4 bulan ini, saya sering mimpi buruk dan kadang-kadang merasa seperti ada yang mengikuti saya. Shalat saya juga sering tidak khusyuk. Kenapa kira-kira saya ini dan bagaimana mengobatinya? Apakah saya perlu diruqyah? Terima kasih atas jawabannya.
AM, Aceh.
Wa’alaikumussalam Wr Wb
Semoga Allah SWT melimpahkan keselamatan atas hamba-hamba-Nya yang senantiasa mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Pak Malik yang dimuliakan Allah, sungguh berbahagia orang yang berada di jalan yang benar dan orang-orang yang selalu mencari segala petunjuk tentang kebenaran. Allah menganugerahkan kepada kita berbagai kebaikan dan menghimpunkannya dalam dua pedoman orang Mukmin, yaitu al-Qur’an dan hadits-hadits yang diriwayatkan para imam yang mulia, Bukhari, Muslim, Turmudzi, Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i dll.
Allah menginspirasikan berbagai petunjuk-Nya kepada para salafush shalih serta para ulama untuk menuntun umat ini insya Allah sampai akhir zaman. Mencintai ulama adalah wajib dan memojokkan atau membencinya adalah bibit dari kesesatan. Jika kita ingin selamat, ikutilah mereka karena mereka orang-orang yang berjuang menjaga agama Allah SWT.
Adapun bacaan-bacaan yang banyak beredar hendaklah kita berhati-hati dalam menerima dan mengamalkannya karena banyak syubhat yang tersembunyi didalamnya. Carilah pengetahuan dari orang yang benar-benar alim, dan jangan mengambil ilmu dari orang yang jahil. Banyak ulama di negeri ini, mereka juga membuat buku-buku pedoman ibadah dan muamalah yang dapat dipertanggung jawabkan isinya. Ambillah ilmu lewat pintu yang tepat agar kita tidak tersesat.
Adapun keluhan Bapak, saya anjurkan untuk diperiksa dahulu secara fisik. Apakah mungkin merupakan penyakit fisik yang pengobatannya biasanya lebih mudah. Jika penyakit fisik tidak ditemukan, maka barulah kita berpikir kemungkinan penyakit kejiwaan atau penyakit sosial atau penyakit ruhiyah (spirituil).
Ruqyah sendiri ada yang syirkiyyah, yaitu dengan menggunakan jimat yang berisi bacaan-bacaan yang menyesatkan atau benda-benda lain yang dipuja, dan ada yang syar’iyyah, yaitu pengobatan yang dilakukan dengan doa baik secara langsung maupun dengan membaca doa lalu ber-nafats, yaitu meniup sambil mengeluarkan sedikit ludah ke air, lalu air tersebut diminumkan dan diusapkan kepada si sakit.
Tujuan doa ini adalah menjauhkan si sakit dari kejahatan sihir ’ain, maupun gangguan setan dan jin lainnya. Tidak semua penyakit menggunakan jalan keluar ruqyah. Sesuai pengalaman saya hanya sekitar 5–10% keluhan yang disebabkan sihir atau ’ain atau gangguan jin.
Jika diperhatikan keluhan yang Bapak alami, saya khawatir Bapak menderita gangguan penyakit jantung, meskipun tidak tertutup kemungkinan memang ada gangguan jin atau sejenisnya. Jadi saran saya segera periksakan diri ke dokter untuk melihat adakah gangguan pada jantung Bapak. Jika ada, apa jenis gangguan jantungnya, lalu dokter bisa pikirkan bagaimana pengobatannya.
Jika diagnosis dokter itu sudah ada, Bapak bisa berkonsultasi ulang tentang penyakit Bapak sesuai diagnosis dokter. Insya Allah saya bisa pikirkan obatnya.Adapun tentang ruqyah, disebutkan dalam riwayat bahwa kita tidak diperbolehkan meminta diruqyah. Hukum ruqyah sendiri adalah mubah, namun meminta diruqyah hukumnya makruh. Oleh karena itu jangan sekali-kali kita meminta diruqyah.
Biarkan penterapi sendiri yang menganjurkan jika memang ruqyah itu perlu. Jika ada saran ber-ruqyah dari penterapi, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ruqyah.
- Hendaklah bacaan ruqyah bersumber dari al-Qur’an atau hadits.
- Hendaklah menggunakan bahasa Arab yang maknanya jelas dipahami dan kata-katanya tidak disimpangkan atau bahasanya tidak campur-campur.
- Hendaklah kita yakin bahwa ruqyah menjadi obat bagi penyakit kita adalah atas izin Allah.
- Agar manfaatnya optimal, carilah peruqyah seorang yang dikenal shalih dan tawadhu serta meruqyah secara ikhlas.
- Ruqyah bukanlah upacara rituil yang membutuhkan persiapan khusus, melainkan sekadar doa dari hamba yang lemah kepada Rabbnya yang Maha Kuat. Pelaksanaan ruqyah kadang dilakukan berlebihan sehingga memberi trauma kepada pasien. Menurut saya ini tidak tepat dan harus dikoreksi. Para peruqyah bukanlah orang sakti. Mereka hanyalah orang yang membantu menjalankan proses permohonan kesembuhan. Sedangkan keputusannya ada dalam kekuasaan Allah.
- Peruqyah hendaknya tak meminta imbalan, namun pasien hendaknya memperhatikan keperluan peruqyah yang berupa uang transport dan mungkin kebutuhan hidupnya jika peruqyah termasuk orang yang kurang mampu.
Saya sangat jarang meruqyah pasien karena saya berpikir banyak kekurangan dalam diri saya di samping pula bahwa sangat sedikit pasien yang datang berobat, memilik penyakit yang perlu diruqyah. Adapun doa-doa selalu saya ajarkan kepada para pasien dengan maksud agar pasien tidak mencari doa-doa dari tempat-tempat yang kurang tepat dan mungkin juga bisa menyesatkan.
Demikianlah Pak Malik, semoga Allah menolong kita dari kejahatan setan, binatang berbisa, dan dari kejahatan ’ain/mata, wallahul musta’aan. (Majalah Sabili No 02/Th XVII)
Diasuh Oleh: Dr Moh Ali Toha Assegaf
(Penanggungjawab Rumah Sehat Afiat dan Pengkaji Kedokteran Nabi).
No comments:
Post a Comment